Ku jalani perjalanan yang entah aku tau sampai kapan akan berjalan, dan
sampai dimana akan berhenti dan entah membuahkan apa di akhir
perjalanan.
Lika liku perjalanan
Setelah beberapa lama kaki ini melangkah “pasti” dan tetap lurus seperti awal mula aku melangkah meskipun
banyak macam perempatan, pertigaan, maupun tikungan, entah kenapa tak ada
keinginan sedikitpun untuk membelokkan maupun mengubah langkah kakiku, Cuma
hanya menggeserkan mata tanpa harus menengok, atau yang bahasa sehari-hari di
ucap “lirikan mata/melirik”
Saat rasa nyaman dalam jalan ini “jalan yang lurus” Sesaat langkah kakiku
terhenti saat mata ini melihat lagi sebuah tikungan di ujung jalan
Lagi-lagi aku di hadapkan di sebuah tikungan dan aku tak yakin apa aku akan mendapatkan kenyamanan pula saat langkah kakiku mulai ku
geser ke arah yang berbeda.
terlintas difikirku “sampai kapan aku hanya
menikmati jalan ini?,
sampai kapan aku mengabaikan jalan yang lain hanya demi sebuah ke amanan
dan kenyamanan?,
apa kenyamanan hanya ada di jalan ini?,”
Lantas aku melihat di hadapanku, di ujung jalan yang telah aku jalani dari
awal langkah kakiku berjalan, tanpa ada apapun, belum kelihatan apapun, hanya
ada angin-angin kecil menyapu debu di sepanjang jalan sampai keujung.
Saat mata ini kuberanikan menoleh kearah ke tikungan itu, dan aku melihat
ribuan ancaman dan rintangan namun di ujung tikungan aku melihat sebuah
keindahan, sebuah taman yang besar yang di tumbuhi berbagai bunga dan pepohonan
yang hijau dan terdapat rumah nan megah di tengahnya yang bisa aku singgahi
untuk meminta seteguk air dan beristirahat
“Sampai kapan aku berada di sebuah jalan yang nyaman dan aman tapi tak
berujung?” Ucapku dalam hati
Akhirnya dari sekian banyak pertimbangan, waktu yang cukup lama untuk aku
menghentikan langkah kakiku berdiam diri, dan aku memutuskan untuk memberanikan
diri mengubah arah kakiku, membelokkan arah awal aku berjalan. Langkah demi
langkah ku jalani sebuah jalan di tikungan
Terlihat jelas perbedaan, tak aku dapatkan rasa kenyamanan seperti jalan
yang sebelum-sebelumnya, ku coba hadapi rintangan yang malang menghadang di setiap
langkahku, demi satu keindahan.
"Akankah kita menikmati keindahan kehidupan, jika kita tak pernah mengalami pahit getir kehidupan".