PENGELOLAAN
ARSIP DALAM MENDUKUNG PELAYANAN INFORMASI PADA BAGIAN TATA USAHA SMK TARUNA JAYA GRESIK
PROPOSAL
Di
ajukan untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah
Metodologi
Penelitian
Oleh:
Mohammad
Irfan Effendi
13080314057
PENDIDIKAN ADMINISTRASI PERKANTORAN
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
SURABAYA
2016
Kata
Pengantar
Segala
puji hanya bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal penelitian dengan judul “Pengelolaan Arsip Dalam Mendukung
Pelayanan Informasi Pada Bagian Tata Usaha SMK Taruna Jaya Gresik” ini
sebagai salah satu tugas Mata Kuliah Metodologi Penelitian. Penulis menyadari
sepenuhnya bahwa Proposal ini dapat terselesaikan berkat dukungan, bantuan, dan
bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
- Kedua Orang
tua yang telah memberikan dukungan serta motivasi yang tidak pernah surut
- Triesninda
Pahlevi, Spd, M.Pd, Selaku dosen Mata Kuliah Metodologi Penelitian dan
juga pembimbing penulisan proposal penelitian
- Teman-teman yang
selalu memberikan dorongan-dorongan dan sindiran-sindiran yang membuat
semangat saya terpompa untuk menyelesaikan proposal ini.
Penulis berharap semoga
Proposal Penelitian ini bermanfaat bagi pembaca demi kebaikan di masa
mendatang.
Surabaya, 08
Januari 2016
Penulis
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................................................ii
DAFTAR LAMPIRAN
..................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Masalah......................................................................................................1
1.2
Perumusan Masalah............................................................................................................2
1.3
Tujuan
Penelitian................................................................................................................3
1.4
Manfaat Penelitian.............................................................................................................
3
BAB II LANDASAN TEORI
2.1
Tinjauan Arsip....................................................................................................................
4
2.1.1
Pengertian Arsip.........................................................................................................4
2.1.2
Jenis Arsip.................................................................................................................
4
2.1.3
Peran Arsip................................................................................................................
5
2.2
Pengelolaan Arsip ..............................................................................................................
5
2.2.1
Pengorganisasian Arsip.............................................................................................
5
2.2.2
Sistem Penyimpanan Arsip .......................................................................................
5
2.2.3
Penilaian Pengelolaan Arsip......................................................................................
8
2.2.4
Peralatan dan Perlengkapan Arsip.............................................................................
9
2.2.5
Pemeliharaan, Perawatan dan Pengamanan Arsip ..................................................
10
2.2.6
Penyusutan Arsip....................................................................................................
12
2.2.7
Masalah Pengelolaan Arsip.....................................................................................
14
2.3
Pelayanan Informasi.......................................................................................................
16
2.5
Penelitian Terdahulu ......................................................................................................
17
2.6
Kerangka Berpikir..........................................................................................................
19
BAB III METODE PENELITIAN
3.1
Dasar Penelitian..............................................................................................................
21
3.2
Fokus dan Lokasi Penelitian ...........................................................................................
21
3.3
Sumber Data ...................................................................................................................
22
3.4
Alat dan Tekhnik Pengumpulan Data .............................................................................
22
DAFTAR PUSTAKA
....................................................................................................................23
LAMPIRAN-LAMPIRAN
..........................................................................................................24
DAFTAR
LAMPIRAN
1.
Lampiran 1 Jurnal Penelitian
Pendukung……………............................................................ 24
2.
Lampiran 2 Jurnal Penelitian Pendukung................................................................................
36
3.
Lampiran 3 Jurnal Penelitian Pendukung
........................ ………………………………..….47
4.
Lampiran 4 Jurnal Penelitian Pendukung................................................................................
68
5.
Lampiran 5 Jurnal Penelitian Pendukung................................................................................
82
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Dalam
era modern ini informasi merupakan kegiatan yang sangat kompleks dalam suatu pendidikan, karena informasi dapat berperan
sebagai proses pengambilan keputusan. Untuk
mengambil keputusan diperlukan informasi yanglengkap dan jelas. Oleh
karena itu sekolah perlu menciptakan
pengelolaan arsip yang baik. Informasi yang tersimpan dalam arsip merupakan
informasi yang dibutuhkan oleh semua warga sekolah, sebagai bukti dari kegiatan sekolah yang dilakukan.
Pengelolaan
tata usaha yang baik akan menciptakan pelayanan yang baik pula terhadap
informasi yang dibutuhkan dalam kegiatan operasional organisasi atau lembaga
pendidikan
“Tata
usaha ialah segenap kegiatan pengelolaan surat-menyurat yang dimulai dari
menghimpun (menerima), mencatat, mengolah, menggandakan, mengirim dan menyimpan
semua bahan keterangan yang diperlukan oleh organisasi” (Barthos, 2013:156).
UndangUndang No.43 Tahun 2009 Bab I Ketentuan
Umum pasal 1 dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan arsip adalah rekaman
kegiatan atau peristiwa dalam berbagai bentuk dan media sesuai dengan
perkembangan tekhnologi informasi dan komunikasi yang dibuat dan diterima oleh
lembaga negara, pemerintahan daerah, lembaga pendidikan, perusahaan, organisasi
politik, organisasi kemasyarakatan, dan perseorangan dalam pelaksanaan
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Pengelolaan arsip, yang
sering dikenal dengan tata kearsipan (records management), yang selanjutnya
dalam bahasa Indonesia dikenal dengan managemen kearsipan.
Manajemen
kearsipan adalah pekerjaan pengurusan arsip yang meliputi pencatatan,
pengendalian dan pendistribusian, penyimpanan, pemeliharaan, pengawasan,
pemindahan dan pemusnahan. Jadi, pekerjaan tersebut meliputi siklus “kehidupan”
dokumen sejak lahir sampai mati. (Sugiarto,2005:14-15).
Mulai dari kegiatan awal
dibangunnya sekolah itu hingga kegiatan
pembelajaran, pengelolaan sumber daya manusia, kegiatan akademik dan non akademik
dalam sekolah. Arsip juga dibutuhkan sebagai pengambilan keputusan dalam berbagai hal, karena dalam pengambilan keputusan sekolah di perlukan bukti yang nyata dalam setiap kegiatan.
Karena dalam pendidikan harus
ada bukti yang riil atau nyata untuk mendapatkan prestasi baik bidang akademik maupun non akademik dari siswa maupun sekolah
yang bersangkutan. Arsip memiliki manfaat
yang sangat besar bagi organisasi pendidikan, maka arsip perlu di pelihara dan dikelola dengan baik sesuai
ketentuan sekolah yang mengacu juga pada
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 28 Tahun 1945 tentang Pelakasanaan
Undang-Undang No 43 Tahun2009 tentang Kearsipan disebutkan, bahwa: Arsip adalah
rekaman kegiatan atau peristiwa dalam berbagai bentuk dan media sesuai dengan perkembangan
teknologi informasi dan komunikasi yang
dibuat dan diterima oleh lembaga negara, pemerintah daerah, lembaga pendidikan, perusahaan, organisasi politik, organisasi
kemasyarakatan, dan perseorangan dalam pelaksanaan kehidupan bermasyarakat, berbangsa,dan bernegara.
Seluruh
kegiatan administrasi perkantoran di sekolah, khususnya kegiatan kearsipan
diselenggarakan pada bagian tata usaha. Kegiatan kearsipan tersebut bertugas
memberikan pelayanan informasi yang dibutuhkan dalam kegiatan operasional
sekolah. Organisasi dalam mengelola arsip pasti akan menghadapi berbagai masalah.
Perlu diperhatikan hal-hal yang penting untuk mengatasi masalah yang ada dalam
pengelolaan arsip tersebut. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mengahadapi
masalah dalam pengelolaan arsip adalah sistem penyimpan arsip yang tepat dengan
disimpan menurut suatu sistem yang memungkinkan penemuan kembali dengan cepat
apabila diperlukan.
Demikianlah
dengan sistem penyimpanan warkat yang tepat, tatakerja kearsipan yang baik, dan
tata penyingkiran warkat yang tertib dapatlah terlaksana pengurusan arsip yang
efisien dalam setiap organisasi. Tetapi, segi metode dan peralatan dalam bidang
kearsipan itu harus pula dilengkapi dengan tenaga-tenaga pegawai arsip yang
cakap agar arsip benar-benar menjadi sumber keterangan dan pusat ingatan yang
melancarkan perkembangan organisasi (Gie The Liang, 2009:150).
Arsip
dalam sebuah organisasi sangat penting keberadaanya sebagai sumber informasi.
Pelaksanaan pengarsipan disuatu organisasi pasti akan menghadapi berbagai
masalah. Pengelolaan arsip sebaiknya menggunakan pedoman penataan atau
pegelolaan arsip supaya dapat berjalan dengan baik. Pengelolaan arsip
seharusnya dilakukan dengan baik supaya dapat mengatasi masalah-masalah yang
ada. Salah satunya adalah saat arsip diperlukan dalam penyampaian informasi
segera ditemukan sehingga tidak menghambat jalannya penyampaian informasi dalam
pelaksanaan sebuah kegiatan didalam organisasi. Berdasarkan uraian diatas, maka
penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Pengelolaan Arsip Dalam Mendukung Pelayanan Informasi Pada Bagian Tata
Usaha SMK Taruna Jaya Gresik”
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan
uraian latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1.
Bagaimana sistem penyimpanan arsip dalam
pengelolaan arsip yang diperlukan guna mendukung pelayanan informasi pada
bagian tata usaha di SMK Taruna Jaya Gresik?
2.
Bagaimana tata kerja kearsipan dan
pemakain arsip dalam pengelolaan arsip yang diperlukan guna mendukung pelayanan
informasi pada bagian tata usaha di SMK Taruna Jaya Gresik?
3.
Bagaimana tata penyingkiran arsip dalam
pengelolaan arsip yang diperlukan guna mendukung pelayanan informasi pada
bagian tata usaha di SMK Taruna Jaya Gresik?
4.
Bagaimana penataran pegawai-pegawai dalam
pengelolaan arsip yang diperlukan guna mendukung pelayanan informasi di bagian
tata usaha di SMK Taruna Jaya Gresik?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun
tujuan penelitian yang ingin dicapai penulis dalam penelitian ini adalah:
1.
Mengetahui sistem penyimpanan arsip dalam
pengelolaan arsip yang diperlukan guna mendukung pelayanan informasi pada
bagian tata usaha di SMK Taruna Jaya Gresik.
2.
Mengetahui tatakerja kearsipan dan
pemakaian arsip dalam pengelolaan arsip yang diperlukan guna mendukung
pelayanan informasi pada bagian tata usaha di SMK Taruna Jaya Gresik.
3.
Mengetahui tata penyingkiran arsip dalam pengelolaan
arsip yang diperlukan guna mendukung pelayanan informasi pada bagian tata usaha
di SMK Taruna Jaya Gresik.
4.
Mengetahui penataran pegawai-pegawai dalam
pengelolaan arsip yang diperlukan guna mendukung pelayanan informasi di bagian
tata usaha di SMK Taruna Jaya Gresik.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun
manfaat penelitian yang ingin dicapai penulis dalam penelitian ini adalah:
1.
Manfaat teoritis Penelitian ini diharapkan
dapat memberikan masukan pengembangan ilmu pengetahuan mengenai hal-hal yang
berkaitan dengan pengelolaan arsip terutama bagi mahasiswa administrasi
perkantoran.
2.
Manfaat praktis
- Bagi
Mahasiswa Menambah pengalaman dan pengetahuan mengenai pengelolaan arsip
di bagian tata usaha.
- Bagi
akademik Sebagai bahan tambahan referensi penambah pengetahuan dan wawasan
tentang pengelolaan arsip.
- Bagi
Instansi Sebagai bahan masukan untuk pembenahan pengelolaan sistem
kearsipan di bagian tata usaha di SMK Taruna Jaya Gresik.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1
Tinjauan
Arsip
2.1.1 Pengertian Arsip
“Arsip adalah suatu kumpulan warkat yang
disimpan secara sitematis karena mempunyai suatu kegunaan agar setiap kali
diperlukan dapat secara cepat ditemukan kembali” (Gie The Liang, 2009:118).
Undang-Undang
No.43 Tahun 2009 Bab I Ketentuan Umum pasal 1 dalam Undang-Undang ini yang
dimaksud dengan arsip adalah rekaman kegiatan atau peristiwa dalam berbagai
bentuk dan media sesuai dengan perkembangan tekhnologi informasi dan komunikasi
yang dibuat dan diterima oleh lembaga negara, pemerintahan daerah, lembaga
pendidikan, perusahaan, organisasi politik, organisasi kemasyarakatan, dan
perseorangan dalam pelaksanaan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara.
“Arsip
(record) diberikan pengertian sebagai setiap cacatan tertulis baik dalam bentuk
gambar ataupun bagan yang memuat keterangan-keterangan mengenai sesuatu subjek
(pokok persoalan) ataupun peristiwa yang dibuat orang untuk membantu daya
ingatan orang (itu)” (Barthos, 2013:1).
Sugiarto
(2005:2) mengemukakan bahwa, “Arsip adalah bukti dan rekaman dari kegiatan atau
transaksi mulai dari kegiatan terdepan (loket dan tempat pembayaran) sampai
kepada kegiatan-kegiatan pengambilan keputusan”. Berbagai pendapat mengenai
arsip diatas dapat disimpulkan bahwa arsip merupakan kumpulan warkat dalam
segala bentuk yang mempunyai nilai historis yang dipelihara dan disimpan supaya
saat diperlukan dapat dengan cepat ditemukan kembali.
2.1.2 Jenis Arsip
Jenis
Arsip Penggunaan arsip yang berbeda-beda sebagai bahan informasi menurut
Mulyono, dkk (2012:7-8), dibedakan jenis arsip sebagai berikut:
1.
Arsip aktif (dinamis aktif) yaitu yang
secara langsung masih digunakan dalam proses kegiatan kerja. Arsip aktif ini
disimpan di unit pengolah karena sewaktu-waktu diperlukan sebagai bahan
informasi harus dikeluarkan dari tempat penyimpanan karena arsip aktif sering
keluar masuk tempat penyimpanan.
2.
Arsip inaktif (dinamis inkatif) yaitu
arsip yang penggunaanya tidak langsung sebagai bahan informasi. Arsip ini
disimpan pada bagian kearsipan dan dikeluarkan dari tempat penyimpanan yang
sangat jarang bahkan tidak pernah keluar dari tempat penyimpanan.
3.
Arsip dinamis yaitu arsip yang digunakan
secara langsung dalam kegiatan penciptaan arsip dan disimpan selama jangka
waktu tertentu.
4.
Arsip statis yaitu arsip yang dihasilkan
oleh pencipta arsip karena memiliki nilai guna kesejarahan, telah habis
referensinya, dan keterangan yang dipermanenkan yang telah diverivikasi baik
secara langsung maupun tidak langsung oleh ANRI atau Lembaga Kearsipan.
Beberapa
pendapat mengenai jenis arsip yang dilihat dari berbagai aspek yang berbeda-beda,
akan tetapi peran arsip tetap sama yaitu sebagai sumber informasi dan sebagai
pusat ingatan bagi organisasi. Sumber informasi tersebut bermanfaat sebagai
bahan penelitian atau sebagai bahan pengambilan keputusan.
2.1.3 Peran Arsip
Keberadaan
arsip perlu mendapatkan perhatian yang baik sehingga arsip di kantor dapat
menunjukan peran yang sesuai dan dapat mendukung penyelesaian pekerjaan yang
dilakukan semua anggota dalam organisasi atau kantor tersebut.
Menurut
Barthos (2013:2-3), “Kearsipan mempunyai peran sebagai “pusat ingatan”, sebagai
“sumber informasi” dan sebagai “alat pengawasan” yang sangat diperlukan dalam
setiap organisasi dalam rangka kegiatan “perencanaan”, “penganalisisisan”,
pengembangan, perumusan kebijaksanaan, pengambilan keputusan, pembuatan
laporan, pertanggung jawaban, penilaian, dan pengendalian setepat-tepatnya”.
Arsip
memiliki peran penting dalam proses penyajian informasi bagi pimpinan untuk
membuat keputusan dan merumuskan kebijakan, untuk dapat menyajikan informasi
yang lengkap, cepat dan benar harus ada sistem dan prosedur kerja yang baik
dalam bidang pengelolaan arsip. Peran arsip mempuyai jangkauan yang sangat
luas, yaitu baik sebagai alat untuk membantu daya ingatan manusia, maupun dalam
rangka pelaksanaan kegiatan pemerintahan dan pelakasanaan kehidupan kebangsaan.
Kearsipan
juga merupakan salah satu bahan untuk penelitian ilmiah. Usaha-usaha penelitian
untuk mempelajari persoalan-persoalan tertentu akan lebih mudah bilamana
bahan-bahan kearsipan terkumpul, tersimpan dengan baik dan teratur
2.2
Pengelolaan
Arsip
2.2.1 Pengorganisasian Arsip
Pengorganisasian
arsip membicarakan siapa yang melakukan pengelolaan arsip dalam suatu
organisasi. Pengaturan arsip dan penanggung jawabanya dapat diketahui secara
jelas dengan pengorganisasian arsip. Pembagian tugas dan wewenang pengelolaan
arsip juga dapat dilaksanakan sebaik-baiknya dalam suatu organisasi. Hal ini
juga dapat digunakan untuk mengantisipasi saling melempar tanggungjawab dalam
pengelolaan arsip yang dapat menyebabkan ketidak efektifan pengelolaan arsip
secara umum.
2.2.2 Sistem Penyimpanan Arsip
Pada
umumnya sistem penyimpanan menurut Sugiarto (2005:52-73), yang dipakai sebagai
sistem penyimpanan yang standar adalah sebagai berikut:
1.
Sistem Abjad
Sistem
abjad adalah sistem penyimpanan dokumen yang berdasarkan susunan abjad dari
kata tangkap (nama) dokumen bersangkutan. Sistem ini dokumen disimpan berdasar
urutan abjad, kata demi kata, huruf demi 18 huruf. Nama dapat terdiri dari dua
jenis, yaitu nama orang dan nama badan atau organisasi. Nama orang terdiri dari
nama lengkap dan nama tunggal, sedangkan nama badan terdiri dari nama badan
pemerintah, nama badan swasta dan nama organisasi.
2.
Sistem Geografis
Sistem
geografis adalah sistem penyimpanan dokumen yang berdasarkan kepada
pengelompokan menurut nama tempat. Sistem ini sering disebut juga sistem lokasi
atau sistem nama tempat. Sistem ini digunakan karena adanya kenyataan bahwa
dokumen-dokumen tertentu lebih mudah dikelompokan menurut tempat asal
pengirimnya atau nama tempat tujuan dibandingkan dengan nama badan, individu,
atau isi dokumen yang bersangkutan. Sistem geografis dapat dikelompokan menurut
tingkatantingkatan yaitu menurut nama depan negara, nama pembagian wilayah
administrasi negara, dan nama pembagian wilayah administrasi khusus.
3.
Sistem Subjek
Sistem
Subjek adalah sistem penyimpanan dokumen berdasarkan kepada isi dari dokumen
yang bersangkutan. Isi dokumen juga disebut perihal, pokok masalah,
permasalahan, masalah, pokok surat atau subjek. Sistem ini merupakan suatu
sistem penyimpanan dokumen yang didasarkan pada isi dokumen dan kepentingan
dari dokumen tersebut. Sistem penyimpanan subjek tepat digunakan pada kantor
yang pengelolaan arsipnya dilakukan secara sentralisasi (terpusat) dan pada
penyimpanan data pada toko serba ada yang memiliki data tentang berbagai jenis
barang yang dijual. Subjek yang digunakan harus ringkas dan mampu
mendeskripsikan materi yang diwakilinya dan tidak menimbulkan banyak tafsiran.
Setelah penentuan kata atau frase, maka perlu dibuat daftar kata atau daftar
istilah subjek. Daftar istilah subjek sering disebut dengan nama daftar
klasifikasi subjek atau pola klasifikasi subjek. Hal ini untuk mempermudah
penggunaan daftar istilah, sistem ini sering dilengkapi dengan daftar bantu
yang disebut dengan indeks.
4.
Sistem Nomor
Sistem
nomor (numeric filing system) merupakan sistem penyimpanan dokumen yang
berdasarkan kode nomor sebagai pengganti dari nama orang atau nama badan atau
organisasi. Sistem nomor penyimpanan dokumennya berdasarkan dengan kode nomor.
Pada sistem nomor terdapat tiga unsur yaitu file utama yaitu file nomor yang
digunakan untuk menyimpan surat-surat yang telah dipindahkan kedalam map
individu (map yang berisi surat-surat koresponden yang jumlahnya sudah mencapai
lima), indeks yaitu suatu alat bantu untuk mengetahui nomor file yang diberikan
kepada sesuatu koresponden atau nama bila nama nomor yang bersangkutan tidak
diketahui dan buku nomor yaitu buku yang berisi nomor-nomor yang sudah
dipergunakan sebagai nomor koresponden dalam file sistem nama. Sistem
penyimpanan nomor tepat digunakan untuk penyimpanan berkas atau dokumen yang
kata panggilnya menggunakan nomor penyimpanan surat-surat keputusan dalam suatu
organisasi, pada lembaga pendidikan, dan penyimpanan faktur transaksi.
5.
Sistem Kronologi
Sistem
penyimpanan kronologi merupakan sistem penyimpanan yang didasarkan pada urutan
waktu. Waktu disini dapat dijabarkan sebagai tanggal, bulan, tahun, dekade,
ataupun abad. Sistem ini kurang efektif apabila digunakan dalam mengelola
dokumen yang banyak. Sistem ini semua dokumen diurutkan pada urutan tanggal,
bulan dan tahun dokumen itu disimpan. Segi peletakan dan penyimpanan sistem ini
mudah dilakukan karena hanya didasarkan pada urutan tanggal, bulan serta tahun.
Penemuan kembali dokumen yang telah disimpan, sistem ini kurang begitu efektif
karena biasanya permintaan dokumen jarang dilakukan berdasarkan kata panggil
(caption) tanggal.
6.
Sistem Warna Penggunaan warna sebagai
dasar penyimpanan dokumen sebenarnya hanya penggunaan simbol atau tanda untuk
mempermudah pengelompokan dan pencarian dokumen. Penggunaan warna dapat
dikombinasikan dengan sistem penyimpanan yang lain. Misalnya penggunaan warna
untuk guide-guide dalam folder atau penggunaan warna dalam perlengkapan arsip
yang dapat membantu kegiatan kearsipan. Penggunaan warna bukan suatu yang utama
melainkan hanya membantu dalam penataan dokumen
Menurut
Mulyono, dkk (2012:14-32), sistem penyimpan arsip yang dapat digunakan oleh
berbagai organisasi, baik pemerintah ataupun swasta adalah sebagai berikut:
1.
Sistem Abjad
Penyimpanan
arsip dengan sistem abjad digunakan oleh sebagian besar organisasi yang volume
kegiatan kerjanya tidak begitu banyak. Cara mengatur penyimpanan arsipnya
diurutkan menurut urutan abjad yaitu dari huruf A sampai Z. Misalnya surat
masuk yang sudah selesai diproses, berarti sudah ada tanda pembebas disimpan
dengan kode penyimpanan berdasarkan indeks kepala surat. Surat keluar arsipnya
disimpan dengan kode penyimpanan dari indeks nama orang atau badan yang tercantum
pada alamat yang dituju.
2.
Sitem Pokok Soal
Penyimpanan
arsip dengan sistem pokok soal atau sistem perihal (sistem subjek) adalah
sistem penyimpanan arsip yang mendasarkan pokok soal surat sebagai penentu
penyimpanan. Penyelenggaraan sistem ini perlu ditentukan terlebih dahulu permasalahan
yang dihadapi sehari-hari organisasi yang bersangkutan.
3.
Sistem Tanggal (Kronologis)
Penyimpanan
sistem tanggal adalah penyimpanan arsip yang mendasarkan atas tanggal surat
atau tanggal penerimaan surat. Penyimpanan arsip yang berasal dari surat masuk,
kata tangkap untuk menentukan kode penyimpanan adalah tanggal masuknya surat.
Kata tangkap yang digunakan untuk menentukan kode penyimpanan arsip atas dasar
surat keluar yaitu tanggal yang tertera pada surat yang dikirim.
4.
Sistem Nomor Terahir (Terminal Digit)
Penyimpanan
arsip dengan sistem nomor terahir pada umumnya digunakan oleh organisasi yang
mempunyai kegiatan cukup luas atau organisai yang besar serta volume
terciptanya arsip cukup besar. Perlu diperhatikan yang dimaksud nomor disini
adalah nomor kode penyimpanan dan bukan nomor yang tertera pada surat atau
nomor surat. Penyimpanan arsip dengan sistem ini yang mendasarkan nomor sebagai
kode penyimpanan adalah penyimpanan arsip yang diatur dengan ketentuan sebagai
berikut:
a.
Lemaci yang digunakan untuk penyimpanan
arsip terdiri dari 10 laci.
b.
Lembar petunjuk (guide) ditiap laci
sebanyak 10 sehingga seluruhnya berjumlah 100 lembar petunjuk.
c.
Jumlah map atau folder seluruhnya
berjumlah 1000 lembar yang ditempatkan dibelakang setiap lembar petunjuk
sebanyak 10 map.
d.
Nomor kode penyimpanan terdiri dari 3 unit
petunjuk.
5.
Sistem Klasifikasi
Desimal
Penyimpanan arsip sistem klasifikasi desimal dikenal sebagai sistem desimal,
sistem klasifikasi atau sistem “Dewey”. Buku-buku perpustakaan disimpan dengan
sistem Dewey. Sistem klasifikasi adalah penyimpanan arsip yang mendasarkan
nomor sebagai kode penyimpanan. Penyimpanan arsip dengan sistem klasifikasi
desimal ditata dengan aturan sebagai berikut:
a.
Sistem klasifikasi desimal dalam
penyimpanan arsip dikombinasikan dengan sistem perihal sehingga perlu
ditentukan klasifikasi masalah. Permasalahan ditentukan oleh kegiatan utama
dari organisasi yang bersangkutan
b.
Permasalahan yang merupakan perincian dari
pembagian utama sebanyak-banyaknya 10 pembagian pembantu pada tiap pembagian
utama.
c.
Pembagian pembantu dirinci lagi dalam
pembagian pembantu dirinci lagi dalam pembagian lanjutan dengan ketentuan
sebanyak-banyaknya 10 pembagian lanjutan.
6.
Sistem Wilayah (geographic filing)
Penyimpanan
arsip dengan sistem wilayah adalah penyimpanan yang dikelompokan-kelompokan
berdasar wilayah kerja dari organisasi yang bersangkutan. Pembagian wilayah
dapat di kelompokan atas dasar wilayah kerja antar pulau, apabila propinsi yang
mendasar wilayah kerja organisasi, maka jumlah laci yang digunakan sebanyak
propinsi wilayah kerja. Satu laci terdiri dari kabupaten dan kota dalam
propinsi yang bersangkutan. Jumlah lembar petunjuk sebanyak kabupaten dan kota
dari propinsi tersebut, untuk tiap kabupaten terdiri dari kecamatan-kecamatan
sehingga jumlah map yang digunakan sebanyak kecamatan dikabupaten atau kota
tersebut.
2.2.3 Penilaian Pengelolaan arsip
Menurut
Mulyono (2012: 53) “Penilaian pengelolaan arsip adalah suatu putusan apakah
kearsipan dilaksanakan dengan baik dalam suatu periode (jangka waktu tertentu)
sehingga dapat terus dipertahankan atau perlu diadakan pembenahan.” Sasaran
utama dalam pembenahan pengelolaan arsip adalah dengan cara melihat sistem
penyimpanan yang digunakan dan pegawai pengelola arsip yang ada. Cara yang
digunakan untuk melihat sistem penyimpanan arsip yang digunakan sudah baik atau
belum adalah dengan cara menghitung angka cermat arsip.
Angka
cermat arsip adalah angka perbandingan antara jumlah arsip yang tidak ditemukan
pada waktu diperlukan dengan jumlah arsip yang ditemukan, dinyatakan dalam
presentasi (Mulyono, 2012:53).
2.2.4 Peralatan dan Pelengkapan
Arsip
Penataan arsip supaya dapat dilakukan dengan kecepatan tinggi dan sedikit
kesalahan diperlukan peralatan dan perlengkapan yang sanggup menjalankannya
fungsi setiap sistem dan metode dengan sebaik-baiknya. Keberhasilan dari
kegiatan manajemen kearsipan dipengaruhi oleh peralatan yang digunakan untuk
menyimpan arsip dan efisiensi pemakaian peralatan tersebut.
Menurut
Amsyah (2005:179-188), peralatan yang digunakan bagi penyimpanan arsip yang
berjumlah banyak dapat dikelompokan sebagai berikut:
1.
Alat Penyimpanan Tegak (Vertical File).
Peralatan
tegak adalah jenis yang umum dipergunakan dalam kegiatan pengurusan arsip.
Jenis arsip sering disebut dengan almari arsip (filing cabinet). Almari arsip
yang standar dapat terdiri dari yang 2 laci, 4 laci, 5 laci, atau 6 laci. File
vertikal sering digunakan untuk menyimpan arsip inaktif yaitu dengan peralatan
dan tempat yang berbiaya rendah.
2.
Alat Penyimpanan Menyamping (lateral
File).
Walaupun
sebenarnya arsip diletakkan juga secara vertikal, tetapi peralatan ini tetap
saja disebut degan (file lateral), karena letak mapmapnya menyamping laci. File
ini dapat lebih menghemat tempat dibanding dengan file kabinet. Penyimpanan
arsip dalam laci akan lebih mempercepat penemuan daripada penyimpanan dalam
kotak karton di rak tebuka. File lateral tertutup dan dapat dikunci dan lagi
pula bentuknya lebih bervariasi dibanding dengan rak terbuka.
3.
Alat Penyimpanan Elektrik (Power File).
File
elektrik berkembang diberbagai kantor, harga dari file ini lebih mahal
dibanding file-file model lain. Menggunakan file ini, penggunaan tenaga manusia
dalam pengurusan arsip atau manajemen kearsipan dapat dikurangi. Hal tersebut
dapat menutupi besarnya biaya yang dikeluarkan untuk membeli peralatan. File
elektrik terdiri dari 3 (tiga) model dasar yaitu file kartu merupakan file yang
khusus dibuat untuk menyimpan kartu atau formulir dengan ukuran tertentu, file
struktural merupakan file untuk semua jenis dan ukuran formulir atau arsip, dan
file mobil atau file bergerak.
4.
Alat Penyimpanan untuk “Word Processing”.
Peralatan
untuk menyimpanan media magnetik sangat bervariasi, hampir sama juga dengan
peralatan untuk arsip kertas. Floppy disk dan kartu magnetik sering disimpan
dalam kotak yang dipesan khusus dengan desain yang sesuai dengan keperluan pada
pabrik-pabrik peralatan pada umumnya. Peralatan ini berada diatas meja para operator
pada waktu digunakan.
5.
Alat Penyimpanan untuk media komputer
Menghadapi begitu banyak media komputer yang perlu disimpan dan dapat dicari
dengan cepat bilamana diperlukan, banyak badan yang menggunakan peralatan rak
mobil otomatis. Caranya dengan menekan suatu tombol, seorang petugas dapat
menggerakkan sederetan rak yang berisi media komputer, sehingga diperoleh suatu
gang diantara rak-rak untuk menemukan media yang dicari. Media bersangkutan
mempunyai nomor sebagai pengenal (identitas). Cetakan komputer yang berukuran
besar biasanya disimpan pada folderfolder yang sesuai dan diletakkan didalam
rak-rak almari. Digunakan untuk memperkecil rak, cetakan komputer yang
berukuran besar dapat difotokopi menjadi ukuran kecil, misalnya ukuran kuarto.
6.
Alat Penyimpanan “Visible”.
Alat
penyimpanan jenis ini yang banyak dipergunakan adalah jenis kardex. Penyimpanan
visible sering digunakan untuk informasi yang diperlukan dengan cepat, misalnya
untuk inventaris, kartu penjualan dan pembelian, data karyawan dan lain-lain.
2.2.5 Pemeliharaan, Perawatan dan
Pengamanan Arsip
Pemeliharaan
arsip bertujuan untuk menyelamatkan arsip-arsip berikut informasinya atau
isinya serta menjamin kelangsungan hidup arsip dari pemusnahan.
Menurut
Sugiarto (2005:83-86), “Pemeliharaan arsip adalah usaha penjagaan arsip agar
kondisi fisiknya tidak rusak selama masih mempunyai nilai guna.” Pemeliharaan
arsip dapat dilakukan dengan mengetahui penyebab kerusakannya dan mencegah terjadinya
kerusakan pada arsip.
1.
Penyebab kerusakan arsip Penyebab
kerusakan arsip dibedakan menjadi dua faktor, yaitu faktor intrinsik dan faktor
ekstrinsik:
a.
Faktor intrinsik ialah faktor penyebab
kerusakan arsip yang berasal dari benda arsip itu sendiri seperti kualitas
kertas, pengeruh tinta, pengaruh lem perekat. Penyebab kerusakan ini
berdasarkan proses kimiawi yaitu kertas yang terbuat dari campuran bahan kimia
akan mengalami perubahan dan rusak dalam waktu yang singkat ataupun kurun waktu
yang lama. Tinta dan perekat yang digunakan juga mengandung bahan kimia yang
dapat menyebabkan kerusakan kertas karena proses kimia.
b.
Faktor ekstrinsik ialah faktor penyebab
kerusakan arsip yang berasal dari luar benda arsip seperti lingkungan,
organisme perusak, dan kelalaian manusia.
1)
Faktor lingkungan fisik antara lain
temperatur, kelembaban udara, sinar matahari, polusi udara, dan debu.
2)
Biologis antara lain jamur, kutu buku,
ngengat, rayap, kecoak dan tikus.
3)
Kimiawi yaitu kerusakan arsip yang
diakibatkan merosotnya kualitas kandungan bahan kimia dalam bahan arsip.
4)
Kelalaian manusia antara lain percikan
bara rokok, tumpahan minuman dan sebagainya.
2.
Usaha Pencegahan Kerusakan arsip Ada
beberapa upaya untuk mencegah kerusakan arsip akibat faktor ekstrinsik dan
intrinsik penyebab kerusakan arsip. Usaha dengan cara menggunakan kertas, pita
mesin, tinta, karbon, lem dan bahan yang bermutu baik sehingga lebih awet. Penggunaan alat berbahan plastik juga
lebih baik karena tidak mudah berkarat. Ruangan penyimpan arsip sebaiknya
diatur dan dibangun dengan baik supaya arsip tetap terjaga diruangan dengan
baik.
a.
Lokasi ruangan atau gedung penyimpanan
arsip sebaiknya diluar atau terpisah dengan bangunan industri dengan luas yang
cukup. Jika satu bangunan gedung sebaiknya terpisah dari keramaian dan tidak
dilalui saluran air.
b.
Konstruksi bangunan sebaiknya menggunakan
tembok, jika menggunakan kayu sebaiknya tidak langsung menyentuh tanah untuk
menghindari serangan rayap. Pintu dan jendela sebaiknya diletakkan dibagian
yang tidak langsung terkena sinar matahari. Kalau jendela sudah terlanjur
terpasang sebaiknya diberi kaca dengan warna kuning tua atau hijau tua untuk
menyaring sinar ultraviolet. Sebaiknya ventilasi udara diberi kawat halus untuk
menghindari debu dan serangga.
c.
Ruangan dilengkapi dengan pencahayaan,
pengatur temperatur ruangan, dan AC. Kelembaban udara yang baik sekitar 50-60 %
dan temperatur sekitar 60°-75° F atau 22°-25° C.
d.
Ruangan harus selalu bersih dari debu,
kertas bekas, putung rokok, maupun sisa makanan.
Menurut
Barthos (2013:58-60), perawatan atau penjagaan arsip dapat dilakukan dengan
cara sebagai berikut:
- Membersihkan
ruangan Ruangan penyimpanan arsip
hendaknya
senantiasa bersih dan teratur. Sekurang-kurangnya seminggu sekali dibersihkan
dengan vacuum cleaner (alat penyedot debu).
- Pemeriksaan
ruangan dan sekitarnya
Sedikit-dikitnya
setiap enam bulan tempat penyimpanan arsip dan daerah sekelilingnya hendaknya
diperiksa untuk mengawasi kalaukalau ada serangga,rayap dan sejenisnya.
- Penggunaan
racun serangga
Setiap
enam bulan ruangan hendaknya disemprot dengan racun serangga.
- Mengawasi
serangga
anai-anai
Menghindari serangga anai-anai dapat dipergunakan sodium arsenite, sodium ini
letakkanlah dicelah-celah lantai.
- Larangan
makan dan merokok
Makanan
dalam bentuk apapun tidak boleh dibawa ketempat penyimpanan arsip, sebab
sisa-sisa makanan merupakan daya tarik bagi serangga dan juga tikus-tikus.
- Rak
penyimpanan arsip.
Arsip-arsip
hendaknya disimpan di rak yang dibuat dari logam, dimana jarak antara papan rak
yang terbawah dengan lantai sekitar 6 inci.
- Meletakkan
arsip
Arsip-arsip,
barang-barang cetakan, peta, bagan dan lain-lain hendaknya diatur sebaik
mengkin dengan diberi tanda masing-masing. Barang-barang tersebut jangan
diletakkan secara berdesak-desakan dan jangan diletakan ditempat yang lebih
kecil ukuranya daripada kertasnya sendiri.
- Membersihkan
arsip
Arsip-arsip
hendaknya dibersihkan dengan menggunakan vacuum cleaner dan arsip-arsip yang
rusak segera dipisahkan untuk segera diserahkan kepada yang berwenang untuk
diperbaiki.
- Mengeringkan
arsip yang basah
Arsip-arsip
yang basah tidak diperbolehkan dikeringkan dengan jalan menjemur dibawah
teriknya sinar matahari. Arsip-arsip yang basah sebaiknya keringkan dengan
jalan menganginkan.
- Arsip-arsip
yang tidak terpakai
Untuk
arsip-arsip yang tidak terpakai lagi hendaknya dijaga dengan cara yang sama, tetapi
simpanlah tersendiri.
- Arsip-arsip
yang rusak atau sobek
Apabila
kita temukan arsip-arsip yang rusak atau sobek janganlah ditambal menggunakan
cellulose tape, sebab alat perekat ini malahan dapat merusak kertas dan
tulisannya.
2.2.6 Penyusutan Arsip
Menurut
Sugiarto (2005:102), “Penyusutan arsip merupakan kegiatan mengurangi jumlah
arsip yang dikelola melalui kegiatan pemindahan, penyerahan kepihak lain dan
pemusnahan. Undang-undang membedakan tindakan memindahkan dengan tindakan
penyerahan dokumen perusahaan. Pemindahan adalah tindakan internal artinya
masih berlangsung dalam lingkungan perusahaan. Pemindahan dokumen sifatnya
internal yaitu dari unit pengolah ke unit kearsipan dilingkungan perusahaan.
Sedangkan penyerahan merupakan tindakan eksternal, yaitu dari perusahaan kepada
Arsip Nasional.
Dokumen
perusahaan yang wajib diserahkan kepada Arsip Nasional adalah dokumen
perusahaan yang memiliki nilai historis yang penggunaannya berkaitan dengan:
kegiatan pemerintahan, kegiatan pembangunan nasional, atau kehidupan
kebangsaan. Sedangkan istilah pemusnahan merupakan usaha yang menjadikan arsip
yang ada menjadi tidak ada, atau menjadikan asip tidak dapat dikenali lagi.”
Kegiatan
penyusutan arsip dapat dilakukan sebagai berikut Sugiarto (2005:108-119):
1.
Penilaian Arsip
Sebelum
dilakukan penyusutan arsip sebaiknya dilakukan penilaian yang jelas terhadap
arsip yang akan dipindahkan dan dimusnahkan. Penilaian terhadap arsip
didasarkan pada nilai guna yang dimiliki oleh setiap jenis arsip. Penilaian
tersebut akan dapat diketahui nilai guna dan umur penyimpanan arsip, yang
dijadikan standar atau patokan untuk melakukan penyusutan. Penilaian arsip
bertujuan memberikan kepastian berapa lama arsip disimpan. Kriteria penilaian
yang umum dapat dipergunakan adalah sistem penilaian ALFRED, yaitu singkatan
dari administratif value, legal value, financial value, research vlue, educational
value, documentary value.
2.
Pemindahan Kegiatan
pemindahan
arsip dilakukan dengan memindahkan arsip setelah dikategorikan berdasarkan
hasil penilaian yang dilakukan. Pemindahan adalah tindakan internal artinya
masih berlangsung dalam lingkungan perusahaan. Pemindahan dokumen sifatnya
internal yaitu dari unit pengelola ke unit kearsipan dilingkungan perusahaan.
Proses pemindahan yang mengakibatkan perubahan pihak pengelola, seharusnya
dalam proses pemindahan tersebut dilengkapi dokumen-dokumen yang diperlukan.
3.
Jadwal Retensi
Jadwal
retensi merupakan salah satu pedoman yang digunakan dalam kegiatan penyusutan
arsip. Jadwal retensi arsip adalah daftar yang berisi tentang jangka waktu
penyimpanan arsip yang digunakan sebagai pedoman penyusutan arsip. Penentuan
jangka waktu penyimpanan arsip ditentukan atas dasar nilai guna tiap-tiap
berkas. Jadwal retensi disusun oleh suatu panitia yang terdiri dari para
pejabat yang benar-benar memahami kearsipan, fungsi dan kegiatan instansinya
masing-masing.
4.
Penyerahan Arsip
Penyerahan
merupakan tindakan eksternal yaitu dari perusahaan kepada Arsip Nasional.
Dokumen perusahaan yang wajib diserahkan kepada Arsip Nasional adalah dokumen
perusahaan yang memiliki nilai historis yang penggunaannya berkaitan dengan kegiatan
pemerintah, kegiatan pembangunan nasional, dan kehidupan kebangsaan.
5.
Pemusnahan
Arsip
Arsip yang berdasarkan jadwal retensi akan diabadikan maka arsip tersebut tidak
akan dimusnahkan melainkan diserahkan kepada Arsip Nasional. Pemusnahan arsip
dilakukan secara total sehingga tidak dapat dikenal lagi baik isi ataupun
bentuknya, serta disaksikan oleh dua orang pejabat dari bidang
hukum/perundang-undangan atau bidang pengawasan dari
lembaga-lembaga/Badan-badan Pemerintahan yang bersangkutan. Pemusnahan arsip
umumnya terdiri dari langkah-langkah:
a.
Seleksi untuk memastikan arsip-arsip yang
akan dimusnahkan.
b.
Pembuatan daftar jenis arsip yang akan
dimusnahkan.
c.
Pembuatan berita acara pemusnahan arsip.
d.
Pelaksanaan pemusnahan dengan saksi-saksi.
Pemusnahan dilaksanakan oleh penanggungjawab kearsipan dan dua orang saksi dari
unit kerja lain. Setelah pemusnahan selesai dilaksanakan, maka berita acara dan
daftar petelaan ditandatangani oleh penanggung jawab pemusnahan bersama
saksi-saksi. Pemusnahan arsip dapat dilakukan dengan cara:
a)
Pembakaran merupakan cara yang paling
dikenal untuk memusnahkan arsip. Cara ini dianggap kurang aman karena terkadang
masih ada dokumen yang belum terbakar atau masih dapat dikenali. Selain itu
cara pembakaran dianggap kurang ramah lingkungan dan cara ini tidak mungkin
dilakukan didalam ruangan atau gedung.
b)
Pecacahan dokumen dilakukan dengan
menggunakan alat pencacah, baik manual atau mesin penghancur kertas. Cara ini
banyak dilakukan oleh petugas arsip karena lebih praktis.
c)
Proses kimiawi merupakan pemusnahan
dokumen dengan menggunakan bahan kimia guna melunakkan kertas dan melenyapkan
tulisan.
d)
Pembuburan merupakan metode pemusnahan
doumen yang ekonomis, aman, nyaman dan tak terulangkan. Dokumen yang akan
dimusnahkan dicampur dengan air kemudian dicacah, dan disaring yang akan menghasilkan
lapisan bubur kertas.
e)
Pemindahan arsip kedalam media microfilm
yaitu jika suatu kantor atau organisasi yang memiliki dana cukup, maka arsip
yang akan dimusnahkan dapat dialihkan kedalam mikrofilm sebelumnya. Pengalihan
dokumen kedalam mikrofilm atau media lainnya sematamata didasarkan pada
pertimbangan efisiensi atau keekonomisan dengan mengabaikan risiko hukum yang
dapat timbul dikemudian hari.
2.4
Masalah
Pengelolaan Arsip
Arsip
sebagai pusat ingatan terhadap kegiatan-kegiatan yang telah berlangsung dan
sebagai alat pengambil keputusan maka arsip harus dijaga, diatur dan dipelihara
dengan baik.
Menurut
Gie The Liang (2009:119), “Sebagai akibat dari pengabaian terhadap arsip, maka
di lingkungan instansi-instansi pemerintah Indonesia segi tata usaha ini banyak
menimbulkan kesulitan.”
Menurut
The Liang Gie (2009:120), masalah-masalah dibidang kearsipan bertalian dengan
hal-hal sebagai berikut:
1.
Tidak dapat menemukan kembali secara cepat
dari bagian arsip sesuatu surat yang diperlukan oleh pimpinan instansi atau
satuan organisasi lainnya.
2.
Peminjaman atau pemakaian susuatu surat
oleh pimpinan atau satuan organisasi lainnya yang jangka waktunya sangat lama,
bahkan kadangkadang tidak dikembalikan.
3.
Bertambahnya terus-menerus surat-surat ke
dalam bagian arsip tanpa ada penyingkirannya sehingga tempat dan peralatan
tidak lagi mencukupi.
4.
Tatakerja dan peralatan kearsipan yang
tidak mengikuti perkembangan dalam ilmu kearsipan modern sebagai akibat dari
pegawai-pegawai arsip yang tak cakap dan kurangnya bimbingan yang teratur.
Organisasi dalam mengelola arsip pasti akan menghadapi berbagai masalah.
Perlu
diperhatikan hal-hal yang penting untuk mengatasi masalah yang ada dalam pengelolaan
arsip tersebut. Menurut Gie The Liang (2009:120-152), hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam mengatasi masalah-masalah dalam kearsipan adalah:
1.
Sistem peyimpanan arsip Aktifitas yang
paling pokok dalam bidang kearsipan adalah penyimpanan arsip. Arsip disimpan
menurut suatu sistem yang memungkinkan penemuan kembali dengan cepat saat arsip
tersebut diperlukan. Sistem penyimpanan warkat yang pokok terdapat 5 (lima) macam
yaitu sebagai berikut:
a.
Penyimpanan menurut abjad (alphabetic
filing) Pada penyimpanan arsip, warkat-warkat disimpan menurut abjad dari
nama-nama orang atau organisasi utama yang tertera dalam tiap warkat-warkat
tersebut.
b.
Penyimpanan menurut pokok soal (subject
filing) Arsip dapat disimpan menurut urusan yang dimuat dalam tiap-tiap warkat.
c.
Penyimpanan menurut wilayah (geographic
filing) Arsip dalam organisasi dapat disimpan menurut pembagian wilayah. Sistem
ini digunakan pula sistem abjad untuk mengatur urutan-urutan nama-nama
langganan, akan tetapi pengelompokan utamanya adalah menurut pembagian wilayah.
d.
Penyimpanan menurut nomor (numeric filing)
Sistem penyimpanan menurut nomor, warkat yang memiliki nomor disimpan menurut
urutan-urutan angka dari 1 hingga bilangan yang lebih besar.
e.
Penyimpanan menurut tanggal (chronological
filing) Sistem menurut tanggal disimpan menurut urut-urutan tanggal yang
tertera pada tiap-tiap warkat tersebut. Syarat pokok penyimpanan surat yang
baik adalah ditemukannya arsip secara cepat saat arsip diperlukan.
2.
Tatakerja penyimpanan dan pemakaian
warkat. Surat-menyurat dicatat dalam buku agenda, buku ini untuk mencatat
segala sesuatu yang berkenaan dalam pengiriman dan penerimaan surat masuk
ataupun surat keluar. Pencatatan pada pagina-pagina buku agenda dibuat beberapa
lajur. Setiap lajur digunakan untuk mencatat salah satu hal mengenai surat yang
keluar atau masuk. Organisasi biasanya mempunyai buku agenda surat keluar dan
surat masuk. Setiap surat yang dicatat dibuku agenda kemudian surat disimpan. Proses
penyimpanan arsip adalah sebagai berikut:
a.
Pembacaan surat dan pembuatan tanda yaitu
dengan digaris bawahi menggunakan pensil berwarna merah.
b.
Pencataan dalam kartu yaitu setelah
ditentukan pokok soalnya lalu dicatat pada kartu arsip.arsip disusun menurut
urutan abjad, antar abjad sebaiknya diberi kartu batas.
c.
Penyimpanan dalam berkas sebaiknya tanpa
jepitan dan hendaknya dibuat lembaran-lembaran surat penunjuk. Berkas surat
harus disusun teratur seperti kartu arsip. Peminjaman surat hendaknya dicatat
oleh pegawai arsip disediakan tanda pinjam surat. Kartu tanda pinjam setelah
diisi ditaruh dalam berkas surat tepat pada berkas tempat warkat yang diambil,
setelah surat dikembalikan kartu ini dikeluarkan dari berkas.
3.
Penyingkiran warkat
Penyingkiran
warkat diukur dengan menggunakan angka pemakaian hal ini untuk mengetahui
bernilai atau tidaknya suatu arsip. Arsip yang sudah tidak berguna merupakan
suatu penghamburan tenaga, ruang dan alat. Penghamburan dapat dicegah dengan
cara dilakukan penyusutan arsip yaitu arsip yang sudah usang disingkirkan.
Pembatasan arsip yang tidak berguna dengan mengurangi pembuatan surat-surat
yang tidak begitu diperlukan. Mengurangi pembuatan surat-surat yang tidak
begitu penting juga akan membuat arsip menjadi lebih ringan dan dapat menghemat
ongkos dalam pengelolaan arsip. Proses
penyusutan arsip dilakukan dengan menggolongkan arsip dalam suatu organisasi.
Arsip yang sudah tidak berguna lagi dapat dimusnahkan, pemusnahan terlebih
dahulu dibuatkan berita acara yang menerangkan jenis, jumlah dan ciri-ciri dari
warkat yang akan dimusnahkan.
4.
Penataran pegawai-pegawai dibidang arsip
Bidang
pengelolaan arsip harus dilengkapi dengan tenaga-tenaga pegawai arsip yang
cakap agar arsip benar-benar menjadi sumber keterangan dan pusat ingatan yang
melancarkan perkembangan organisasi.
Petugas
arsip yang baik diperlukan 4 syarat yaitu sebagai berikut:
a.
Ketelitian Pegawai itu dapat membedakan
perkataan-perkataan, nama-nama, atau angka-angka yang sepintas terlihat sama.
b.
Kecerdasan Pegawai tidak perlu memiliki
pendidikan yang tinggi, sekurangkurangnya daya ingatan mereka cukup tajam
sehingga dia tidak melupakan pokok soal yang telah ada kartu arsipnya.
c.
Kecekatan Pegawai arsip harus bekerja
secara gesit yaitu dapat mengambil warkat dari berkasnya secara cepat.
d.
Kerapian Kerapian pada pegawai diperlukan
agar kartu-kartu, berkas-berkas, dan tumpukan warkat dapat tersusun secara
rapi. Surat atau warkat yang disimpan dengan rapi akan lebih mudah untuk dicari
kembali. Pegawai juga harus dapat menjaga surat agar tidak disimpan sampai
berkerut-kerut atau robek.
2.3
Pelayanan
Informasi
Pelayanan
Informasi didukung oleh komponen pelayanan dan informasi.
1.
Pelayanan
Menurut
Amsyah (2005:206), “Arsip sering digunakan untuk membantu pelayanan kepada
langganan (nasabah), karyawan sesama unit kerja, atau karyawan dari lain-lain
unit kerja”. Kesimpulan dari
pendapat tersebut menyatakan bahwa, pelayanan merupakan proses pemenuhan
informasi atau kebutuhan yang dilakukan secara langsung kepada pelanggan
atau orang yang membutuhkan informasi tersebut baik dalam satu unit maupun dari
unit satu ke unit yang lain.
2.
Informasi
Menurut
Sutabri (2005: 23), “Informasi adalah data yang telah diklasifikasi atau diolah
atau diinterpretasi untuk digunakan dalam proses pengambilan keputusan”.
“Informasi
adalah data yang sudah diolah sesuai dengan kebutuhan pengambilan keputusan”
(Amsyah, 2005: 9).
Berdasarkan
pendapat tersebut, disimpulkan bahwa informasi adalah proses pengolahan data
menjadi bentuk yang lebih mudah dipahami yang digunakan untuk mengambil
keputusan.
3.
Pelayanan Informasi
Pelayanan
informasi dapat disimpulkan sebagai kegiatan atau usaha suatu instansi untuk
memberikan data yang sudah diolah dengan cepat dan tepat waktu kepada
masyarakat saat mereka membutuhkan pelayanan kearsipan seperti adanya
permintaan arsip, peminjaman arsip dan pengembalian arsip.
2.5 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang
pernah dilakukan dalam mendukung penelitian ini diantaranya dilakukan oleh:
1.
Nama Peneliti : Nanik Sri Hariyati
Tahun : 2013
Judul
:Hasil Penelitian
Perbedaan Pengelolaan arsip dalam mendukung tertib administrasi di Program
Pascasarjana Universitas Negeri Semarang
Perencanaan
arsip yang dilakukan oleh gugus pengembang arsip dan dokumen saat ini masih
dalam tahap mengidentifikasi kebutuhan arsip baik ruang khusus penyimpanan
arsip maupun pengklasifikasian dalam bentuk pengkodean arsip. Langkah-langkah
yang dilakukan dalam pengelolaan arsip di Program Pascasarjana Univesitas
negeri Semarang, antara lain adalah pelimpahan wewenang/tugas pegawai
Pengkajian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu di Program Pascasarjana
Universitas Negeri Semarang adalah Pengelolaan Arsip yang dilihat dari fungsi
manajemennya, sedangkan yang dikaji oleh peneliti adalah mengenai pengelolaan
arsip yang dilihat dari cara mengatasi masalah-masalah dalam pengelolaan arsip
yaitu sistem penyimpanan, tata penyimpanan dan peminjaman arsip, penyingkiran
arsip, dan penataran pegawai arsip. atau petugas arsip, pengalokasian anggaran
untuk arsip, penyediaan peralatan dan perlengkapan arsip serta
pengklasifikasian sistem penyimpanan arsip. Pengendalian di Program
Pascasarjana Universitas Negeri Semarang untuk arsip yang mengalami kerusakan
karena faktor ekstrinsik, dilakukan dengan membasmi obat anti rayap dan
dibersihkan secara rutin serta menempatkan arsip pada rak dan lemari dari bahan
besi. Pengawasan arsip masih dilakukan secara mandiri pada masing-masing
subbagian Program Pascasarjana Universitas Negeri Semarang.
2.
Nama :
Rico Ramadeni
Tahun
: 2012
Judul : Pengelolaan Arsip Dinamis
Prosedur
penyimpanan arsip dinamis aktif yang dilakukan pada kantor Penggunaan sistem penyimpanan
yang digunakan oleh penelitian terdahulu menggunakan sistem penyimpanan subjek/
pokok soal sedangkan sistem penyimpanan Aktif Di Kantor Cabang Perum Pegadaian
Marapalam Padang Cabang Perum Pegadaian Marapalang Padang menggunakan sistem
penyimpanan subjek/pokok soal dan belum terlaksana dengan baik. yang dilakukan
dalam penelitian ini adalah sistem penyimpanan kronologis/ tanggal.
3.
Nama :
Ade Kharisma
Tahaun : 2012
Judul : Pengelolaan Kearsipan
Pengurusan, Pengendalian dan Penataan Arsip Kantor Camat
Sistem
penataan kearsipan yang diterapkan di kantor camat adalah engan system kearsipan
berdasarkan kode klasifikasi. Pengkajian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu
di Kantor Camat adalah pengelolaan dan sistem penataan arsip yang berdasar kode
klasifikasi sedangkan yang dikaji oleh peneliti adalah mengenai pengelolaan
arsip yang sistem pnyimpanannya menggunakan sistem kronologis.
4.
Nama : Zenith
Mar'atussolehah, Nurhattati Fuad, Siti Rochanah
Tahaun : 2012
Judul : Manajemen Arsip Bidang
Kesiswaan di Smp Muhammadiyh 31 Jakarta
Hasil
penelitian menunjukkan bahwa fase penyimpanan catatan manajemen di bidang
kemahasiswaan di SMP Muhammadiyah 31 Jakarta, memiliki dua sistem penyimpanan
penyimpanan fisik dan penyimpanan arsip dengan komputer. Sistem penyimpanan
yang digunakan dalam bentuk fisik tidak sesuai dengan prosedur catatan retensi.
Sistem penyimpanan yang ada dalam prosedur arsip menggunakan sistem abjad,
numerik, geografis dan subjek. Pada tahap ini penemuan kembali arsip dalam
Jakarta SMP Muhammadiyah 31 memiliki langkah-langkah tertentu yang harus
dilalui adalah yang pertama harus menyertakan surat izin dari majikan
(prinsipal) setelah mengetahui materi pelajaran (arsip dipinjam) dan kemudian
mencari judul arsip berbasis. Tahap penyusutan di bidang catatan siswa di SMP
Muhammadiyah 31 Jakarta memiliki beberapa tahapan sebelum akhirnya akan hancur,
yang merupakan pertama yang dilihat dari nilai arsip, kemudian diklasifikasikan
berdasarkan nilai-nilai penggunaan dan periode arsip, setelah perpindahan ke
arsip in-aktif, arsip jika tidak digunakan lagi maka file tersebut akan hancur.
Implikasi dari hasil ini adalah adanya fase penyimpanan arsip, pemulihan fase
arsip dan penyusutan arsip di bidang kemahasiswaan, kegiatan manajemen catatan
akan diarahkan sesuai dengan prosedur pengajuan.
5.
Nama :
Ana Mariska Wulansari, Ismiyati
Tahun : 2012
Judul : Pengelolaan Arsip Dalam
Mendukung Pelayanan Informasi Pada Bagian Tata Usaha SMK PSAK Ambarawa
Kegiatan
kearsipan bertugas memberikan pelayanan informasi dalam kegiatan operasional
sekolah sehingga pengelolaan arsip dilaksanakan dengan baik supaya penyampaian
informasi tidak terganggu. Masalah yang diteliti dalam penelitian ini yaitu
mengetahui sistem penyimpanan arsip, tatakerja kearsipan dan pemakaian arsip,
penyingkiran arsip dan penataran pegawai dalam pengelolaan arsip guna mendukung
pelayanan informasi di bagian tata usaha di SMK Masehi PSAK Ambarawa.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Sumber data dalam
penelitian ini adalah Kepala Sekolah, Kepala Staf Tata usaha, Staf Tata usaha,
WAKA HUMAS, KPK Administrasi Perkantoran dan Staf Kantor Perpustakaan dan Arsip
Daerah Kabupaten Semarang. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini
menggunakan observasi, wawancara dan dokumentasi. Prosedur penelitian ini
meliputi tahap pra-lapangan, tahap pekerjaan lapangan, dan tahap analisis data.
Analisis data menggunakan model interaktif. Hasil penelitian menunjukan bahwa
pengelolaan arsip dibagian tata usaha meliputi sistem penyimpanan arsip, tatakerja
kearsipan dan pemakaian arsip, tata penyingkiran arsip dan penataran
pegawai-pegawai dalam pengelolaan arsip. Kendala yang ada antara lain kurangnya
fasilitas yang digunakan dalam pengelolaan arsip dan kurangnya pegawai
pengelola arsip.
2.1 Kerangka Berpikir
Pengelolaan
arsip, yang sering dikenal dengan tata kearsipan (records management), yang
selanjutnya dalam bahasa Indonesia dikenal dengan managemen kearsipan.
Manajemen kearsipan adalah pekerjaan pengurusan arsip yang meliputi pencatatan,
pengendalian dan pendistribusian, penyimpanan, pemeliharaan, pengawasan,
pemindahan dan pemusnahan. Jadi, pekerjaan tersebut meliputi siklus “kehidupan”
dokumen sejak lahir sampai mati. (Sugiarto,2005:14-15).
Kegiatan
pengelolaan arsip yang dilakukan tidak akan terlepas dari berbagai
masalah-masalah kearsipan. Perlu diperhatikan hal-hal yang penting untuk
mengatasi masalah yang ada dalam pengelolaan arsip tersebut. Menurut Gie The
Liang (2009:120), pedoman yang dikembangkan untuk mengahadapi masalah dalam
pengelolaan arsip adalah:
1.
Sistem penyimpan warkat yang tepat bagi
masing-masing instansi.
2.
Tatakerja penyimpanan dan pemakaian
warkat.
3.
Penyusutan arsip secara teratur.
4.
Penataran pegawai-pegawai bagian arsip
arsip sehingga memiliki dan dapat mempraktekkan pengetahuan di bidang kearsipan
terbaru yang efisien.
Menurut
Amsyah (2005:206) “Arsip sering digunakan untuk membantu pelayanan kepada
langganan (nasabah), karyawan sesama unit kerja, atau karyawan dari lain-lain
unit kerja”. Penataan arsip sangatlah penting dalam proses pengelolaan arsip
karena penataan diperuntukan agar susunan arsip teratur dan tertata dengan rapi
sehingga arsip yang disimpan dapat terlihat dengan jelas dan memudahkan dalam
penemuan kembali.
BAB
III
METODE
PENELITIAN
3.1 Dasar Penelitian
Penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif yang bertujuan untuk mengkaji pengelolaan
arsip yang meliputi aspek sistem penyimpanan arsip, tatakerja penyimpanan dan
pemakaian arsip, penyingkiran arsip, dan penataran pegawai-pegawai arsip serta
memperoleh makna yang lebih mendalam sesuai dengan latar belakang penelitian di
SMK Masehi PSAK Ambarawa. Penggunaan pendekatan kualitatif ini dimaksudkan agar
lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak penjelasan pengaruh
bersama dan terhadap pola-pola nilai yang dihadapi peneliti.
Sugiyono
(2011:9) menyatakan, “Penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang
berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan pada kondisi objek yang
alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai
instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi
(gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian
kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.”
Menurut
Moleong (2013:6), “Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk
memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya
perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll., secara holistik, dan dengan cara
deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang
alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah”.
2.2 Fokus dan Lokasi Penelitian
Fokus
penelitian merupakan objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian
dari suatu penelitian. Sesuai dengan tujuan penelitian ini, maka penelitian lebih diarahkan pada
pengelolaan arsip yang dilihat dari sisitem penyimpanannya, tatakerja
penyimpanan dan pemakaian arsip, pemusnahan arsip, serta penataran pegawai
arsip.
Lokasi
penelitian ini berada di SMK Taruna Jaya Jalan Proklamasi No.
44 Kabupaten Gresik Jawa Timur
3.3 Sumber Data
Data
yang dikumpulkan berhubungan dengan fokus penelitian yaitu sistem penyimpanan
arsip, tatakerja penyimpanan dan pemakaian arsip, pemusnahan arsip, serta
penataran pegawai asip di SMK Taruna Jaya.
Menurut
Lofland dalam Moleong (2013:157), “Sumber data utama dalam penelitian
kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan
seperti dokumen dan lain-lain”. Jenis data dalam penelitian ini dikelompokkan
menjadi dua, yaitu data utama dan data pendukung. Data utama sebagai sumber
data diperoleh dari orang-orang yang terlibat langsung atau informan dalam
kegiatan sebagai subjek penelitian yaitu dari ucapan dan tingkah laku berkaitan
dengan penataan arsip yang dilakukan oleh kepala seksi kearsipan, seksi
kearsipan dan staf-staf petugas arsip di bagian tata usaha SMK Taruna Jaya
Gresik.
3.4 Alat dan Tekhnik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data
yang digunakan pada penelitian ini, yaitu dengan menggunakan teknik wawancara,
observasi, dan dokumentasi.
1.
Wawancara
“Wawancara
digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan
studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga
apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari reponden yang lebih mandalam dan
jumlah respondennya sedikit/kecil.” (Sugiyono, 2011: 137).
Wawancara
dilakukan oleh peneliti terhadap para informan dalam bentuk tanya jawab dengan
menggunakan pedoman wawancara. Teknik wawancara dalam penelitian ini berupa
interview terhadap informan. Wawancara ini dilakukan untuk mencari data-data
yang ada mengenai pengelolaan arsip di bagian tata usaha SMK Taruna Jaya Gresik.
Alat yang digunakan untuk wawancara ini meliputi kertas dan kamera.
2.
Observasi
Menurut
Sutrisno Hadi dalam Sugiyono (2011:145), “Observasi merupakan suatu proses yang
kompleks, suatu proses yang tersusun dari pelbagai proses biologis dan
psikologis”. Observasi yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan secara
terbuka yaitu observasi yang menempatkan fungsi pengamat secara terbuka
diketahui oleh subjek dan subjek memberikan kesempatan kepada pengamat untuk
mengamati peristiwa yang terjadi. Hal-hal yang diobservasi dalam penelitian ini adalah situasi dan kondisi pengelolaan arsip
pada bagian tata usaha.
DAFTAR
PUSTAKA
Sugiyono.
2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: CV
Alfabeta.
Undang-Undang
Republik Indonesia No. 43 Tahun 2009 tentang Kearsipan. Yogyakarta: Pustaka
Timur.
JURNAL
Haryati,
Nanik Sri. 2013. “Pengelolaan Arsip dalam Mendukung Tertib Administrasi di
Program Pascasarjana Universitas Negeri Semarang”. Skripsi. Semarang: Fakultas
Ekonomi Universitas Negeri Semarang.
Kharisma,
Ade. 2012. “Pengelolaan Kearsipan Pengurusan, Pengendalian Dan Penataan Arsip
Kantor Camat”. Jurnal Penelitian Govermance Prodi Ilmu Pemerintahan FISIP
UNTAN, Volume 1, Nomor 1. Pontianak: Program Studi Ilmu Pemerintahan Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Tanjungpura Pontianak.
Ramadeni,
Rico. 2012. “Pengelolaan Arsip Dinamis Aktif di Kantor Cabang Perum Pegadaian
Marapalam Padang”. Jurnal Penelitian Ilmu Informasi Perpustakaan dan Kearsipan
Vol. 1, No. 1. Padang: Program Studi Ilmu Informasi Perpustakaan dan Kearsipan
FBS Universitas Negeri Padang.
Lampiran
01
PENGELOLAAN
ARSIP DALAM MENDUKUNG PELAYANAN INFORMASI PADA BAGIAN TATA USAHA SMK MASEHI
PSAK AMBARAWA
Ana Mariska Wulansari ,
Ismiyati
Jurusan Pendidikan
Ekonomi, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Semarang, Indonesia
Abstrak: Kegiatan kearsipan
bertugas memberikan pelayanan informasi dalam kegiatan operasional sekolah
sehingga pengelolaan arsip dilaksanakan dengan baik supaya penyampaian
informasi tidak terganggu. Masalah yang diteliti dalam penelitian ini yaitu
mengetahui sistem penyimpanan arsip, tatakerja kearsipan dan pemakaian arsip,
penyingkiran arsip dan penataran pegawai dalam pengelolaan arsip guna mendukung
pelayanan informasi di bagian tata usaha di SMK Masehi PSAK Ambarawa.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Sumber data dalam
penelitian ini adalah Kepala Sekolah, Kepala Staf Tata usaha, Staf Tata usaha,
WAKA HUMAS, KPK Administrasi Perkantoran dan Staf Kantor Perpustakaan dan Arsip
Daerah Kabupaten Semarang. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan
observasi, wawancara dan dokumentasi. Prosedur penelitian ini meliputi tahap
pra-lapangan, tahap pekerjaan lapangan, dan tahap analisis data. Analisis data
menggunakan model interaktif. Hasil penelitian menunjukan bahwa pengelolaan
arsip dibagian tata usaha meliputi sistem penyimpanan arsip, tatakerja
kearsipan dan pemakaian arsip, tata penyingkiran arsip dan penataran
pegawai-pegawai dalam pengelolaan arsip. Kendala yang ada antara lain kurangnya
fasilitas yang digunakan dalam pengelolaan arsip dan kurangnya pegawai
pengelola arsip.
PENDAHULUAN
Pengelolaan
tata usaha yang baik akan menciptakan pelayanan yang baik pula terhadap
informasi yang dibutuhkan dalam kegiatan operasional organisasi atau lembaga
pendidikan.“Tata usaha ialah segenap kegiatan pengelolaan surat-menyurat yang
dimulai dari menghimpun (menerima), mencatat, mengolah, menggandakan, mengirim
dan menyimpan semua bahan keterangan yang diperlukan oleh organisasi” (Barthos,
2013:156). UndangUndang No.43 Tahun 2009 Bab I Ketentuan Umum pasal 1 dalam
Undang-Undang ini yang dimaksud dengan arsip adalah rekaman kegiatan atau
peristiwa dalam berbagai bentuk dan media sesuai dengan perkembangan tekhnologi
informasi dan komunikasi yang dibuat dan diterima oleh lembaga negara,
pemerintahan daerah, lembaga pendidikan, perusahaan, organisasi politik,
organisasi kemasyarakatan, dan perseorangan dalam pelaksanaan kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Pengelolaan arsip, yang sering dikenal
dengan tata kearsipan (records management), yang selanjutnya dalam bahasa
Indonesia dikenal dengan managemen kearsipan. Manajemen kearsipan adalah
pekerjaan pengurusan arsip yang meliputi pencatatan, pengendalian dan
pendistribusian, penyimpanan, pemeliharaan, pengawasan, pemindahan dan
pemusnahan. Jadi, pekerjaan tersebut meliputi siklus “kehidupan” dokumen sejak
lahir sampai mati. (Sugiarto,2005:14-15). Tugas kearsipan agar berjalan dengan
baik harus didukung pengelolaan arsip dan sistem kearsipan yang baik pula.
Perlu adanya pemeliharaan arsip mulai dari penciptaan hingga pemusnahannya
supaya tugas tata usaha berjalan dengan baik. Kegiatan kearsipan bertugas
memberikan pelayanan informasi yang dibutuhkan dalam kegiatan operasional
sekolah. Organisasi dalam mengelola arsip pasti akan menghadapi berbagai
masalah. Perlu diperhatikan hal-hal yang penting untuk mengatasi masalah dalam
pengelolaan arsip yaitu sistem penyimpan arsip yang tepat dengan disimpan
menurut suatu sistem yang memungkinkan penemuan kembali dengan cepat apabila
diperlukan.
Demikianlah
dengan sistem penyimpanan warkat yang tepat, tatakerja kearsipan yang baik, dan
tata penyingkiran warkat yang tertib dapatlah terlaksana pengurusan arsip yang
efisien dalam setiap organisasi. Tetapi, segi metode dan peralatan dalam bidang
kearsipan itu harus pula dilengkapi dengan tenaga-tenaga pegawai arsip yang
cakap agar arsip benar-benar menjadi sumber keterangan dan pusat ingatan yang
melancarkan perkembangan organisasi (Gie The Liang, 2009:150). Arsip merupakan
informasi terekam pada media tertentu dan keberadaanya lahir dari fungsi suatu
instansi. Informasi di dalam arsip merupakan informasi yang sangat penting bagi
kelancaran jalannya instansi, terutama dalam mendukung kelancaran administrasi
dan manajemen suatu instansi yaitu sebagai sumber informasi, sumber sejarah,
pusat ingatan, dan barang bukti serta acuan bagi suatu instansi. Untuk itu
diperlukan pengelolaan arsip secara baik dan benar karena arsip memiliki nilai
guna yang tinggi maka arsip harus dilindungi. (Rahmadeni Rico, 2012:215).
Berdasarkan wawancara dengan dengan Bapak Dwi Prasetyo selaku Kasubag tata
usaha dan kepegawaian pada hari Kamis, 15 Mei 2014 pada pukul 10.00 WIB
mengatakan bahwa pengelolaan arsip tidak hanya menggunakan satu sistem
penyimpanan saja. Tatakerja penyimpanan dan penggunaan surat menggunakan buku
agenda dan kartu pinjam arsip. Penyingkiran surat dilakukan dengan mengukur
angka pemakaian arsip. Arsip yang sudah tidak dipakai lagi sebaiknya dilakukan
pemusnahan untuk menghindari penghamburan biaya, waktu, dan tenaga dalam
mengelola arsip. Penyingkiran arsip belum dilakukan dengan pembuatan berita
acara dan jadwal retensi. Pemusnahan arsip dilakukan setelah dilakukan
penyusutan arsip dengan cara memilah arsip yang tidak penting dan yang penting
kemudian menumpuk surat yang tidak terpakai ke gudang kemudian setelah banyak
arsip yang ada dijual kepada tukang loak. Ruangan tata usaha yang tidak terlalu
luas sehingga ruang gerak pegawai tidak leluasa.
Pencahayaan
dalam ruangan yang tertutup tidak mengganggu arsip karena matahari tidak
mengenai arsip-arsip secara langsung. Bedasarkan wawancara dengan Ibu Anna
Ra’ani selaku Staff kearsipan pada hari Senin, tanggal 19 Mei 2014 pukul 09.00
WIB mengatakan bahwa fasilitas kearsipan yang ada kurang memadai. Kendala dalam
melakukan pengelolaan arsip yaitu bahwa pengelolaan arsip menggunakan tiga
sistem penyimpanan arsip sedangkan pegawai arsip yang hanya dua orang saja
tanpa pembagian tugas secara khusus belum membantu penemuan kembali arsip
secara cepat. Penyimpanan surat dengan menggunakan buku agenda masih kurang
baik, beberapa surat yang tidak diagendakan sehingga saat surat sulit ditemukan
kembali atau mudah hilang. Penyimpanan dan pemakaian arsip menggunakan almari
yang ukuranya tidak besar sedangkan arsip yang ada cukup banyak. Menurut Sugiarto (2005:102), “Penyusutan
arsip merupakan kegiatan mengurangi jumlah arsip yang dikelola melalui kegiatan
pemindahan, penyerahan kepihak lain dan pemusnahan. Undang-undang membedakan
tindakan memindahkan dengan tindakan penyerahan dokumen perusahaan. Pemindahan
adalah tindakan internal artinya masih berlangsung dalam lingkungan perusahaan.
Pemindahan dokumen sifatnya internal yaitu dari unit pengolah ke unit kearsipan
dilingkungan perusahaan. Sedangkan
penyerahan
merupakan tindakan eksternal, yaitu dari perusahaan kepada Arsip Nasional.
Dokumen perusahaan yang wajib diserahkan kepada Arsip Nasional adalah dokumen
perusahaan yang memiliki nilai historis yang penggunaannya berkaitan dengan:
kegiatan pemerintahan, kegiatan pembangunan nasional, atau kehidupan
kebangsaan. Sedangkan istilah pemusnahan merupakan usaha yang menjadikan arsip
yang ada menjadi tidak ada, atau menjadikan asip tidak dapat dikenali lagi.”
Penyingkiran arsip belum menggunakan berita acara dan jadwal retensi sehingga
penyusutan arsip hanya dilakukan dengan memilah arsip yang penting dan tidak
penting saja kemudian pemusnahan dilakukan dengan cara menjual arsip kepada
tukang loak. Ruangan yang tidak ditata dengan rapi membuat aktifitas
pengelolaan arsip sulit dilakukan dan ruangan terlihat berantakan. Pegawai
arsip cukup terampil dalam mengelola arsip namun karena keterbatasan fasilitas
dan keterbatasan pegawai menyebabkan pengelolaan arsip yang dilakukan
didalamnya masih ditemukan beberapa kekurangan. Penataran pegawai tentang pelatihan
arsip juga sudah dilakukan. Pengamatan peneliti dilapangan menunjukan
pengelolaan arsip sebaiknya menggunakan pedoman penataan atau pegelolaan arsip
supaya dapat berjalan dengan baik sehingga tidak menghambat jalannya
penyampaian informasi dalam pelaksanaan sebuah kegiatan didalam
organisasi.
PEMBAHASAN
Sistem
penyimpanan arsip penting dalam pengelolaan arsip pada suatu organisasi, selain
untuk menunjang kegiatan pengelolaan arsip juga untuk mendukung pelayanan
informasi baik bagi dalam organisasi maupun luar organisasi. Pentingnya sistem
penyimpanan arsip maka sistem yang
digunakan harus tepat. Jenis sistem penyimpanan arsip yang digunakan dibagian
tata usaha SMK Masehi PSAK Ambarawa ini adalah sistem kombinasi dari tiga
sistem penyimpanan. Mereka menggunakan sistem penyimpanan kronologis, sistem
penyimpanan abjad, dan sistem penyimpanan subjek atau pokok soal. Sistem
penyimpanan kronologis digunakan untuk menyimpan surat masuk dan surat keluar
di bagian tata usaha.Sistem penyimpanan kronologis baru digunakan selama tiga
bulan, dulu penyimpanan surat menggunakan penyimpanan perihal. Penyimpanan
surat dengan menggunakan sistem penyimpanan perihal dirasa sulit sehingga
diganti dengan sistem penyimpanan kronologis yang dirasa lebih mudah dan sederhana.
Surat masuk dan surat keluar dipisahkan dalam dua laci tetapi masih dalam satu
loker yang sama. Penyimpanan surat dengan sistem kronologis sudah dilakukan
dengan sebagaimana mestinya yaitu disimpan menurut tanggal yang ada.
Penyimpanan arsip berdasarkan abjad digunakan untuk menyimpan arsip file
kepegawaian yang disimpan berdasarkan abjad nama pegawai dan karyawan yang
isinya datadata pegawai dan karyawan yang
bekerja di sekolah dan disimpan didalam satu almari. Sistem penyimpanan
abjad juga digunakan untuk menyimpan fotocopi ijazah, data alumni, buku induk
dari tahun 70an, buku induk siswa, agenda kelas, dan SKHU yang disimpan
berdasarkan abjad nama siswa, jurusan siswa, kemudian tahun lulus siswa yang
disimpan dalam satu almari. Data siswa yang disimpan dalam almari yang berbeda,
disimpan dengan menggunakan sistem abjad dengan cara mengurutkan nama siswa
berdasarkan urutan abjad dan disusun menurut jurusan masingmasing. Keseluruhan
penyimpanan arsip berdasarkan abjad sudah dilakukan dengan baik. Sistem
penyimpanan terahir yang digunakan yaitu sistem penyimpanan berdasarkan subjek
atau biasa dikenal dengan pokok soal. Penyimpanan berdasarkan pokok soal atau
subjek ini sudah dilakukan sesuai dengan daftar yang ada. Walaupun masih ada
beberapa arsip yang disimpan belum sesuai nomor laci dikarenakan arsip yang
cukup banyak namun loker tempat penyimpanan ukuranya kecil. Peraturan Gubernur
Jawa Tengah Nomor 53 Tahun 2012 tentang pedoman klasifikasi arsip di lingkungan
pemerintah provinsi Jawa Tengah didalamnya berisi pedoman sistem penyimpanan
arsip yang berdasarkan klasifikasi secara desimal. Sistem penyimpanan arsip di
SMK Masehi PSAK Ambarawa menggunakan sistem campuran. Sistem penyimpanan arsip
tidak sesuai dengan pedoman yang berlaku hal ini dikarenakan sistem penyimpanan
arsip di SMK Masehi belum menggunakan pedoman penyimpanan arsip. Sistem
penyimpanan arsip yang belum menggunakan pedoman penyimpanan arsip dikarenakan
penyimpanan arsip masih menggunakan sistem turun temurun yang diwariskan dari
Kepala Sekolah. Petugas pengelola arsip dulu pernah mempunyai pedoman
pengelolaan arsip namun tidak digunakan dikarenakan pedoman tidak sesuai dengan
fasilitas yang ada. Belum adanya pedoman dalam sistem kearsipan yang digunakan
sebaiknya diberikan pedoman penyimpanan arsip supaya penggunaan sistem
penyimpanan arsip tepat pada arsip-arsip yang akan disimpan. Penemuan arsip
yang yang masih lama dengan penggunaan sistem penyimpanan kronologis, sistem
abjad maupun pokok soal menunjukan bahawa sistem penyimpanan yang digunakan
kurang tepat. Sebaiknya penggunaan sistem penyimpanan lebih dilakukan dengan
tepat. Supaya arsip yang disimpan mudah ditemukan kembali. Sistem penyimpanan
arsip yang baik dapat mendukung pelayanan informasi dengan baik pula. Sistem
penyimpanan arsip yang digunakan dalam mengelola arsip dibagian tata usaha
menggunakan tiga sistem sekaligus akan tetapi belum mendukung pelayanan
informasi dengan baik. Penggunaan tiga sistem penyimpanan arsip pada
pengelolaan arsip belum mendukung pelayanan informasi dikarenakan penemuan
kembali arsip saat arsip diperlukan masih membutuhkan waktu yang cukup lama.
Jadi pihak yang membutuhkan arsip untuk pelayanan informasi belum terpenuhi
dengan baik. Tatakerja penyimpanan arsip di bagian tata usaha SMK Masehi PSAK
Ambarawa dilakukan berdasarkan sistem penyimpanan yang diterapkan. Menggunakan
tiga sistem sekaligus dalam melakukan penyimpanan arsip, sistem kronologis,
sistem abjad dan sistem pokok soal atau subjek. Penyimpanan arsip khususnya
surat menggunakan buku agenda. Buku agenda yang digunakan dua macam, yaitu buku
agenda surat masuk dan buku agenda surat keluar. Penyimpanan arsip surat
dilengkapi dengan buku agenda dan lembar disposisi. Tatakerja penyimpanan arsip telah dilakukan
dengan baik namun masih banyak yang harus diperbaiki karena penyimpanan yang
berlangsung kurang terkontrol dengan baik. Pencatatan masih mempunyai
kekurangan karena banyaknya surat yang keluar, pencatatan surat keluar belum
dicatat secara lengkap bahkan ada beberapa surat yang tidak dicatat dalam buku
agenda Peraturan Bupati Semarang Nomor 16 Tahun 2015 tentang Pedoman Pengurusan
Surat di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Semarang didalamnya sudah mengatur
tentang pengurusan surat masuk maupun surat keluar. Pedoman pengurusan surat
juga mengatur sarana pengurusan surat seperti kartu kendali maupun lembar
disposisi. Pengelolaan surat di SMK Masehi PSAK Ambarawa belum menggunakan
pedoman tersebut namun kurang lebih sudah berjalan dengan baik yaitu sudah
menggunakan buku agenda maupun lembar disposisi dalam pengurusan surat masuk
walaupun masih ada beberapa arsip yang tidak dicatat kedalam buku agenda maupun
buku pinjam arsip. Beberapa surat masuk ataupun surat keluar yang tidak dicatat
kedalam buku agenda menyebabkan arsip tidak terkontrol dengan baik. Kurang
telitinya pegawai arsip dalam mengelola arsip yang disimpan menyebabkan arsip
yang ada mudah hilang. Petugas pencatat dan penyimpan arsip yang ada terdapat
dua orang yaitu Bu Anna Ra’ani dan Bapak Dwi Prasetyo. Pembagian tugas secara
khusus belum dilakukan dikarenakan pegawai di bagian tata usaha yang mengelola
arsip hanya dua orang saja. Penyimpanan
arsip dilakukan karena arsip nantinya akan digunakan kembali. Arsip yang sudah
disimpan akan keluar lagi apabila ada pihak yang membutuhkan kembali arsip
tersebut. Arsip yang dipinjam oleh orang lain harus dicatat supaya tidak
terjadi kehilangan arsip. Peminjaman arsip tidak hanya dicatat dalam buku
peminjaman arsip saja, namun juga peminjaman arsip harus dilengkapi dengan
kartu peminjaman arsip. Hal ini untuk mencegah hilangnya arsip yang dipinjam
oleh unit lain ataupun organisasi lainnya.
Beberapa arsip yang dipijam tidak dicatat kedalam buku peminjaman arsip
maupun kartu pinjam arsip. Kurang telitinya pegawai arsip dalam mengelola arsip
yang disimpan ataupun dipinjam menyebabkan arsip yang ada mudah hilang.
Sebaiknya pegawai lebih teliti dalam melayani peminjaman arsip yaitu saat arsip
akan dipinjam pegawai tidak boleh lupa mencatat kedalam buku pinjam arsip
maupun memberikan kartu pinjam arsip kepada peminjam arsip. Mencatatat arsip
yang akan dipinjam pada buku peminjaman harus dicatatat dengan lengkap supaya
tidak terjadi kesalahan penulisan data arsip yang dipinjam, yang terahir adalah
mencatat dengan lengkap dan teliti kartu pinjam arsip supaya tidak terjadi
kesalahan pencatatan data peminjam arsip dan data arsip yang dipinjam karena
ini menentukan kembalinya arsip. Peminjaman arsip sudah ditetapkan aturan atau
batasan waktu peminjaman arsip lamanya 4 hari. Peminjaman arsip diberi tanggal
pengembalian arsip supaya arsip yang dipinjam segera dikembalikan sehingga
arsip yang dipinjam tidak hilang karena kelamaan dipinjam. Peminjam arsip yang
mengembalikan tidak tepat waktu atau menghilangkan arsip belum diberikan
sangsi. Kurang tegasnya pemberlakuan sangsi yang menyebabkan peminjam arsip menyepelekan
pengembalian arsip.
Peminjaman
arsip dan Penemuan Kembali arsip telah atur pada Peraturan Bupati Semarang
Nomor 17 Tahun 2015 tentang Pedoman Penataan Berkas Di Lingkungan Kabupaten
Semarang. Pedoman tersebut didalamnya telah diatur peminjaman arsip dengan
mengunakan kartu pinjam arsip dengan rangkap tiga. Peminjaman arsip di bagian
Tata Usaha SMK Masehi PSAK Ambarawa belum menggunakan pedoman sehingga
peminjaman arsip belum sesuai dengan pedoman tersebut. Penemuan kembali arsip
belum menggunakan pedoman sehingga masih ditemukan beberapa kekurangan dalam
menemukan kembali arsip. Peraturan Bupati Semarang Nomor 17 tahun 2015 tentang
pedoman Penataan Berkas di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Semarang didalamnya
mengatur sarana dan prasarana penyimpanan arsip. Almari yang digunakan untuk
menyimpan arsip masih kurang besar mengingat banyaknya arsip yang ada tidak
sebanding dengan almari yang ada. Almari yang kurang besar menyebabkan arsip
berdesak-desakan dan banyak arsip yang disimpan tidak sesuai tempat penyimpanan
bahkan ada beberapa arsip yang menumpuk diluar almari. Sebaiknya dibelikan
almari lagi supaya arsip yang ada dapat disimpan dengan baik didalam tempat
penyimpanan. Arsip yang disimpan dengan baik didalam almari juga akan terjaga
dengan baik sehingga tidak mudah rusak. Perawatan arsip dengan cara menggunakan
perlengkapan arsip dengan kualitas yang baik misalnya menggunakan kertas yang
berkualitas baik supaya tidak mudah rusak.
Ruang
penyimpanan arsip disana dijadikan satu dengan ruang tata usaha, belum ada
ruangan secara khusus untuk menyimpan arsip. Ruangan arsip yang ada sebaiknya
dilakukan pemeliharaan ruangan dan perawatan ruangan. Ruangan harus dipelihara
dan dirawat supaya tetap bersih sehingga arsip yang disimpan didalamnya tetap
terjaga dengan baik. Ruangan dilengkapi ventilasi udara supaya sirkulasi udara
didalamnya tetap terjaga dengan baik. Perawatan ruangan dilakukan dengan cara
mengganti cat tembok jika sudah usang dan mengganti lampu penerangan jika sudah
redup. Fasilitas yang kurang memadai
menyebabkan pelayanan peminjaman arsip sering ditemui banyak kekurangan,
misalnya penemuan arsip yang lama karena arsip yang sangat banyak sedangkan
fasilitas yang kurang memadai. Pelayanan peminjaman yang kurang baik
menyebabkan penghambatan penyampaian informasi yang dibutuhkan tidak cepat.
Kendala pada fasilitas yang ada disebabkan oleh kendala pada minimnya dana yang
ada, sehingga fasilitas yang ada belum dapat diperbaiki. Tatakerja peminjaman dan pemakaian arsip
sebaiknya dilakukan dengan sebagaimana mestinya sehingga dapat mendukung
pelayanan informasi bagi pihak yang membutuhkan informasi. Penggunaan buku
agenda pada surat masuk dan surat keluar belum dilaksanakan dengan baik, yaitu
masih ada beberapa surat yang tidak diagendakan sehingga pelayanan informasi
kurang berjalan dengan baik. Penggunaan kartu pinjam arsip juga belum
dilaksanakan dengan baik. Ada beberapa arsip yang dipinjam tanpa dilengkapi
dengan kartu pinjam arsip. Penggunaan
buku agenda dan kartu pinjam arsip yang kurang baik menyebabkan beberapa arsip
hilang sehingga saat arsip dibutuhkan arsip tidak dapat ditemukan kembali. Hal
ini menyebabkan pelayananan
informasi terhambat,
pihak yang membutuhkan arsip seringkali tidak mendapatkan arsip yang mereka
butuhkan. Pihak yang membutuhkan arsip merasakan kesulitan mendapatkan
informasi dikarenakan arsip yang mereka butuhkan tidak dapat ditemukan kembali.
Peralatan dan perlengkapan arsip yang kurang memadahi menyebabkan tatakerja
peminjaman dan penyimpanan arsip tida berjalan dengan baik. Loker yang
ukurannya tidak besar sedangkan arsip yang ada banyak menyebabkan beberapa
arsip disimpan tidak pada tempatnya. Saat arsip dibutuhkan arsip sulit
ditemukan kembali sehingga menghambat pelayanan informasi pada pihak yang
membutuhkan. Penyingkiran arsip yang dilakukan dengan cara penyusutan arsip dan
pemusnahan arsip. Penyusutan arsip dilakukan dengan menyeleksi arsip yang
penting dan yang tidak penting sedangkan pemusnahan arsip dilakukan dengan
menjual arsip ketukang loak. Tidak semua arsip dijual ke tukang loak, hanya
arsip yang tidak penting atau tidak memiliki nilai guna saja yang dijual.
Soal-soal tes dijual ke tukang loak walaupun mempunyai nilai guna sebagai
pedoman bagi pembuatan soal tes berikutnya. Tidak semua soal tes dijual ke
tukang loak, hanya soal- soal tes yang tadinya diberikan ke siswa saja sehingga
masih ada soal tes yang tetap disimpan.
Penyingkiran arsip yang dilakukan dengan tidak sebagaimana mestinya
tidak banyak mengganggu pelayanan informasi yang ada. Sejauh ini dengan
penyingkiran arsip dengan dijual ke tukang loak tidak banyak mengganggu
pelayanan informasi yang ada. Hal ini dikarenakan sebelum arsip dijual ke
tukang loak arsip diseleksi terlebih dahulu hanya saja arsip yang sudah tidak
mempuyai nilai guna lagi yang belum disusutkan membuat ruangan penyimpanan
menjadi berdesak-desakan. Hal tersebut mengganggu penyimpanan arsip yang masih
mempunyai nilai guna sehingga saat arsip akan dipinjam arsip lama ditemukannya.
Pegawai pengelola arsip di bagian tata usaha hanya ada dua orang saja, Pak Dwi
dengan Bu Anna Ra’ani. Seluruh pekerjaan pengelolaan arsip hanya dikelola oleh
dua orang saja, kecuali mengelola arsip mereka juga merangkap tugas lain di
bagian tata usaha. Kurangnya pegawai yang ada membuat pengelolaan arsip tidak
berjalan dengan baik. Sebaiknya pegawai pengelola arsip ditambahkan lagi supaya
pembagian tugas dalam mengelola arsip jelas dan pengelolaan arsip semakin
membaik. Pegawai pengelola arsip sudah cukup baik dalam bekerja mereka selalu
mengutamakan pelayanan informasi pada peminjam arsip. Peminjam arsip selalu
diutamakan, pegawai saat sibuk melakukan aktifitas pengelolaan arsip selalu
memberikan pelayanan yang utama bagi peminjaman arsip. Pegawai meninggalkan pekerjaannya
dan selalu melayani peminjaman arsip terlebih dahulu. Hal ini menyebabkan
pelayanan informasi dapat diberikan dengan baik bagi pihak yang membutuhkan.
Pengelolaan arsip secara manual menuntut pegawai untuk teliti dalam mengelola
arsip yang ada. Banyaknya data dari peserta didik yang biasanya menggunakan
nomor induk siswa, mereka harus jeli dan teliti untuk membedakan nomor-nomor
yang hampir sama. Kerapian yang dimiliki petugas arsip masih kurang karena
masih ditemukan beberapa arsip yang berada diluar almari atau bertumpukan
didalam ruangan tata usaha. Pegawai arsip yang ada bekerja di bagian tata usaha
SMK Masehi PSAK Ambarawa ini sudah cukup lama, Pak Dwi sudah 27 tahun bekerja
yaitu mulai bekerja sejak 1 Juli 1988 sedangkan bu Anna lebih lama yaitu sudah
33 tahun mulai bekerja 1 Juni 1982. Pak Dwi merupakan lulusan SMK Masehi PSAK
dari jurusan Tata Usaha sedangkan Bu Anna lulusan SMK Masehi PSAK dari jurusan
Tata Niaga. Pendidikan yang mereka miliki memang tidak
tinggi namun dilihat dari
pengalaman kerjanya mereka sudah cukup baik dalam mengelola arsip. Pelayanan
peminjaman arsip dengan mencatat arsip kedalam
buku peminjaman arsip dan kartu pinjam arsip. Penyusutan dan Pemusnahan
arsip yang belum dilakukan dengan baik. Pengalaman yang sudah tidak diragukan
lagi dikarenakan pegawai arsip yang hanya dua orang dan tidak ada pembagian
tugas secara khusus membuat mereka berpengalaman dalam segala pekerjaan
pengelolaan arsip. Penyajian informasi secara tepat tergantung dari kinerja
pegawai arsip yang ada. Pegawai arsip dapat dikatakan sangat penting dalam
proses pengelolaan arsip dalam suatu organisasi. Pegawai arsip yang ada belum
mendapatkan jaminan kesehatan dan tunjangan profesi dari yayasan. Kepala
Sekolah sudah mengajukan namun belum mendapatkan respon dari pihak yayasan.
Perkembangan tekhnologi modern dalam pengelolaan arsip belum dilakukan di
bagian tata usaha ini. Sistem penyimpanan dan pemakaian arsip masih dilakukan
secara manual. Hal ini dikarenakan terbatasnya fasilitas dan biaya yang nantinya
akan digunakan untuk mengubah pengelolaan arsip dengan cara yang lebih modern.
Pelatihan pegawai di bidang kearsipan dan penyelenggaraan pendidikan di bidang
kearsipan sudah dilaksanakan bagi pegawai arsip. Kurangnya pegawai yang ada menghambat proses
pelayanan informasi yang ada apabila peminjam arsip lebih dari dua orang.
Peminjam harus mengantri dahulu saat meminjam arsip. Hal ini dapat menghambat
pelayanan informasi apabila arsip yang akan dipinjam segera dibutuhkan
METODE
PENELITIAN
Penelitian
ini menggunakan pendekatan kulaitatif yang bertujuan untuk mengkaji pengelolaan
arsip yang meliputi aspek sistem penyimpanan arsip, tatakerja penyimpanan dan
pemakaian arsip, penyingkiran arsip, dan penataran pegawai-pegawai-pegawai
arsip serta memperoleh makna yang lebih mendalam sesuai dengan latar belakang
penelitian di SMK Masehi PSAK Ambarawa. Sugiyono (2011:9) menyatakan,
“Penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat
postpositivisme, digunakan pada kondisi objek yang alamiah, (sebagai lawannya
adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik
pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data
bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan
makna dari pada generalisasi.” Sesuai
dengan tujuan penelitian ini, maka penelitian lebih diarahkan pada pengelolaan
arsip yang dilihat dari sisitem penyimpanannya, tatakerja penyimpanan dan
pemakaian arsip, pemusnahan arsip, serta penataran pegawai arsip. Lokasi
penelitian ini berada di SMK Masehi PSAK Ambarawa yang beralamat di Jalan
Pemuda No.4 Ambarawa Kabupaten Semarang Jawa Tengah. Menurut Lofland dalam
Moleong (2013:157), “Sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah
kata-kata, dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan
lain-lain”. Jenis data dalam penelitian ini dikelompokan menjadi dua yaitu data
utama dan data pendukung. Data utama sebagai sumber data diperoleh dari
orang-orang yang terlibat langsung atau informan dalam kegiatan sebagai subjek
penelitian yaitu ucapan dan tingkah laku yang berkaitan dengan pengelolaan
arsip yang dilakukan di tata usaha. Sedangkan data pendukung adalah
dokumendokumen resmi dengan sifat data berwujud non manusia yang ada di SMK
Masehi PSAK Ambarawa. Teknik pengumpulan
data yang digunakan peneliti ini yaitu dengan teknik observasi, wawancara dan
dokumentasi. Prosedur penelitian terdiri dari tahap pralapangan, tahap
pekerjaan lapangan, dan tahap analisis data. Analisis data dimulai dari pengumpulan
data, reduksi data, penyajian data, dan verifikasi data.
HASIL
PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
SMK
Masehi PSAK Ambarawa dalam menyimpan arsip menggunakan sistem penyimpanan.
Jenis sistem penyimpanan yang digunakan di bagian tata usaha yaitu kombinasi dari
berbagai sistem penyimpanan. Sistem penyimpanan yang digunakan adalah sistem
pokok soal, sistem abjad, dan kronologis.
Pengelolaan Arsip diatur dalam suatu peraturan yang didalamnya terdapat
pedoman dalam mengelola arsip. Pedoman Pengelolaan arsip baik dalam lingkup
pemerintahan ataupun pendidikan didaerah kabupaten Semarang diatur dalam
Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 53 Tahun 2012 dan Peraturan Bupati
Semarang Nomor 16, 17, 18 dan 19 Tahun 2015. Peraturan Gubernur Jawa Tengah
Nomor 53 Tahun 2012 mengatur tentang Pedoman Klasifikasi arsip di Lingkungan
Pemerintah Provinsi Jawa Tengah. Pedoman ini mengatur tentang pengklasifikasian
arsip berdasarkan masalah yang klasifikasinya diperinci secara desimal. Sistem
penyimpanan arsip di bagian tata usaha SMK Masehi PSAK Ambarawa ini belum
menggunakan pedoman. Pedoman yang dulunya pernah ada sudah hilang sehingga
dalam menggunakan sistem penyimpanan dilakukan tanpa menggunakan pedoman.
Penggunaan sistem penyimpanan arsip di tata usaha SMK Masehi PSAK Ambarawa
belum menggunakan prosedur karena belum memiliki pedoman penyimpanan arsip.
Sistem
penyimpanan yang
diterapkan harus ada kesesuaian antara prosedur sistem penyimpanan dengan
pedoman yang berlaku, namun didalam sistem penyimpanan arsip disini belum menggunakan
pedoman. Penyimpanan dilakukan dengan
menyimpan arsip sesuai dengan yang diajarkan Kepala Sekolah dan yang mereka
pelajari sendiri. Tatakerja penyimpanan arsip menurut hasil pengamatan yang
saya lihat sistem penyimpanan kronologis digunakan untuk menyimpan surat masuk
dan surat keluar. Sistem pokok soal digunakan untuk menyimpan berbagai jenis
arsip sesuai dengan tabel pokok soal yang sudah ada. Sistem penyimpanan abjad
digunakan untuk menyimpan arsip kepegawaian dan arsip data siswa. Penggunaan sistem penyimpanan dengan
mengkombinasikan jenis sistem penyimpanan akan memiliki kelebihan dan
kekurangan. Menggunakan sistem penyimpanan dengan jenis berbeda-beda pasti
memiliki kelebihan dan kekurangan yang berbeda-beda pula. Adanya kekurangan dalam penyimpanan arsip
maka dilakukan perbaikan pada sistem penyimpanan arsip. Penyimpanan surat
dulunya menggunakan sistem penyimpanan perihal, namun banyak kekurangan
sehingga diganti dengan sistem kronologis. Walaupun dengan sistem kronologis
masih ditemukan beberapa kekurangan, setidaknya dengan sistem kronologis
penyimpanan surat sudah diperbaiki menjadi lebih baik dibandingkan dengan
sistem perihal. Penggunaan sistem
penyimpanan dalam pengelolaan arsip pada suatu organisasi harus mendukung
pelayanan informasi bagi organisasi tersebut. Penggunaan sistem penyimpanan
pada pengelolaan arsip belum mendukung pelayanan informasi bagi organisasi
maupun pihak karyawan yang membutuhkan. Penggunaan tiga sistem dalam
pengelolaan arsip dibagian tata usaha belum medukung pelayanan informasi dengan
baik dikarenakan penemuan kembali beberapa arsip masih membutuhkan waktu yang
cukup lama. Penyimpanan arsip surat dicatat kedalam buku agenda dan dipisahkan
dalam dua buku agenda. Surat masuk disimpan dalam buku agenda surat masuk dan
surat keluar disimpan dalam buku agenda surat keluar. Tatakerja surat masuk
disimpan dengan cara mencatat kedalam buku agenda surat masuk kemudian dicatat
dalam lembar disposisi. Lembar disposisi dijadikan satu dengan surat masuk yang
selanjutnya diberikan kepada Kepala Sekolah yang nantinya dilanjutan kepihak
yang bersangkutan. Setelah surat selesai dipakai dikembalikan lagi ke bagian
tata usaha untuk disimpan dengan menggunakan sistem kronologis Tatakerja
penyimpanan surat keluar yaitu setelah konsep surat dibuat surat diberikan ke
Kepala Sekolah untuk ditandatangani kemudian digandakan dan dicatat kedalam
buku agenda surat keluar selanjutnya surat dikirim ke alamat yang dituju dan
arsip surat disimpan dengan sistem kronologis. Peugas pengelola arsip hanya dua
orang saja, yaitu Bu Anna dan Pak Dwi saja. Belum terdapat pembagian tugas
dalam mengelola arsip pada bagian tata usaha ini. Peminjaman arsip di bagian
tata usaha diberikan kartu pinjam arsip dan dicatat kedalam buku agenda.
Tatakerja peminjaman surat yaitu saat ada pihak yang meminjam arsip dicatat
kedalam buku peminjaman arsip. Mencatat identitas peminjam dan arsip yang akan
dipinjam kemudian mengisi kartu pinjam arsip yang terdiri satu lembar yaitu
warna putih yang dibawa peminjam arsip.
Kartu pinjam arsip berisi
data dari arsip dan peminjam arsip yang dilengkapi tanggal pengembalian arsip.
Pengamatan saya pada buku peminjaman arsip terdapat surat yang dipinjam namun
tidak dikembalikan karena saat dicek ditempat penyimpanan hanya ada kartu
pinjam arsip yang berwarna putih saja, padahal itu sudah beberapa bulan
dipinjam. Pada buku agenda juga terdapat surat masuk yang dicatat tetapi
ditempat penyimpanan tidak ada suratnya. Pada kartu pinjam arsip sudah
diberikan tanggal pengembalian yaitu empat hari setelah arsip dipinjam, namun
pada kenyataannya masih terdapat arsip yang dipinjam namun tidak dikembalikan
setelah sebulan lebih dan belum ada penanganan pada arsip yang dipinjam tanpa
dikembalikan. Penemuan kembali arsip berupa data guru pegawai membutuhkan waktu
sekitar 1 menit saja, itu belum termasuk pencatatan pada kartu pinjam
arsip. Peralatan dan perlengkapan arsip
yang ada masih kurang baik, karena peralatan seperti loker dan almari masih
terbuat dari kayu dan ukurannya juga tidak terlalu besar padahal arsip yang ada
cukup banyak. Perlengkapan untuk menyimpan arsip sudah cukup lengkap seperti
map, ordner, alat tulis, perforator, stepler dan isinya. Pegawai memberikan kapur barus disela- sela
arsip yang ada didalam loker atau almari. Sepulang sekolah petugas kebersihan
juga menyapu ruangan dengan sapu dan membersihkan bagian luar almari dan loker
dengan menggunakan kemoceng. Bangunan sudah menggunakan tembok dan dilengkapi
dengan menggunakan ventilasi untuk mengatur sirkulasi udara. Ruangan tidak
terkena sinar matahari secara langsung sehingga pencahayaan didalamnya
menggunakan lampu. Penggunaan buku agenda dan buku peminjaman arsip yang kurang
baik membuat pelayanan informasi tidak berjalan dengan baik. Ada beberapa arsip
yang hilang dikarenakan tidak dicatat kedalam buku agenda dan beberapa arsip
yang dipinjam tidak dicatat kedalam kartu pinjam arsip sehingga arsip yang
dipinjam tidak kembali. Hal ini membuat pelayanan informasi terganggu karena
saat arsip digunakan kembali tidak dapat ditemukan karena hilang. Peralatan dan
perlengkapan arsip yang kurang memadahi membuat arsip yang dipinjam sulit
ditemukan kembali karena ada beberapa arsip yang disimpan tidak sesuai tempat
penyimpanan. Saat arsip dibutuhkan membutuhkan waktu yang cukup lama untuk
menemukan kembali sehingga menghambat pelayanan informasi. Arsip yang dikelola
pastinya akan bertambah setiap harinya, hal ini jika dibiarkan akan
menumpuk-numpuk dan terlihat berserakan diruangan penyimpanan arsip.
Penyingkiran arsip terdiri dari penyusutan arsip dan pemusnahan arsip. Di
bagian tata usaha SMK Masehi PSAK Ambarawa belum dilakukan penyusutan arsip,
namun arsip yang sudah tidak terpakai dikumpulkan dibawa kegudang. Penyusutan arsip yang belum dilaksanakan
tentunya belum menggunakan prosedur penyusutan arsip. Pegawai pengelola arsip
menyadari hal tersebut dikarenakan pegawai arsip yang kurang untuk mengelola
arsip. Pengelolaan arsip belum
dilaksankan dengan baik karena belum berpengalaman dan turun temurun dari dulu.
Sebelum dikumpulkan ke gudang arsip yang ada diselesi terlebih dahulu.
Penyusutan arsip yang dilakukan masih terdapat banyak kekurangan karena masih
sering terjadi penumpukan arsip.
Penyusutan arsip yang belum dilaksanakan dengan baik karena kekurangan jumlah pegawai. Walaupun
arsip belum dilaksanakan dengan menggunakan jadwal retensi namun dalam
melakukan penyusutan ada beberapa hal yang harus diperhatikan. Memperhatikan
bahwa arsipp memang benarbenar sudah
tidak terpakai lagi, sudah tidak memiliki nilai guna lagi dan menentukan bahwa
arsip tersebut bukanlah arsip yang penting. Setelah dilakukan penyusutan arsip
pastinya dilakukan pemusnahan arsip. Pemusnahan arsip di bagian tata usaha SMK
Masehi PSAK Ambarawa dahulu dilakukan dengan dibakar, namun sekarang pemusnahan
tersebut belum dilaksanakan lagi. Pemusnahan
arsip yang sekarang
dilakukan adalah dengan cara mengumpulkan arsip ke gudang kemudian menjual ke
tukang loak. Pemusnahan arsip lebih memilih dijual ke tukang loak daripada
dibakar dikarenakan lebih menghasilkan uang.
Pemusnahan arsip dengan cara mengumpulkan arsip ke gudang dan menjual ke
tukang loak ini belum menggunakan berita acara. Pemusnahan belum dibuatkan
berita acara terlebih dahulu bukan karena arsip dijual saja namun karena
pegawai belum berpengalaman dalam memusnahkan arsip dan belum terdapat lembar
berita acara. Pemusnahan arsip yang dilakukan walaupun belum menggunakan
prosedur namun ada yang perlu diperhatikan saat memusnahkan arsip. Mengingat pentingnya isi dalam suatu arsip,
arsip harus dijaga kerahasiaannya walaupun sudah tidak memiliki nilai guna
lagi. Tidak semua jenis arsip yang ada dijual ketukang loak. Pemusnahan
arsip hanya dilakukan dengan cara
menjual ketukang loak, sehingga belum ditemukan kendala yang berarti saat
dilakukan pemusnahan arsip. Kendala yang dirasakan dalam melakukan penyusutan
arsip yang dapat mengganggu pelaksanaan penyusutan arsip yaitu kendala pada
waktu dan tenaga. Penyingkiran arsip
yang belum dilaksanakan dengan sebagaimana mestinya tidak mengganggu pelayanan
informasi yang ada. Penyingkiran arsip sebelum dijual ketukang loak sebelumnya
diseleksi terlebih dahulu sehingga arsip yang penting tidak dijual ketukang
loak. Arsip seperti soal-soal tes masih mempunyai nilai guna sebagai bahan
pembuatan soal dimasa yang akan datang sehingga memiliki nilai guna bagi
pelayanan informasi bagi suatu organisasi. Soal-soal tes yang dijual ke tukang
loak tidak semuanya dijual tetapi soal-soal tes ada yang diarsipkan terlebih
dahulu. Petugas pengelola arsip dan
tugas lain di bagian Tata Usaha hanya ada dua orang saja. Pegawai cukup teliti
dalam mengelola arsip karena saya melihat petugas mengisi beberapa data secara
manual dan pegawai cukup cekatan dalam melayani informasi. Hal ini terbukti
saat ada orang yang akan meminjam arsip mereka langsung melayani dan
meninggalkan pekerjaannya yang lain atau mengutamakan pelayanan peminjaman
arsip terlebih dahulu. Pegawai juga mempunyai daya ingat yang cukup baik karena
saya melihat pegawai menyimpan arsip ditempat yang tidak sebagaimana mestinya namun
saat arsip tersebut dipinjam pegawai bisa menemukan tanpa melihat catatan arsip
tersebut dipinjam. Masih ditemukan kekurangan pada pegawai yaitu pegawai
penyimpan arsip kurang memahami pentingnya arsip karena pegawai telah
menghilangkan arsipnya yaitu menghilangkan sertifikat pelatihannya. Pegawai
kurang rapi dalam menata ruangan dan menata arsip yang ada. Masih ada beberapa
arsip yang bertumpukan diluar almari dan didalam ruangan masih ditemukan kabel
yang tidak digulung sehingga ruangan terlihat
tidak rapi. Pegawai arsip
yang ada mengelola segala kegiatan kearsipan mulai dari mencatat arsip hingga
memusnahkan arsip. Kekurangan yang dirasakan pegawai arsip saat mengelola arsip
terdapat pada fasilitas yang ada karena dengan almari yang berukuran kecil
namun arsip yang disimpan cukup banyak sehingga arsip tidak muat disimpan
didalamnya. Pegawai arsip belum mendapatkan tunjangan profesi maupun jaminan
kesehatan. Pegawai kearsipan dalam mengelola arsip masih secara manual. Pegawai
arsip sudah melaksanakan pelatihan kearsipan hal ini ditunjukan dengan adanya
sertifikat pelaksanaan pelatihan kearsipan. Pegawai yang bekerja hanya dua
orang saja menyebabkan pelayanan informasi yang diberikan kurang maksimal. Hal
ini dikarenakan saat peminjam arsip lebih dari dua orang, peminjam arsip harus
mengantri.
SIMPULAN
Simpulan yang dapat
diperoleh dari penelitian ini diantaranya adalah sistem penyimpanan arsip yang
digunakan belum menggunakan pedoman sistem penyimpanan arsip. Sistem
penyimpanan arsip yang
digunakan ada tiga macam
yaitu sistem penyimpanan kronologis, sistem penyimpanan abjad dan sistem
penyimpanan pokok soal. Sistem penyimpanan arsip yang ada masih secara manual.
Tatakerja penyimpanan dan peminjaman arsip belum menggunakan
prosedur. Tatakerja
penyimpanan arsip yaitu penyimpanan kronologis digunakan untuk menyimpan surat,
penyimpanan abjad digunakan untuk menyimpan data guru dan data siswa, sedangkan
penyimpanan pokok soal digunakan untuk menyimpan arsip-arsip tata usaha yang
lain. Tatakerja peminjaman arsip
arsip dicatat dalam buku
peminjaman arsip dan dilengkapi dengan kartu pinjam arsip. Fasilitas yang ada
kurang memadahi dikarenakan kendala pada dana yang ada. Pemeliharaan dan
perawatan peralatan, perlengkapan, dan ruangan penyimpan arsip sudah dilaksanakan.
Lampiran
02
MANAJEMEN ARSIP BIDANG KESISWAAN DI SMP
MUHAMMADIYAH 31 JAKARTA
Zenith Mar’atussolehah, Nurhattati Fuad, Siti Rochanah
Pendahuluan
Dalam lembaga pendidikan baik swasta maupun negeri dalam
mengelola suatu pendidikan akan mengikuti standar nasional pendidikan yang
telah diatur oleh Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 yang berkaitan
dengan perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan kegiatan pada tingkat satuan
pendidikan, baik kabupaten/kota, provinsi, atau nasional agar tercapai
efesiensi dan efektifitas penyelenggaraan pendidikan. (PP Republik
Indonesia No.19 Thn 2005)
Oleh sebab itu diperlukan manajemen arsip untuk membantu dalam
penyediaan informasi di suatu lembaga pendidikan agar pengelolaan pendidikan
dapat berjalan secara efektif dan efesien. Arsip merupakan catatan tertulis
baik dalam bentuk gambar ataupun bagan yang memuat keterangan-keterangan
mengenai suatu subyek (pokok persoalan) atau peristiwa.
Pelaksanaan Manajemen Arsip yang baik, sangat diperlukan oleh
sebuah lembaga pendidikan, karena kegiatan arsip atau kearsipan mencakup proses
penyusunan dan penyimpanan dokumen-dokumen dari mulai sekolah itu
didirikan, pencatatan dan penerimaan siswa baru, siswa keluar atau pindah,
kelulusan siswa, pencatatan seluruh data personel tenaga pendidik dan
kependidikan di sekolah itu.
Berdasarkan hasil pengamatan dari grand tour peneliti mengenai
manajemen arsip di SMP Muhammadiyah 31 Jakarta sebagai salah satu sekolah islam
regular yang bernaung di bawah persyarikatan muahammadiyah, sehingga menjadikan
sekolah tersebut harus dapat mengelola administrasinya secara mandiri dengan
baik. SMP Muhammadiyah 31 Jakarta diberi kewenangan untuk melaksanakan dan
mengelola kegiatan administrasi secara mandiri. Hal ini tentunya menuntut semua
masyarakat sekolah khususnya (kepala sekolah, guru, dan staff administrasi)
agar dapat mengelola kegiatan administrasi dengan baik.
SMP Muhammadiyah 31 Jakarta adalah salah satu sekolah islam
regular yang memiliki visi unggul dalam prestasi dan berakhlak mulia. Sekolah
ini cukup banyak diminati oleh banyak orang atau masyarakat, sekolah ini
berdiri pada tanggal 2 Februari 1974 dan bernaung dibawah persyarikatan
muhammadiyah. Banyaknya siswa yang belajar di sekolah ini menyebabkan pekerjan
ketatausahaan yang berhubungan dengan administrasi ketatausahaan bertambah
banyak. Hal ini tentu saja menyebabkan sekolah harus memiliki tenaga
administrasi yang profesional serta memiliki sarana dan prasarana yang lengkap
untuk mendukung terciptanya manajemen arsip yang baik. SMP Muhammadiyah 31
Jakarta memiliki administrasi perkantoran yang mengatur seluruh kegiatan
sekolah.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peniliti pada hari
senin, 11 Maret 2013 dengan Bapak Rudin, S.Pd selaku Kepala Sekolah bahwa SMP
Muhammadiyah 31 Jakarta dan memiliki 9 kelas yang terdiri dari 3 (tiga) kelas
untuk kelas VII, 3 kelas untuk kelas VIII, dan 3 kelas lagi untuk kelas IX,
beliau juga mengatakan bahwa admnistrasi disini memiliki 2 (dua) ruangan yang
berbeda lantai. Pada pengelolaan administrasi sekolah SMP Muhammadiyah hanya
mempunyai 2 (dua) staff yang mengurusi segala kegiatan administrasi sekolah,
termasuk dalam kegiatan pengarsipan sekolah.
Untuk sistem penyimpanan dokumen atau arsip, sekolah ini
menyimpan file-file tersebut dalam bentuk dokumen dan softcopy, agar pada saat
dokumen atau arsip tersebut dibutuhkan untuk laporan atau pemeriksaan dari
dinas maka akan dengan mudah arsip tersebut ditemukaan kembali, sehingga tidak
menyulitkan staff tata usaha untuk mencarinya. Kelengkapan sarana dan prasarana
yang menjadi penunjang administrasi perkantoran juga mempengaruhi pelaksanaan
administrasi perkantoran seperti pada penyimpanan arsip dan penyusutan arsip
yang berhubungan dengan manajemen arsip di SMP Muhammadiyah 31 Jakarta. Di SMP
Muhammadiyah 31 Jakarta, karena memiliki keterbatasan ruangan maka tempat
penyimpanan dokumen arsip terpisah, ada yang disimpan di ruang kepala sekolah
dan ada juga yang disimpan oleh persyarikatan muhammadiyah yaitu majelis
pendidikan dasar dan menengah. Dokumen yang disimpan di ruang tata usaha tidak
semuanya dokumen baru, ada juga dokumen yang lama, karena ruangan tata usaha
tidak memadai semua dokumen dapat disimpan di ruang tata usaha maka sebagian
dokumen ada yang disimpan di ruang kepala sekolah. Sementara dokumen tanah dan
sertifikat sekolah disimpan oleh persyarikatan Muhammadiyah yaitu Majlis
Pendidikan Dasar dan Menengah.
Hasil dari pengamatan ini adalah di gambarkan bahwa pelaksanaan
manajemen arsip di SMP Muhammadiyah 31 Jakarta ini berjalan dengan baik. Hal
ini dapat dilihat dari fasilitas kearsipan yang tersedia di SMP Muhammadiyah 31
Jakarta cukup lengkap, hanya saja penataannya yang kurang maksimal karena
penataan penyimpanannya terpisah menjadi dua ruangan yaitu di ruangan tata
usaha dan di ruangan kepala sekolah, sehingga dalam melaksanakan kegiatan arsip
jadi kurang maksimal.
Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul “Manajemen Arsip Bidang Kesiswaan” yang
bertujuan untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan manajemen arsip bidang
kesiswaan di SMP Muhammadiyah 31 Jakarta.
Kajian Teori
Untuk memahami tentang arsip atau kearsipan, maka perlu di
jabarkan beberapa pengertian mengenai arsip. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (2008:87), arsip atau kearsipan adalah dokumen tertulis (surat, akta,
dsb), lisan (pidato,ceramah, dsb), atau bergambar (foto, film, dsb) dari waktu
yang lampau, disimpan dalam media tulis (kertas), elektronik (pita kaset, pita
video, disket computer, dsb), biasanya dikeluarkan oleh instansi resmi,
disimpan dan dipelihara di tempat khusus untuk referensi.
Jadi dapat disimpulkan bahwa arsip adalah dokumen dalam bentuk
surat, suara dan video yang perlu disimpan dan di tata dengan baik agar pada
saat dibutuhkan dapat dengan mudah ditemukan kembali dan arsip juga bisa
menjadi sumber referensi dalam mengambil suatu keputusan.
Arsip menurut Zulkifli Amsyah (2001:67) adalah pekerjaan
pengurusan arsip yang meliputi pencatatan, pengendalian dan pendistribusian,
penyimpanan, pemeliharaan, pengawasan, pemindahan, dan pemusnahan. Jadi
pekerjaan tersebut meliputi suatu siklus “kehidupan” warkat sejak lahir sampai
mati.
Kemudian menurut The Liang Gie (2000:118), mengemukakan bahwa
“Arsip adalah suatu kumpulan warkat/dokumen yang disimpan secara sistematis
karena mempunyai kegunaan agar setiap kali diperlukan dapat secra tepat
diketemukan kembali”. Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa
arsip adalah kumpulan surat/warkat/dokumen yang perlu disimpan secara
sistematis, karena mempunyai suatu kegunaan dan agar pada saat diperlukan akan
dengan mudah dan cepat ditemukan kembali.
Manajemen arsip (records management) merupakan
salah satu dari bagian manajemen perkantoran (office management) yang
menitik beratkan kepada pengurusan arsip sedemikian rupa sehingga arsip-arsip
yang dikelola oleh para petugas kearsipan memang benar-benar akan membantu dan
mendukung aktifitas manajemen arsip secara keseluruhan. Adapun pengurusan arsip
dengan melaksanakan manajemen yang baik akan mempunyai pengaruh besar kepada
pencapaian hasil yang lebih efektif dan efesien tanpa menghamburkan tenaga,
waktu, uang, jasa dan mengurangi biaya penyelenggaraan pengurus arsip.
Dengan adanya arsip akan timbul pekerjaan kearsipan, baik dengan
peralatan yang paling sederhana maupun dengan peralatan yang memiliki teknologi
tinggi seperti misalnya komputer. Setiap kantor, baik kantor pemerintah,
swasta, maupun organisasi dan perorangan, akan terlibat dengan arsip. Setiap
unit kerja di perkantoran mempunyai arsip. Jumlah masing-masing arsip yang
dikelola mungkin sedikit, mungkin pula banyak. Mungkin saja mempergunakan
ruangan-ruangan yang banyak, dapat pula mempergunakan lemari arsip (filing
cabinet), atau bahkan hanya ditempatkan pada map-map yang tersusun di meja.
Semuanya menunujukkan bahwa setiap orang cenderung hidup bersama arsip, baik di
tempat pekerjaan maupun di rumah. Itu merupakan ciri kehidupan manusia modern,
yaitu manusia yang kegiatannya dibantu dengan informasi. Informasi terdapat
pada berbagai macam media, dan salah satunya adalah arsip. Ruang lingkup
pekerjaan kearsipan memang luas, pengaruhnya sangat besar terhadap kelancaran
administrasi suatu kegiatan, yang meliputi administrasi perencanaan,
administrasi pelaksanaan, dan administrasi pegawasan.
Tujuan arsip yang diatur oleh Undang-undang Pokok Kearsipan
Nomor 7 Tahun 1971, maka dijelaskan bahwa tujuan arsip adalah menjamin agar
tersedia bahan pertanggungjawaban serta menyediakan pertanggungjawaban
pelaksanaan kegiatan pemerintah melalui perencanaan, pelaksanaan dan
penyelenggaraan kehidupan pemerintah. (UU No.7 Thn 1971-Ketentuan-ketentuan
Pokok Kearsipan)
Tujuan dalam penataan arsip adalah agar arsip dapat disimpan dan
ditemukan kembali dengan cepat dan tepat serta menunjang terlaksananya
penyusutan arsip yang berdaya guna dan berhasil guna.
Arsip mempunyai peranan penting dalam proses penyajian informasi
yang bagi pimpinan untuk membuat keputusan dan merumuskan kebijakan, oleh sebab
itu untuk dapat menyajikan informasi yang lengkap, tepat dan benar haruslah ada
sistem dan prosedur kerja yang baik di bidang kearsipan.
Menurut Basir Bhartos (2009: 2) arsip mempunyai peranan yang
sangat penting, yaitu sebagai “pusat ingatan, sumber informasi dan alat
pengawasan yang sangat diperlukan dalam setiap organisasi dalam rangka kegiatan
perencanaan, penganalisaan, pengembangan, perumusan kebijaksanaan, pengambilan
keputusan, pembuatan laporan, pertanggungjawaban, dan pengadilan
setepat-tepatnya.
Mengingat pengertian dan peranan kearsipan seperti dikemukakan
di atas maka untuk melaksanakan tugas pemerintahan dan tugas pembangunan dengan
baik perlu diusahakan peningkatan dan penyempurnaan kearsipan secara optimal
agar dapat berfungsi dengan baik. Dapat disimpulkan bahwa peranan arsip adalah
sebagai alat pengingat dan sumber informasi baik bagi perorangan, organisasi,
maupun bagi pimpinan untuk membuat suatu keputusan dan kebijakan.
Arsip atau Kearsipan dalam suatu organisasi berfungsi sebagai
penunjang kelancaran kegiatan operasional organisasi. Melalui kearsipan inilah
informasi dan data yang akurat dapat diperoleh dengan cepat dan mudah.
Dalam manajemen perkantoran, arsip memiliki nilai guna dan
fungsi yang cukup penting terhadap kelancaran suatu organisasi kantor. Adapun
fungsi arsip tersebut dibedakan menjadi dua golongan yaitu arsip dinamis dan
arsip statis. Arsip dinamis adalah arsip yang dipergunakan secara langsung
dalam perencanaan, pelaksanaan, penyelenggaraan kehidupan pada umumnya atau
dipergunakan secara langsung dalam penyelenggaraan administrasi. Arsip statis
adalah arsip yang tidak digunakan secara langsung untuk perencanaan,
penyelenggaraan kehidupan kebangsaan pada umumnya.
Setiap pekerjaan atau kegiatan mempunyai urutan langkah-langkah
untuk menyelesaikan pekerjaan bersangkutan sejak permulaan sampai selesai.
Langkah-langkah tersebut disebut Prosedur Arsip.
Tahap Penciptaan Yaitu
suatu tahap dimana arsip mulai diciptakan sebagai akibat dari bermacam-macam
kegiatan yang dilakukan oleh suatu organisasi ataupun perorangan dalam
melaksanakan fungsinya. Arsip yang tercipta tersebut mengandung data dan
informasi. Seperti pada arsip bidang kesiswaan, dalam arsip pada bidang
kesiswaan ini ada banyak dokumen yang harus di arsipkan seperti data-data
siswa, nilai siswa, mutasi siswa, daftar hadir siswa, daftar prestasi siswa,
data kasus siswa dan data siswa yang lainnya. Yang kemudian data-data siswa
tersebut dicatat kedalam buku induk dan buku klapper, lalu data yang lainnya di
dokumenkan kemudian di arsipkan, agar pada suatu saat dibutuhkan untuk
keperluan sekolah atau keperluan bagi siswa nanti dapat dipergunakan dengan
baik
Tahap Pencatatan. Dalam pengelolaan surat masuk perlu
ditetapkan terlebih dahulu bagaimana organisasi pengelolaan surat masuk, dan
bagaimana proses pengelolaan surat masuk. Organisasi pengelolaan surat masuk
adalah unit-unit yang terlibat dalam proses pengelolaan surat masuk, yang
terdiri dari unit penerima, unit penyortir, unit pencatat, unit pengarah, unit
pengolah dan unit penata arsip
Tahap Pendistribusian. Setiap organisasi pasti mengikuti suatu
prosedur tertentu untuk mengawasi lalu lintas surat masuk dan surat keluar.
Prosedur tersebut dinamakan tahap pendistribusian arsip. Zulkifli Amsyah
(2001:53-61) menyebutkan ada 3 (tiga) proses pencatatan dan pendistribusian
surat yaitu Prosedur Buku Agenda, Prosedur Kartu-Kendali, Prosedur Tata Naskah.
Tahap pengklasifikasian. Tahap klasifikasi dapat diartikan
sebagai pengelompokan arsip berdasarkan masalah-masalah, secara sistematis dan
logis, serta disusun berjenjang dengan tanda-tanda khususnya yang berfungsi
sebagai kode.
Tahap Penyimpanan. Prosedur penyimpanan adalah
langkah-langkah pekerjaan yang dilakukan sehubungan dengan akan disimpannya
suatu arsip. Ada 4 (empat) sistem standar yang sering dipilih salah satu
sebagai sistem penyimpanan, yaitu sistem-abjad, geografis, subjek, dan numeric.
Sistem penyimpanan akan menjadi efesien dan efektif bilamana di dukung oleh
peralatan dan perlengkapan yang memadai dan sesuai.
Tahap Pemeliharaan Arsip. Pemeliharaan arsip adalah
usaha-usaha yang dilakukan untuk menjaga arsip-arsip dari segala kerusakan dan
kemusnahan. Pemeliharaan arsip berupa melindungi, mengatasi, mencegah, dan
mengambil langkah-langkah serta tindakan-tindakan yang bertujuan menyelamatkan
arsip-arsip berikut informasinya, serta menjamin kelangsungan hidup arsip dari
kemusnahan.
Tahap Penemuan Kembali Arsip. Arsip-arsip yang telah
disimpan oleh petugas penata arsip sewaktu-waktu harus dapat ditemukan kembali
dengan cepat bilamana diperlukan untuk penyelenggaraan administrasi organisasi
atau perusahaan. Untuk menemukan kembali arsip, diperlukan prosedur tertentu.
Prosedur tersebut adalah sebagai berikut, Memeriksa formulir peminjaman arsip,
Mengetahui pokok masalahnya, Mengetahui kode arsip.
Tahap Penyusutan Arsip. Penyusutan arsip adalah kegiatan
pengurangan arsip dengan cara memindahkan arsip in-aktif. Tujuan penyusutan
arsip adalah untuk mendayagunakan arsip dinamis sebagai berkas kerja maupun
sebagai referensi, menghemat ruangan, peralatan dan perlengkapan, mempercepat
penemuan kembali arsip, menyelamatkan bahan bukti pertanggungjawaban
pemerintah.
Metodologi Penelitian
Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui bagaimana
manajemen arsip dalam bidang kesiswaan di SMP Muhammadiyah 31 Jakarta, pada
tahap penyimpanan arsip, tahap penemuan kembali arsip dan tahap penyusutan
arsip. Yang diharapkan dari hasil penelitian ini dapat menjadi bahan masukan
dan perkembangan bagi manajemen arsip sekolah. Secara khusus tujuan penelitian
ini sebagai berikut :
Untuk mengetahui manajemen arsip dalam bidang kesiswaan pada
tahap penyimpanan arsip, tahap penemuan kembali arsip dan tahap
penyusutan arsip di SMP Muhammadiyah 31 Jakarta.
Penelitian ini menggunakan pendekatan analisis deskriptif dengan
metode kualitatif. metode kualitatif yaitu metode yang digunakan untuk
menggambarkan suatu latar penelitian berupa objek sosial yang diamati dan
dilaporkan dalam bentuk tulisan maupun lisan dari hasil pengamatan keseluruhan
baik dari lingkungan maupun individu yang terlibat dalam penelitian tersebut.
Penelitian kualitatif digunakan untuk mendapatkan data yang mendalam, suatu
data yang mengandung makna. Makna adalah data yang sebenarnya, data pasti yang
merupakan suatu nilai dibalik data yang tampak. Sedangkan pendekatan penelitian
yang digunakan adalah deskriptif. Melalui studi deskriptif peneliti dapat
menggambarkan situasi yang sebenarnya tentang suatu objek, gejala atau keadaan
dari hasil temuan di lapangan. Hasil temuan penelitian ini kemudian dipaparkan
dan dideskripsikan sebagaimana fakta yang ada di lapangan.
Latar penelitian ini dilaksanakan di SMP Muhammadiyah 31
Jakarta. Sekolah ini berdiri pada tanggal 2 Februari 1974 Muhammadiyah Cabang
Rawamangun Pulogadung merintis pendidikan SMP dan menunjuk Bapak Drs. H. Nawas
Risa sebagai Penanggung jawab dengan jumlah murid pertama sebanyak 13 orang,
akan tetapi setelah beberapa kali mengganti kepala sekolah sekarang SMP
Muhammadiyah 31 Jakarta dikepalai oleh Rudin, S.Pd.
Pada tahun 1975 memperoleh nomor dari Majelis Pendidikan &
Pengajaran Muhammadiyah DKI Jakarta yaitu nomor urut 31. Pada tanggal 12
Februari 1975 mendapat pengesahan pendirian dari Pimpinan Pusat Muhammadiyah
Majelis Pendidikan & Pengajaran dengan nomor pengesahan :
2690/M/554/III-70/1975. Selanjutnya pada tanggal 27 Maret 1975 Dinas Pendidikan
dan Pengajaran DKI Jakarta mengeluarkan izin operasional Nomor : 026/SMP/
III/1975. Kewenangan melaksanakan EBTA mandiri diberi oleh Kanwil Depdikbud DKI
Jakarta pada tahun 1976 SK Nomor : 31/Wil/A/K/76 tanggal 15 Oktober 1976.
Melalui usaha dan kerja keras terus menerus setelah dilakukan
penelitian oleh Pejabat yang berwenang, maka pada tanggal 7 Januari 1985 SMP
Muhammadiyah 31 mendapat status disamakan dengan SK Kanwil Depdikbud DKI
Jakarta Nomor : 772/101-7/T-85. Pada tahun 2011 ada pembangunan kembali masjid
Ar-Rahman menjadi berlantai dua bersamaan dengan membangun gedung SD
Muhammadiyah 24 berlantai empat yang masih 1 komplek dengan SMP Muhammadiyah 31
Jakarta, luas bangunan masjid lantai dasar 348 M2 dan lantai dua 246 M2
diharapkan dapat menampung jamaah sebanyak 550 orang.
SMP Muhammadiyah 31 Jakarta ini memiliki fasilitas yang cukup
baik, diantaranya ruang kepala sekolah, ruang BP/BK, ruang guru, ruang tata
usaha, ruang perpustakaan yang memadai, laboratorium komputer, laboratorium
IPA, masjid, ruang pertemuan (aula), lapangan olahraga, sarana olahraga, mobil
antar jemput dan kantin. Sekolah ini juga memiliki beberapa ekstrakulikuler
seperti marawis, paskibra, my english club, futsal, basket, tapak suci, hisbul
wathan, pesantren kilat, marching band, sains club dan qiro’ah. Prestasi yang
pernah diraih oleh SMP Muhammadiyah ini juga banyak sekali, terbukti dari
piala-piala yang di dapat dari mengikuti lomba-lomba seperti lomba cerdas
cermat, pidato, lomba renang, lomba adzan, lomba kaligrafi, lomba majalah
dinding, lomba puisi, lomba catur, lomba band dan masih banyak lagi. Waktu
pelaksanaan penelitian dilakukan selama bulan Februari – November yang terdiri
dari tiga tahap yaitu : Tahap Pra Lapangan, Tahap Lapangan, dan Tahap Pasca
Lapangan.
Data dalam penelitian ini diperoleh berdasarkan hasil wawancara
terhadap key informandan para informan pendukung, hasil pengamatan
lapangan, hasil studi dokumentasi terhadap dokumen yang berkaitan dengan
manajemen arsip bidang kesiswaan dan hasil pemotretan fotografi. Sumber data
dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan, sedangkan dokumen
lain merupakan sumber data tambahan. Saat memasuki lapangan, peneliti memilih
orang yang memiliki otoritas dan kekuatan pada objek penelitian, sehingga mampu
memberikan gambaran atau mampu mengarahkan peneliti kemana saja dalam
pengumpulan data.
Sumber data utama didapat dari Koordinator bidang Kesiswaan SMP
Muhammadiyah 31 Jakarta (Key Informan) Selain itu untuk memperoleh informasi
tambahan, dibutuhkan informan pendukung diantaranya Kepala Sekolah SMP
Muhammadiyah 31 Jakarta (Informan Pendukung I) Staff Tata Usaha 1 (satu) SMP
Muhammadiyah 31 Jakarta (Informan Pendukung II) dan Staff Tata Usaha 2 (dua)
SMP Muhammadiyah 31 Jakarta (Informan Pendukung III).
Ada beberapa teknik pengumpulan data dan perekaman data yang
digunakan dalam penelitian ini, diantaranya adalah teknik observasi, wawancara
Mendalam (Indeepth Interview) dan studi Dokumentasi. Data yang telah
dikumpulkan selanjutnya dianalisis secara kualitatif yaitu reduksi Data,
penyajian data dan verifikasi. Analisis data yang dilakukan adalah deskriptif
dengan menggunakan teknik kalibrasi keabsahan data yang bertujuan untuk
mengetahui keabsahan data yang menggunakan representatif waktu, kreadibilitas
data, kriteria signifikansi dan kriteria komprehensif. sehingga data yang sudah
didapatkan bisa di pertanggungjawabkan.
Hasil dan Pembahasan
Tahap penyimpanan arsip dalam bidang kesiswaan, Di sebuah
lembaga pendidikan yakni sekolah pastinya terdapat sebuah manajemen perkantoran
yang sangat berperan dalam kegiatan pengelolaan administrasi sekolah, serta
penataan dokumen-dokumen penting bagi keperluan sekolah yang nantinya
dokumen-dokumen tersebut akan menjadi sebuah arsip yang diperlukan dalam
pengambilan keputusan. Dalam manajemen perkantoran ada manajemen arsip, dimana
banyak data dan dokumen penting yang di kelola oleh para staff tata usaha. Di
dalam manajemen arsip terdapat prosedur arsip, yaitu dari mulai tahap
penciptaan arsip, pencatatan arsip, tahap pendistribusian arsip,
pengklasifikasian arsip, penyimpanan arsip, pemeliharaan arsip, penemuan
kembali arsip dan terakhir penyusutan arsip.
Tahap penyimpanan arsip yang ada di SMP Muhammadiyah 31 Jakarta
ini memiliki 2 sistem penyimpanan arsip, yang pertama sistem penyimpanan arsip
itu ada yang berbentuk fisik secara manual, maksudnya dalam bentuk fisik (file)
dan ada yang disimpan dalam komputer. Sistem penyimpanan secara manual ini
disimpan dalam file yang sesuai dengan kebutuhan, belum menggunakan sistem
penyimpanan arsip dengan menggunakan abjad, numerik atau geografis yang sesuai
dengan sistem penyimpanan arsip sebenranya. Misalnya pada surat masuk maka
disimpan di file surat masuk.
Sistem penyimpanan pada komputer pertama pemasukan data kedalam
komputer misalnya data yang berupa teks atau data yang berupa gambar dan
diagram, kemudian dibuat folder dalam komputer lalu diurutkan mulai dari
judul folder dan tahunnya. Tujuan adanya penyimpanan arsip yaitu agar setiap
dokumen atau arsip yang ada tidak tercecer dan dapat disimpan dengan baik
sehingga pada saat nanti arsip itu dibutuhkan dapat dengan mudah ditemukan
kembali.
Tahap penyimpanan arsip dalam bidang kesiswaan yang ada di SMP
Muhammadiyah 31 Jakarta ini dilaksanakan oleh staf tata usaha dan bidang
kesiswaan, masing-masing arsip tentang kesiswaan ini disimpan dalam lemari
arsip. Akan tetapi sistem penyimpanan yang dilakukan oleh tata usaha dan bidang
kesiswaan di SMP Muhammadiyah 31 Jakarta ini belum seperti pada sistem
penyimpnan arsip yang ada pada prosedur arsip.
Penyimpanan arsip yang dilakukan oleh tata usaha dan bidang
kesiswaan ini hanya menggunakan box file yang ditulis dengan judul arsip lalu
disimpan didalam lemari arsip atau filling cabinet, tahap penyimpanan arsip ini
belum menggunakan sistem abjad, numerik atau geografis. Dapat dikatakan sistem
penyimpanan arsip yang ada di SMP Muhammadiyah 31 Jakarta belum sesuai dengan
sistem penyimpanan arsip yang ada pada prosedur penyimpanan arsip. Data-data
siswa yang diarsipakan ini ada data pribadi sisiwa, data nilai siswa, data
prestasi siswa, data pelanggaran siswa dan data kasus siswa. Yang menyimpan
arsip kesiswaaan ini tata usaha dan koordintor bidang kesiswaaan.
Tahap penemuan kembali arsip dalam bidang kesiswaan ini dalam
tahap penemuan kembali arsip ini dilihat dari file-file yang sudah dituliskan
berdasarkan judul, misalnya arsip data kesiswaan berada di file data kesiswaan,
arsip surat masuk di file surat masuk. Penemuan kembali arsip ini sewaktu-waktu
akan diperlukan untuk penyelenggaraan administrasi sekolah.
Untuk menemukan kembali arsip, diperlukan prosedur tertentu,
seperti mengisi buku peminjaman arsip dan melaporkan perijinan tersebut ke
kepala sekolah. Setelah di ijinkan oleh kepala sekolah baru arsip tersebut
dapat dikeluarkan dengan catatan peminjamannya hanya dalam itungan jam tidak
dipinjam untuk dibawa pulang.
Kendalanya dalam penemuan kembali arsip ini yaitu, ketika staf
yang bersangkutan dalam menyimpan arsip kesiswaan sedang tidak ada maka proses
dalam penemuan kembali arsip ini cukup sulit. Solusinya pada kendala yang ada
yaitu, pada saat proses penemuan kembali arsip ini tidak ketemu maka akan
dibuatkan format baru. Dan yang berhak dalam penemuan kembali arsip ini adalah
tata usaha dan bidang kesiswaan, kepala sekolah juga ikut berhak akan tetapi
hanya mengarahkan saja.
Tahap penemuan kembali arsip merupakan salah satu dari prosedur
arsip dimana pada tahap penemuan kembali arsip ini bertujuan untuk pada saat
arsip dibutuhkan oleh sekolah atau keperluan sekolah maka arsip tersebut akan dengan
mudah mudah ditemukan kembali, dan pada tahap penemuan kembali arsip ini ada
langkah-langkah tersendiri. Sama seperti pada tahap penyimpanan arsip, dalam
tahap penemuan kembali arsip ini juga memiliki tahapan-tahapan dalam penemuan
kembali arsip. Tahap pertama yaitu memeriksa formulir peminjaman arsip, kedua
mengetahui pokok masalahnya, ketiga mengetahui kode arsip.
Tahap penyusutan arsip dalam bidang kesiswaan ini pada tahap
penyusutan arsip dilihat dari nilai kegunaannya, lalu saat arsip itu sudah tidak
terlalu penting baru dipindahkan ke file yang sudak tidak aktif. Jenis arsip
kesiswaan yang disusutkan ini yaitu surat panggilan siswa, surat perjanjian
siswa, dan surat pelanggaran siswa. Proses pemusnahannya pertama
diklasifikasikan mana arsip yang masih perlu disimpan maka akan di simpan tapi
arsip yang sudah tidak terpakai atau tidak dibutuhkan lagi maka akan
dimusnahkan. Yang berhak menentukan arsip itu dapat dimusnahkan staf tata usaha
sekolah. Prosedur arsip yang terakhir yaitu tahap penyusutan, dimana tahap
penyusutan merupakan tahap terakhir dari berlakunya suatu arsip tersebut.
Arsip-arsip yang sudah lama ini akan disusutkan terlebih dulu sebelum nantinya
akan dimusnahkan.
Tahap penyusutan arsip dalam bidang kesiswaan di SMP
Muhammadiyah 31 Jakarta ini dilakukan dengan beberapa tahap yaitu penilaian
dari kegunaan arsip tersebut setelah itu melakukan pemindahan arsip dari arsip
yang aktif ke arsip yang inaktif setelah itu arsip-arsip yang sudah benar-bener
tidak terpakai akan dimusnahkan.
Temuan penelitian pada Tahap Penyimpanan arsip di SMP
Muhammadiyah 31 Jakarta ini pada penyimpanannya dalam bentuk fisik belum
menggunakan sistem abjad, sistem numerik maupun sistem geografis. Penyimpanan
arsip yang ada pada prosedur arsip menggunakan sistem abjad, nuerik atau
geografis, agar pada saat dicari akan dengan mudah dalam menemukannya kembali.
Tahap penemuan kembali arsip yang ada di SMP Muhammadiyah 31 Jakarta ini masih
belum maksimal, karena dalam proses penemuan kembali arsip tidak ada tahapan-tahapan
tersendiri, tidak seperti pada proses penemuan kembali arsip yang sebenarnya
yang mempunyai tahapan-tahapn sendiri dalam penemuan kembali arsip.
Temuan penelitian pada Tahap Penemuan Kembali arsip yang
ada di SMP Muhammadiyah 31 Jakarta ini pada Tahap penemuan kembali arsip pada
umumnya mempunyai tahapan seperti adanya formulir peminjaman, dan dari formulir
peminjaman nantinya akan diketahui pokok masalahnya setelah itu akan mengetahui
kode penyimpanan arsip.
Temuan penelitian pada Tahap penyusutan arsip yang ada di SMP
Muhammadiyah 31 Jakarta sudah sesuai dengan prosedur arsip yang sebenarnya,
yaitu melakukan penilaian kegunaan arsip, melakukan pemindahan arsip dan yang
terakhir melakukan pemusnahan arsip. Namun pada pemusnahan arsip, karena tidak
memiliki mesin penghancur kertas jadi pekerjaan pemusnahan ini sedikit
terhambat, sehingga dalam pemusnahan arsip terjadi banya penumpukkan
arsip-arsip yang sudah tidak terpakai.
KesimpulanBerdasarkan
analisis hasil penelitian yang telah dilakukan, kesimpulan dari penelitian
tersebut, yaitu:
- Tahap penyimpanan manajemen arsip dalam bidang
kesiswaan di SMP Muhammadiyah 31 Jakarta, ini dilakukan oleh staff tata
usaha dan koordinator bidang kesiswaan. Sistem penyimpanan arsip ini ada 2
yaitu penyimpanan secara fisik arsip (dokumen) dan penyimpanan dengan
komputer. Sistem penyimpanan yang digunakan dalam bentuk fisik arsip belum
manggunakan sistem penyimpanan arsip pada umumnya seperti penyimpanan
arsip dengan menggunakan abjad, numerik, geografis dan subjek. Data yang
diperlukan untuk arsip kesiswaan ini yaitu data pribadi siswa, buku nilai,
buku klapper, buku induk, daftar ekskul, data pelanggaran siswa, surat
perjanjian siswa dan laporan bulanan absensi siswa. Arsip-arsip kesiswaan
disimpan oleh tata usaha dan bidang kesiswaan.
- Tahap penemuan kembali arsip dalam bidang kesiswaan di
SMP Muhammadiyah 31 Jakarta, tahap penemuan kembali arsip ini dilakukan
pada saat arsip tersebut akan dipinjam dalam keperluan organisasi ataupun
sekolah. Pada tahap penemuan kembali arsip ini memiliki beberapa tahap
yang harus dilalui yaitu pertama harus menyertakan sutrat ijin atasan
(kepala sekolah) setelah itu mengetahui pokok masalahnya (arsip yang
dipinjam) lalu dicarikan berdasarkan judul arsip. Penemuan kembali arsip
ini dilakukan oleh tata usaha dan koordinasi bidang kesiswaan.
- Tahap penyusutan arsip dalam bidang kesiswaan di SMP
Muhammadiyah 31 jakarta merupakan tahap akhir dari terciptanya arsip, pada
saat arsip tersebut tidak digunakan lagi maka arsip tersebut perlu
disusutkan kemudian dimusnahkan. Tahap penyusutan ini memiliki beberapa
tahap sebelum akhirnya akan dimusnahkan, yaitu yang pertama dilihat dari
nilai guna arsip tersebut.
Dari hasil penelitian dan kesimpulan maka Implikasi dari
kesimpulan hasil penelitian tersebut antara lain:
- Dengan adanya prosedur arsip pada tahap penyimpanan
arsip dalam bidang kesiswaan, maka tahap penyimpanan arsip ini akan
tertata dengan baik dan kegiatan pengelolaan arsip pun akan lebih terarah.
Arsip-arsip yang ada dapat dijaga kelestariannya sehingga tidak mudah
hilang dan rusak.
- Tahap penemuan kembali arsip pada bidang kesiswaan
merupakan kegiatan yang dilakukan oleh staf tata usaha sekolah yang
bekerjasama dengan koordinator bidang kesiswaan dalam proses peminjaman
arsip.
- Pada
tahap penyusutan arsip dalam bidang kesiswaan di SMP Muhammadiyah 31
Jakarta dilakukan agar tidak terjadi penumpukan arsip yang berlebih. Dan
pada saat dilakukannya penyusutan arsip ada beberapa tahap yang akan
dilakukan, yaitu pertama dilihat dari nilai guna arsip tersebut, kemudian
diklasifikasi berdasarkan nilai guna dan jangka waktu arsip, setelah itu
dilakukan pemindahan ke arsip inaktif, Berdasarkan kesimpulan diatas maka
saran yang dapat peneliti berikan yaitu :
- Untuk koordinator bidang kesiswaan dan staf tata usaha,
kerjasama antar staf yang bersangkutan ditingkatkan lagi agar pada
pengelolaan dan penyimpanan arsip ini dapat lebih tertata lagi.
Terutama pada penyusunan dan penyimpanan arsip sebaiknya lebih
diperhatikan lagi baik untuk ruangannya maupun lemari yang digunakan untuk
menyimpan arsip.
- Untuk Kepala Sekolah, diadakan pelatihan bagi para staf
tata usaha pada pengelolaan arsip. Agar para staf tata usaha lebih
memahami bagaimana cara pengelolaan arsip yang sebenarnya.
Lampiran 03
DISIPLIN KERJA PEGAWAI PADA
BADAN
PERPUSTAKAAN
DAN ARSIP DAERAH DI KOTA
KENDARI PROVINSI SULAWESI TENGGARA
AMIR HAMZAH
A1A1 10 049
UNIVERSITAS
HALUOLEO
KENDARI
2013
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Suatu instansi pemerintah didirikan dengan beberapa tujuan, tujuan yang
dimaksud adalah melancarkan kegiatan, pelayanan publik, dan memberikan lapangan
kerja. Tujuan instansi pemerintah dapat dicapai apabila manajemen mampu
mengolah, menggerakkan dan menggunakan sumber daya manusia yang dimilikinya
secara efektif dan efisien.
Instansi Pemerintah adalah organisasi yang merupakan kumpulan orang-orang
yang dipilih secara khusus untuk melaksanakan tugas Negara sebagai bentuk
pelayanan kepada oran banyak. Peranan manusia dalam organisasi sebagai pegawai memegang
peranan yang menentukan, karena hidup matinya suatu organisasi pemerintah
semata-mata tergantung pada manusia. Pegawai merupakan factor penting dalam
setiap organisasi pemerintahan. Pegawai merupakan factor penentu dalam
pencapaian tujuan instansi pemerintah secara efektif dan efisien. Pegawai yang
menjadi penggerak dan penentu jalannya organisasi.
Pengelolaan Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi
Sulawesi Tenggara akan berjalan
dengan baik bila pegawai bekerja dengan disiplin. Disiplin harus deterapkan
dengan segera dan secepat mungkin serta diterapkan secara konsisten. Demikian
pula setiap orang berdisiplin sudah tidak mustahil, baik dalam instansi atau
organisasi dimama mereka berkerja akan memperlihatkan sebagai suatu organisasi
yang sehat suatu organisasi dengan iklim yang sehat, yang kuat dengan prestasi
yang dapat diandalkan.
Disiplin yang baik mencerminkan besarnya tanggung jawab seseorang terhadap
tugas-tugas yang diberikan kepadanya. Hal ini mendorong gairah kerja, semangat
kerja, dan terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan, serta masyarakat pada
umumnya. Melalui disiplin akan mencerminkan kekuatan, karena biasanya seseorang
yang berhasil dalam karyanya, studinya biasanya adalah mereka yang memiliki
disiplin yang tinggi. Seseorang yang sehat dan kuat biasanya pun memiliki
disiplin yang baik, dalam arti ia memiliki keteraturan di dalam menjaga
dirinya, teratur kerja, teratur makan, tertib olahraga dan tertib dalam segala
hal.
Pelaksanaan program kedisiplinan yang dijalankan didalam lembaga/instansi akan membantu untuk mengarahkan dan mengontrol
segala tindakan dan perilaku para personil pegawaiuntuk selalu ada dalam ketentuan-ketentuan yang telah
menjadi bagaimana pelaksanaan kedisiplinan yang harus dilakukan dan apakah
upaya pelaksanaan kedisiplinan pegawai ini, akan menjadikan para pegawai untuk selalu bertanggung jawab, bekerja tepat
waktu, efektif dan efesien, sehingga secara tidak langsung akan mendorong untuk
meningkatkan prestasi kerjanya. Selain itu,lembaga/instansi harus memperhatikan sampai sejauh mana pengaruh
disiplin kerja terhadap prestasi kerja pegawai,sehingga akan memberikan suatu timbal balik yang positif
dalam mewujudkan tujuan organisasi.
Badan Perpustakaan dan
Arsip Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara merupakan salah satu wujud kepedulian
pemerintah terhadap masyarakat untuk memberikan pelayanan pendidikan bagi
seluruh masyarakat yang ada di kota kendari. Pemerintah tidak perlu
bersikap lemah dalam menghadapi para pegawai intansi pemerintah. Seorang
pemimpin yang lemah bukan hanya akan mengacakan jalannya pemerintahan tetapi
juga akan kehilangan rasa hormat dari para bawahannya. Pemerintah telah
mempunyai perturan permainan dan harus ditaati bersama, maka pelanggaran
terhadap peraturan pemerintah ini haruslah dikenakan tindakan pendisiplinan.
Badan Perpustakaan dan
Arsip Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara bertujuan untuk membantu Bupati dalam
merumuskan memimpin, mengkoordinasikan, membina dan mengendalikan tugas-tugas
yang bersifat spesifik di bidang Perpustakaan dan Arsip Daerah yang meliuti
pengelolaan perpustakaan, arsip daerah dan pendokumentasian serta pelaksanaan
ketatausahaan. Pengelolaan perpustakaan dan arsip daerah akan berjalan dengan
baik bila pegawai bekerja dengan disiplin. Disiplin harus deterapkan dengan segera
dan secepat mungkin serta diterapkan secara konsisten. Demikian pula setiap
orang berdisiplin sudah tidak mustahil, baik dalam instansi atau organisasi
dimana mereka berkerja akan memperlihatkan sebagai suatu organsasi yang sehat
suatu organisasi dengan iklim yang sehat, yang kuat dengan prestasi yang dapat
diandalkan.
Samudra Wasrih selaku
kepala Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara memaparkan tupoksinya adalah Sekretariat yang menjelaskan
bahwa sekretariat mempunyai tugas membantu kepala dalam menyelenggarakan pembinaan dan tata laksana, perencanaan,
kepegawaian, keuangan, perlengkapan dan rumah tangga dan humas serta penerbitan
untuk menunjang pelaksanaan tupoksi BPAD Sultra. Setelah itu pemaparan di susul
oleh beberapa kepala Bidang yaitu Kabid Deposit, Pengolahan dan Pengembangan
Bahan Pustaka dimana bidang tersebut mempunyai tugas melaksanakan pengumpulan
karya cetak dan karya rekam yang diterbitkan/diproduksi di Sulawesi Tenggara
dan tentang Sultra di Daerah lain, melaksanakan pengembangan dan pengolahan
bahan pustaka, penyusunan Bibliografi daerah, Katalog induk daerah, bahan
rujukan berupa indeks, bibliografi subyek, abstrak, kliping dan literatur
sekunder lainnya.
Kabid Pembinaan Perpustakaan memaparkan bahwa tugas yang di embankan pada
bidangnya adalah melaksanakan pembinaan dan pengembangan sumber daya manusia,
pembinaan semua semua jenis Perpustakaan dan Pembudayaan kegemaran membaca.
Pada pemaparan selanjutnya oleh Kepala Bidang Layanan Perpustakaan, Pelestarian
bahan Pustaka dan Otomasi Perpustakaan, menjelaskan bahwa di bidangnya
mengembang tugas menyelenggarakan berbagai jenis Layanan Perpustakaan baik itu
layanan bahan perpustakaan berbentuk cetak maupun layanan Perpustakaan digital,
layanan referensi, layanan anak dan layanan story telling, layanan internet
hostpot/Wifi. Khusus untuk otomasi Perpustakaan mempunyai tugas teknis
Perpustakaan berbasis teknologi binformasi dan komunikasi.
Berdasarkan diagram
gambar diatas pada Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Sulawesi
Tenggara yang memiliki jumlah pegawai 98 orang yang terdiri dari 55 % SMU/SMK,
30 % Diploma, 29 % S1 dan 6 % S2, berdasarkan status kepegawaiaannya terdiri
atas 97 orang Pegawai Negeri Sipil, dan 1 Orang Tenaga Honorer.
Berdasarkan kenyataan tersebut sebelum sesuai dengan teori, maka penulis
perlu melakukan penyusunan tugas proposal dengan judul : “ Disiplin Kerja Pegawai Pada Badan Perpustakaan
Dan Arsip Daerah ProvinsiSulawesi Tenggara ”.
B. Fokus
Penelitian
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka yang menjadi fokus
penelitian dalam penyusunan proposal ini antara laian
sebagai berikut :
1. Pelaksanaan disiplin kerja pegawai
Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Sulawesi Tenggara.
2. Faktor-faktor yang mendukung kedisiplinan
kerja pegawai Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Sulawesi Tenggara.
3. Faktor-faktor menghambat kedisiplinan
kerja pegawai Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Sulawesi Tenggara.
C. Rumusan
Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka permasalahan yang dapat
dikemukakan yaitu sebagai berikut :
1. Bagaimana pelaksanaan disiplin kerja
pegawai pada Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Sulawesi Tenggara.
2. Faktor-faktor apa saja yang mendukung
kedisiplinan kerja pegawai pada Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Sulawesi
Tenggara.
3. Faktor-faktor apa saja yang
menghambat kedisiplinan kerja pegawai pada Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah
Sulawesi Tenggara.
D. Tujuan
Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini:
1. Untuk mengetahui pelaksanaan disiplin
kerja pegawai pada Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Sulawesi Tenggara.
2. Untuk mengetahui factor-faktor
pendukung kedisiplinan kerja pegawai pada Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah
Sulawesi Tenggara.
3. Untuk mengetahui factor penghambat
kedisiplinan kerja pegawai pada Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Sulawesi
Tenggara.
E. Manfaat
Penelitian
1. Manfaat Praktis
1) Sebagai bahan masukan
bagi pegawai pada Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Sulawesi Tenggara agar
dapat melaksanakan disiplin kerja.
2) Sebagai bahan masukan
bagi manajemen Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Sulawesi Tenggara dalam
menentukan kebijakan yang berhubungan dengan pelakanaan disiplin kerja pegawai.
2. Manfaat Teoritis
1) Bagi civitas akademika
sebagai perbendaharaan tambahan pengetahuan mengenai sikap disiplin kerja
pegawai pada Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Sulawesi Tenggara.
2) Bagi penulis sebagai
tambahan pengetahuan tentang pelaksanaan disiplin kerja pegawai pada Badan
Perpusatakaan dan Arsip Daerah Sulawesi Tenggara.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Deskripsi
Teori
1. Hakekat Disiplin Kerja
Menurut peraturan pemerintah No.53 Tahun 2010 tentang peraturan disiplin
pegawai negeri sipil. Mendefinisikan disiplin kerja adalah sikap atau perilaku
kesanggupan pegawai negeri sipil untuk mentaati kewajiban dan menghindari
larangan yang telah ditentukan dalam peraturan perundang – undangan dan/ atau
peraturan kedinasan yang apabila tidak ditaati atau dilanggar akan dijatuhkan
hukuman disiplin.
Secara etimologis disiplin berasal dari bahasa inggris “ diciple “ yang
berarti pengikut atau penganut pengajaran, latihan dan sebagainya. Sinungan
(2005:145). Disiplin merupakan suatu keadaan tertentu dimana orang-orang yang
tergabung dalam organisasi tunduk pada peraturan-peraturan yang ada dengan rasa
senang hati. Sedangkan kerja adalah segala aktivitas manusia yang dilakukan
untuk menggapai tujuan yang telah ditetapkanya.
Disiplin itu berasal dari bahasa Latin dari kata “discipline” yang
berarti latihan atau pendidikan kesopanan dan kerohanian serta pengembangan
tabiat. Hadisaputro menyatakan bahwa kata disiplin dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) Edisi Ketiga tahun 2001 ada tiga makna: (1) tata tertib (di
sekolah, kemiliteran dst); (2) ketaatan kepada peraturan (tata tertib dst); (3)
bidang study yang memiliki objek sistem dan metode tertentu.
Dari ketiga makna tersebut Hadisaputro menyimpulkan bahwa
disiplin adalah tata tertib yang seyogyanya dipatuhi, dalam hal ini oleh
pegawai negeri sipil dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya (Hadisaputro,
2003: 4).
Sedangkan Menurut Prijodarminto, (1993:15) mengemukakan “ Disiplin
adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari
serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan,
keteraturan dan ketertiban”. Karena sudah menyatu dengan dirinya, maka sikap
atau perbuatan yang dilakukan bukan lagi atau sama sekali tidak dirasakan
sebagai beban,bahkan sebaliknya akan membebani dirinya bilamana ia tidak
berbuat sebagaimana lazimnya. Nilai-nilai kepatuhan telah menjadi bagian dari
perilaku dalam kehidupannya.
Conzo dalam bukunya Human Resource Management (1991:76) mengemukakan
tentang pengertian disiplin sebagai berikut: ”Disiplin kerja adalah suatu
kondisi dalam organisasi dimana para karyawan menampilkan dirinya masing-masing
sesuai peraturan organisasi dan standar perilaku yang dapat diterima”.
Sedangkan menurut Riva’I (2004:444) mengemukakan pendapat
tentang disiplin kerja sebagai berikut:
“Disiplin kerja adalah suatu alat yang digunakan para manajer untuk
berkomunikasi dengan karyawan agar mereka bersedia untuk mengubah suatu
perilaku serta sebagai suatu upaya untuk meningkatkan kesadaran dan kesediaan
seseorang mentaati semua peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang
berlaku”.
Disiplin kerja memerlukan perhatian khusus dan proses prosedur yang
seharusnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Davis (1985:367) yang mengemukakan
bahwa :
“Disiplin kerja memerlukan perhatian proses yang seharusnya, yang berarti
bahwa prosedur harus menunjukan karyawan yang bersangkutan benar-benar
terlibat. Keperluan proses yang seharusnya itu dimaksudkan adalah pertama,
suatu prasangka yang tak bersalah sampai pembuktian karyawan berperan dalam
pelanggaran. Kedua, hak untuk didengar dalam beberapa kasus terwakilkan oleh
karyawan lain. Ketiga, disiplin itu dipertimbangkan dalam hubungannya dengan
keterlibatan pelanggaran.”
Sejalan dengan tujuan dari penelitian tentang disiplin kerja pegawai yang
dilakukan ini, maka dapat dikatakan bahwa salah satu upaya untuk dapat
meningkatkan motivasi pegawai adalah dengan diterapkannya disiplin kerja
melalui berbagai peraturan dan ketentuan dalam organisasi. Adapun cara yang
dapat dilakukan adalah dengan disiplin preventif dan disiplin korektif.
Pendisiplinan yang bersifat preventif adalah tindakan yang mendorong para
karyawan untuk taat kepada berbagai ketentuan yang berlaku dan memenuhi standar
yang telah ditetakan. Artinya melalui kejelasan dan penjelasan tentang pola
sikap, tindakan dan perilaku yang diinginkan dari setiap anggota organisasi
diusahakan pencegahan jangan sampai para karyawan berperilaku negatif.
Sedangkan disiplin korektif dilakukan jika ada pegawai yang nyata-nyata
telah melakukan pelanggaran atas ketentuan-ketentuan yang berlaku atau gagal
memenuhi standar yang telah ditetapkan, kepadanya dikenakan sanksi disipliner.
Berat atau ringannya suatu sanksi tentunya tergantung pada bobot pelanggaran
yang telah terjadi. Pengenaan sanksi dapat mengikuti prosedur yang sifatnya
hierarki. Artinya pengenaan sanksi diprakarsai oleh atasan langsung karyawan
yang bersangkutan, diteruskan kepada pimpinan yang lebih tinggi dan keputusan
akhir pengenaan sanksi tersebut diambil oleh pejabat pimpinan yang memang
berwenang untuk itu. Prosedur tersebut ditempuh dengan dua maksud, yaitu bahwa
pengenaan sanksi dilakukan secara obyektif dan bahwa sifat sanksi sesuai dengan
bobot pelanggaran yang telah dilakukan. Di samping factor obyektivitas dan
kesesuaian bobot hukuman dengan pelanggaran, pengenaan sanksi harus pula
bersifat mendidik dalam arti agar terjadi perubahan sikap dan perilaku di masa
depan dan bukan terutama menghukum seseorang karena tindakannya di masa lalu.
Pengenaan sanksi pun harus mempunyai nilai pelajaran dalam arti mencegah orang
lain melakukan pelanggaran serupa. Tidak kurang pentingnya untuk memperhatikan
bahwa manajemen harus mampu menerapkan berbagai ketentuan yang berlaku secara
efektif dan tidak hanya sekedar merupakan pernyataan di atas kertas.
Sikap dan perilaku yang demikian ini tercipta melalui proses binaan melalui
keluarga, pendidikan dan pengalaman atau pengenalan dari keteladanan dari
lingkungannya. Disiplin akan membuat dirinya tahu membedakan hal-hal apa yang
seharusnya dilakukan, yang wajib dilakukan, yang boleh dilakukan, yang tak
sepatutnya dilakukan (karena merupakan hal-hal yang dilarang).
Prijodarminto, (1993:16) berpendapat “Disipin terbagi pada tiga aspek yaitu
sikap mental, pemahaman dan sikap kelakuan”: diuraikan sebagai berikut:
1. Sikap mental (mental
attitude), yang merupakan sikap taat dan tertib sebagai hasil atau
pengembangan dari latihan, pengendalian pikiran dan pengendalian watak;
2. Pemahaman yang baik
mengenai sistim aturan perilaku, norma, kriteria, dan standar yang sedemikian
rupa,sehingga pemahaman tersebut menumbuhkan pengertian yang mendalam atau
kesadaran, bahwa ketatan akan aturan, norma, kriteria, dan standar tadi
merupakan syarat mutlak untuk mencapai keberhasilan (sukses);
3. Sikap kelakuan yang
secara wajar menunjukkan kesanggupan hati, untuk mentaati segala hal secara
cermat dan tertib.
Dalam sebuah organisasi, diperlukan sebuah pembinaan bagi
pegawai untuk mencegah terjadinya pelanggaran-pelanggaran terhadap ketentuan
yang telah ditetapkan. Dan seorang pimpinan memerlukan alat untuk melakukan
komunikasi dengan para karyawanya mengenai tingkah laku para pegawai dan
bagaimana memperbaiki perilaku para pegawai dan bagaimana memperbaiki perilaku
para pegawai menjadi lebih baik lagi. Dan disiplin kerja yang diterapkan
merupakan alat komunikasi pimpinan seperti dikemukakan oleh Riva’i
(2004:44) yang menyebutkan bahwa :
“ Disiplin kerja adalah suatu alat yang digunakan para
manajer untuk mengubah suatu perilaku serta sebagai suatu upaya untuk
meningkatkan kesadaran dan kesediaan seseorang mentaati semua peraturan
perusahaan dan norma- norma sosial yang berlaku “.
Hal ini sesuai dengan pendapat dari Nawawi (1998:104),
menyatakan bahwa
“Disiplin adalah sebagai usaha mencegah terjadinya
pelanggaran-pelanggaran terhadap ketentuan yang telah disetujui bersama dalam
melaksanakan kegiatan agar pembinaan hukuman pada seseorang atau kelompok orang
dapat dihindari “.
Sementara itu Sutisna, (1989:109) mendefinisikan disiplin
adalah :
a. Disiplin
sebagai suatu proses atau hasil pengarahan atau pengendalian dorongan atau
kepentingan demi cita-cita atau untuk mencapai tindakan efektif yang dapat
diandalkan;
b. Pencarian cara-cara
bertindak yang terpilih dengan gigih aktif dan diarahkan sendiri sekalipun
menghadapi rintangan atau gangguan.
Menurut Irmin ( 2004 : 21 ) memberikan beberapa pengertian tentang
disiplin, yaitu :
a. Perilaku yang
menunjukan nilai – nilai ketaatan, kepatuhan, keteraturan dan ketertiban.
b. Perasaan risi atau
maludan berdosa kalau melakukan perbuatan yang menyimpang.
c. Sikap tahu
untuk membedakan hal – hal yang seharusnya dilakukan, yang wajib dilakukan,
yang boleh dilakukan, dan hal yang tidak boleh dilakukan.
d. Merupakan sikap
taat dan tertip sebagai hasil pengembangan dan latihan pengendalian pikiran dan
pengendalian watak.
Sastrohadiwiryo ( 2003 : 291 ) mengatakan disiplin kerja adalah sebagai
sikap menghormati, menghargai, patuh dan taat terhadap peraturan – peraturan
yang berlaku, baik secara tertulis maupun tidak tertulis serta sanggup
menjalankan dan tidak mengelak untuk menerima sanksi – sanksi nya apa bila
seseorang melanggar tugas dan wewenang yang diberikan kepadanya. Jika
disiplin kerja pegawai tinggi, maka organisasi akan mendapatkan banyak
keuntungan dan artinya jika disiplin kerja menurun, maka organisasi akan
mendapat banyak kerugian. Hal ini berdampak pada pelayanan terhadap publik.
Disiplin kerja adalah yang memberikan dorongan atau yang menyebabkan
pegawai untuk berbuat dan melakukan semua kegiatan sesuai dengan aturan atau
norma – norma yang telah ditetapkan (Wursanto,1989:108 ).
Pentingnya peranan disiplin juga dikemukakan oleh Musanef (1994:116) yang
berpendapat bahwa:
”Disiplin juga tidak kalah pentingnya dengan prinsipprinsip lainnya artinya
disiplin setiap pegawai selalu mempengaruhi hasil prestasi kerja. Oleh sebab
itu dalam setiap organisasi perlu ditegaskan disiplin pegawai-pegawainya.
Melalui disiplin yang tinggi produktivitas kerja pegawai pada pokoknya dapat
ditingkatkan. Oleh sebab itu perlu ditanamkan kepada setiap pegawai disiplin
yang sebaik-baiknya”.
Manusia yang sukses adalah manusia yang mampu mengatur dan mengendalikan
diri yang menyangkut pengaturan cara hidup dan mengatur cara kerja. Maka erat
hubungannya antara manusia sukses dengan pribadi disiplin. Berkaitan
dengan disiplin itu sendiri para ahli memiliki bermacam-macam pemaknaan seperti
yang diungkapkan oleh Martoyo (2000: 151)
Oleh Sinungan (1997: 135) dijabarkan bahwasanya disiplin adalah sikap
kejiwaan dari seseorang atau sekelompok orang yang senantiasa berkehendak untuk
mengikuti/mematuhi segala aturan yang telah ditetapkan. Disiplin juga berarti
latihan yang mengembangkan pengendalian diri, watak atau ketertiban dan
efisiensi; kepatuhan atau ketaatan terhadap ketentuan dan peraturan pemerintah
atau etik, norma dan kaidah yang berlaku dalam masyarakat (Sinungan, 1997:
145-146).’
Nitisemito berpendapat bahwa kedisiplinan merupakan suatu sikap, tingkah
laku dan perbuatan yang sesuai dengan peraturan perusahaan baik yang tertulis
maupun tidak (Nitisemito, 1996: 118).
Sedangkan menurut Robbins disiplin kerja dapat diartikan sebagai suatu
sikap dan perilaku yang dilakukan secara sukarela dengan penuh kesadaran dan
kesediaan mengikuti peraturan-peraturan yang telah ditetapkan oleh perusahaan
atau atasan, baik tertulis maupun tidak tertulis ( Arisandy, 2004: 28).
Menurut Davis disiplin kerja dapat diartikan sebagai pelaksanaan manajemen
untuk memperteguh pedoman-pedoman organisasi. Disiplin pada hakikatnya adalah
kemampuan untuk mengendalikan diri dalam bentuk tidak melakukan sesuatu
tindakan yang tidak sesuai dan bertentangan dengan sesuatu yang telah
ditetapkan dan melakukan sesuatu yang mendukung dan melindungi sesuatu yang
telah ditetapkan. Dalam kehidupan sehari-hari dikenal dengan disiplin diri,
disiplin belajar dan disiplin kerja. Sedangkan disiplin kerja merupakan
kemampuan seseorang untuk secara teratur, tekun secara terus-menerus dan bekerja
sesuai dengan aturan-aturan yang berlaku dengan tidak melanggar aturan-aturan
yang sudah ditetapkan (Aritonang, 2005: 3-4).
Mengenai disiplin kerja Arisandy juga mengemukakan bahwasanya disiplin
kerja adalah suatu sikap, perilaku yang dilakukan secara sukarela dan penuh
kesadaran serta keadaan untuk mengikuti peraturan yang telah ditetapkan
perusahaan baik tertulis maupun tidak tertulis. Perilaku tidak disiplin yang
timbul merupakan cerminan dari persepsi negatif karyawan terhadap kontrol yang
dilakukan oleh atasan. Sebaliknya perilaku disiplin yang timbul merupakan
cerminan dari persepsi positif terhadap kontrol atasan (Arisandy, 2004:28).
Di sisi lain, disiplin kerja merupakan upaya pengaturan waktu dalam bekerja
yang dilakukan secara teratur dengan mengembangkan dan mengikuti aturan kerja
yang ada (Wardana, 2008: 20).
Menurut Saydam ( 1996 : 286-287 ) menjelaskan bentuk disiplin kerja yang
baik yang tergambar pada suasana :
1. Tingginya rasa kepedulian
pegawai terhadap pencapaian tujuan perusahaan.
2. Tingginya semangat dan
gairah kerja dan inisiatif para pegawai dalam melakukan pekerjaan.
3. Besarnya rasa
tanggungjawab para pegawai untuk melaksanakan tugas dengan sebaik – baiknya.
4. Berkembangnya rasa
memiliki dan rasa solidaritas yang tinggi dikalangan pegawai.
5. Meningkatnya efisiensi
dan produktivitas para pegawai.
Sementara itu kelemahan disiplin kerja pegawai terlihat pada suasana kerja
sebagai berikut :
1. Tingginya angka absensi
pegawai.
2. Sering terlambatnya
pegawai untuk masuk kantor atau pulang lebih cepat dari jam yang sudah
ditentukan.
3. Menurunnya semangat dan
gairah kerja.
4. Berkembangnya rasa tidak
puas, saling curiga dan saling melempar tanggungjawab.
5. Penyelesaian pekerjaan
yang lambat karena pegawai lebih senang mengobrol daripada kerja.
6. Tidak terlaksananya
supervisi dan waskat yang baik.
7. Sering terjadinya konflik
antar pegawai dan pimpinan perusahaan.
Adapun contoh pelaksanaan disiplin kerja yang baik menurut Strauss
(1985:214 ) adalah sebagai berikut :
1. Masuk kerja tepat waktu.
2. Mentaati instruksi kerja dari
supervisor.
3. Menghindari perkelahian, mabuk
dan pencurian.
4. Mencetakkan jam kerja pada
waktu hadir.
Begitu pula Wursanto ( 1985 : 135 ), menyatakan bahwa : “ kinerja yang
tinggi dan disiplin yang tinggi akan diperoleh apabila para pegawai terpenuhi
kebutuhannya”.
Pada hakekatnya disiplin terdiri dari beberapa unsur yaitu :
1. Pengetahuan tentang
pekerjaan yang harus dilakukan.
2. Kesadaran bahwa disamping
individu adalah sebagai orang yang dipercaya untuk melaksanakan tugas dan
kewajiban sehingga mempunyai rasa tanggungjawab.
3. Ketaatan dan kepatuhan
terhadap segala peraturan dan ketentuan – ketentuan yang berlaku.
4. Ketertiban dalam
melaksanakan apa yang harus dikerjakannya sehingga dapat dihindari penyimpangan
–penyimpangan yang mungkin terjadi.
5. Inisiatif dalam
menyajikan apa yang harus dikerjakan sehingga dihindari penyimpangan –
penyimpangan yang mungkin terjadi.
6. Inisiatif yang menunjang
kelancaran pelaksanaan tugas – tugasnya , sehingga tidak melakukan seperti
halnya melakukan pola kerja hanya itu – itu saja.
7. Rasa senang hati, tidak
terpaksa dan dipaksa.
8. Dilaksanakannya sanksi
dengan sungguh – sungguh (Widodo,1980:60 )
Disiplin bila sudah menyatu dengan dirinya , maka sikap atau perbuatan yang
dilakukan bukan lagi atau sama sekali tidak dirasakan sebagai beban, bahkan
akan sebaliknya akan membebani dirinya bilamana ia tidak berbuat sebagaimana
mestinya. Dengan demikian disiplin kerja seseorang dalam bekerja merupakan
sikap atau perlakuan ketaatan, ketertiban, tanggungjawab dan loyalitas pegawai
terhadap segala tata tertib yang berlaku dalam organisasi. Bila pegawai
bertindak atau berbuat sesuai dengan keinginan organisasi maka peraturan itu
menjadi efektif. Disiplin kerja bila pegawai datang tepat waktu, mempergunakan
alat kantor dengan rasa tanggungjawab, hasil pekerjaan memuaskan dan bila
bekerja dengan semangat tinggi ( Larterner,1983:71 ).
Berdasarkan pendapat ahli tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa semakin
tinggi tingkat kedisiplinan yang dimiliki seorang pegawai maka akan semakin
tinggi pula kinerja pegawai.
Konsep Disiplin Kerja Pegawai Menurut pendapat Werther Jr., yang dikutip
oleh Manullang (1988:96), menyatakan bahwa ;
”Disiplin adalah upaya manajemen untuk mengusahakan agar karyawan mentaati
standar/peraturan-peraturan dalam organisasi. Ia menganggap bahwa disiplin
sebagai suatu latihan untuk mengubah dan mengoreksi pengetahuan, sikap dan
perilaku sehingga karyawan akan berusaha untuk bekerja sama dan meningkatkan
kinerjanya bagi perusahaan”.
Dari perspektif organisasi, dapat dirumuskan sebagai ketaatan setiap
anggota organisasi terhadap semua aturan yang berlaku di dalam organisasi
tersebut, yang terwujud melalui sikap, perilaku dan perbuatan yang baik
sehingga tercipta keteraturan, keharmonisan, tidak ada perselisihan, serta
keadaan-keadaan baik lainnya. Penjelasan para ahli di atas dapat disimpulkan
bahwa disiplin kerja adalah kesadaran individu dalam bekerja untuk selalu
mentaati peraturan yang telah ditetapkan organisasi. Sedangkan beberapa penulis
sosiolog, psikolog maupun para administrator dan manager telah merumuskan
pengertian tentang disiplin.
Handoko (1992:208) memberikan pengertian disiplin adalah
suatu kegiatan manajemen untukmenjalankan standar-standar organisasional.
Disiplin merupakan factor yang sangat penting untuk diperhatikan dalam suatu
organisasi. Karena bila karyawan dalam melaksanakan tugas tidak memiliki
disiplin kerja yang tinggi, maka hasil yang dicapai tidak akan sesuai
sebagaimana yang diharapkan.
Jika dicermati rumusan tentang definisi di atas maka terdapat kesamaan
makna disiplin sebagai kesadaran diri atau kekuatan yang berkembang dalam diri
sendiri, dan untuk mematuhi atau mentaati nilai, norma, dan peraturan. Definisi
disiplin yang dikemukakan diatas memandang disiplin sebagai kepatuhan yang
datang secara sadar, sukareala dan ada pengaruh dari luar baik yang bersifat
ajakkan ataupun perintah atau paksaan. Kesadaran diri untuk mentaati
nilai-nilai, norma, dan peraturan tanpa ada paksaan atau perintah akan
menumbuhkan kebebasan berinisiatif, kebebasan untuk mengeluarkan ide, gagasan
dan pendapat yang bertanggung jawab.
Sedangkan menurut Hasibuan (2003:193-194) mendefinisikan
bahwa :
Kedisiplinan adalah kesadaran dan kesediaan
seseorang mentaatai semua peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang
berlaku. Kedisiplinan diartikan jika karyawan selalu datang dan pulang tepat
pada waktunya, mengerjakan semua pekerjaannya dengan baik, mematuhi semua
peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa “
Disiplin kerja adalah suatu sikap mental yang dimiliki oleh pegawai dalam
menghormati dan mematuhi peraturan yang ada di dalam organisasi tempatnya
bekerja dan dilandasi karena adanya tangung jawab bukan karena keterpaksaan,
sehingga dapat mengubah perilaku menjadi lebih baik daripada sebelumnya
Untuk mencapai hasil yang baik sesuai dengan tujuan
yang telah ditetapkan, perlu adanya disiplin kerja yang baik dari personil yang
bersangkutan. Hasibuan (1996:212) mengemukakan bahwa, “Disiplin yang baik
mencerminkan besarnya rasa tanggung jawab seseorang terhadap tugas-tugas yang
diberikan kepadanya”. Karena hal ini akan mendorong gairah kerja atau semangat
kerja, dan mendorong terwujudnya tujuan organisasi. Kedisiplinan harus
ditegakkan dalam suatu organisasi karena tanpa dukungan disiplin personil yang
baik, maka organisasi akan sulit dalam mewujudkan tujuannnya. Jadi dapatlah
dikatakan bahwa kedisiplinan merupakan kunci keberhasilan suatu organisasi
dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan. Untuk memelihara dan meningkatkan
kedisiplinan yang baik, itu tidaklah mudah. Hal ini dikarenakan banyaknya
faktor yang mempengaruhi.
2. Fungsi
Disiplin Kerja
Disiplin kerja sangat dibutuhkan oleh setiap pegawai. Disiplin menjadi persyaratan
bagi pembentukan sikap, perilaku, dan tata kehidupan berdisiplin yang akan
membuat para pegawai mendapat kemudahan dalam bekerja, dengan
begitu akan menciptakan suasana kerja yang kondusif dan mendukung usaha
pencapaian tujuan.
Pendapat tersebut dipertegas oleh pernyataan Tu’u (2004:38) yang
mengemukakan beberapa fungsi disiplin, antara lain :
a. Menata
kehidupan bersama
b. Membangun
kepribadian
c. Melatih
kepribadian
d. Pemaksaan
e. Hukuman
f. Menciptakan
lingkungan kondusif
Disiplin berfungsi mengatur kehidupan bersama, dalam suatu kelompok
tertentu atau dalam masyarakat dengan begitu, hubungan yang terjalin antara
individu satu dengan individu lain menjadi lebih baik dan lancar.
Disiplin juga dapat membangun kepribadian seorang pegawai lingkungan yang
memiliki disiplin yang baik, sangat berpengaruh terhadap kepribadian seseorang.
Lingkungan organisasi yang memiliki keadaan yang tenang, tertib dan tenteram
sangat berperan dalam membangun kepribadian yang baik. Disiplin merupakan
sarana untuk melatih kepribadian pegawai agar senantiasa menunjukan kinerja
yang baik sikap, perilaku, dan pola kehidupan yang baik dan berdisiplin tidak
terbentuk dalam waktu yang lama salah satu proses untuk membentuk kepribadian
tersebut dilakukan melalui proses untuk membentuk kepribadian tersebut
dilakukan melalui proses latihan. Latihan tersebut dilaksanakan bersama antar
pegawai, pimpinan dan seluruh personil yang ada dalam organisai tersebut.
3. Faktor-Faktor
Disiplin Kerja
Helmi (1996:37) pembentukkan perilaku dipengaruhi oleh interaksi
antara faktor kepribadian dan factor lingkungan (situasional).
1) Faktor Kepribadian
Faktor yang penting dalam kepribadian seseorang adalah nilai yang dianut.
Sistem nilai dalam hal ini yang berkaitan langsung dengan disiplin. Nilai-nilai
yang menjunjung disiplin yang diajarkan atau ditanamkan orang tua, guru, dan
masyarakat akan digunakan sebagai acuan bagi penerapan disiplin di tempat
kerja. Sistem nilai akan terlihat dari sikap seseorang. Sikap diharapkan akan
tercemin dalam perilaku.
2) Faktor Lingkungan
Disiplin kerja yang tinggi tidak muncul begitu saja tetapi merupakan suatu
proses belajar yang terus-menerus. Proses pembelajaran agar dapat efektif maka
pemimpin yang merupakan panutan perlu memperhatikan prinsip-prinsip
konsistensi, adil, bersikap positif dan terbuka. Selain factor kepimpinan,
gaji, kesejahteran, dan sistem penghargaan bagi karyawan merupakan factor yang
tidak boleh dilupakan.
4. Ciri-Ciri
Disiplin Kerja
Disiplin merupakan sikap mental yang tercermin dalam perbuatan atau tingkah
laku perorangan, kelompok atau masyarakat berupa ketaatan terhadap
peraturan-peraturan atau ketentuan yang ditetapkan pemerintah atau etik, norma
dan kaidah yang berlaku dalam masyarakat untuk tujuan tertentu dan kemudian
menurut Sinungan disiplin tersebut tercermin dalam pola tingkah laku dengan
ciri-ciri sebagai berikut: (a) adanya hasrat yang kuat untuk melaksanakan
sepenuhnya apa yang sudah menjadi norma, etik dan kaidah yang berlaku dalam
masyarakat; (b) adanya perilaku yang dikendalikan; (c) adanya ketaatan
(Sinungan, 1997: 145-146). Dari ciri-ciri pola tingkah laku pribadi disiplin
tersebut, jelaslah bahwa disiplin membutuhkan pengorbanan baik itu perasaan,
waktu, kenikmatan dan lain-lain.
Sedangkan menurut Helmi (1996: 34) terdapat beberapa indikator dari
disiplin kerja yang meliputi: (a) disiplin kerja tidak sematamata patuh dan
taat terhadap penggunaan jam kerja saja, misalnya datang dan pulang sesuai
dengan jadwal, tidak mangkir jika bekerja, dan tidak mencuri-curi waktu; (b)
upaya dalam mentaati peraturan tidak didasarkan adanya perasaan takut, atau
terpaksa; (c) komitmen dan loyal pada organisasi yaitu tercermin dari bagaimana
sikap dalam bekerja. Sebaliknya, perilaku yang sering menunjukkan
ketidakdisiplinan atau melanggar peraturan terlihat dari tingkat absensi yang
tinggi, penyalahgunaan waktu istirahat dan makan siang, meninggalkan pekerjaan
tanpa ijin, membangkang, tidak jujur, berjudi, berkelahi, berpura-pura sakit,
sikap manja yang berlebihan, merokok pada waktu terlarang dan perilaku yang
menunjukkan semangat kerja rendah.
Dari uraian-uraian di atas disimpulkan bahwa karyawan atau
pegawai yang memiliki
disiplin kerja terlihat dari adanya rasa kepedulian terhadap pencapaian tujuan
perusahaan dengan b erusaha mengikuti peraturan dan bekerja sebaik-baiknya
untuk kepentingan perusahaan, adanya semangat, gairah kerja, dan inisiatif
dengan mencari ide atau cara untuk menyelesaikan pekerjaan, adanya rasa tanggung
jawab dengan berusaha untuk selalu menjaga peralatan kantor dan intropeksi diri
bila mengalami kegagalan, adanya rasa memiliki dan rasa solidaritas dengan
bekerja sama dan saling memiliki antar rekan kerja, adanya efisiensi dengan
menggunakan fasilitas sesuai kebutuhan dan menggunakan waktu secara maksimal.
5. Macam-Macam
Disiplin Kerja
Ada dua macam disiplin kerja yaiu disiplin diri dan disiplin kelompok.
1) Disiplin Diri
Disiplin diri menurut Jasin (1996:35) merupakan disiplin yang dikembangkan
atau dikontrol oleh diri sendiri. Hal ini merupakan manifestasi atau
aktualisasi dari tanggung jawab pribadi, yang berarti mengakui dan menerima
nilai-nilai yang ada di luar dirinya. Disiplin diri merupakan proses belajar
(sosialisasi) yang berasal dari keluarga dan lingkungan masyarakat. Penanaman
nilai-nilai disiplin diri mulai ditanamakan oleh orang tua, guru atau masyarat.
Pimpinan juga dapat menjadi model peran yang sangat efektif bagi berkembangnya
disiplin diri. Disiplin diri sangat besar perannya dalam mencapai tujuan
organisasi. Jika harapan organisasi terpenuhi maka karyawan akan mendapat
reward (penghargaan) daro organisasi. Dengan disiplin diri seorang karyawan
dapat menghargain diri sendiri dan juga menghargain orang lain.
2) Disiplin Kelompok
Kegiatan organisasi bukanlah kegiatan yang bersifat individual semata.
Selain disiplin diri masih diperlukan disiplin kelompok. Hal ini didasarkan
atas pandangan bahwa di dalam kelompok kerja terdapat standar ukuran prestasi
yang telah ditentukan oleh perusahaan. Berarti setiap karyawan akan berusaha
semaksimal mungkin memenuhi standar prestasi tersebut. Dapat dikatakan bahwa
standar ukuran prestasi, salah satunya dengan melalui disiplin yang diterapkan
oleh pihak organisasi.
Disiplin kelompok akan tercipta jika disiplin diri telah tumbuh dari dalam
diri karyawan. Artinya suatu kelompok akan menghasilkan pekerjaan yang optimal
jika masing-masing anggota kelompok dapat memberikan peran yang sesuai dengan
hak dan tanggung jawabnya.
Sementara itu Handoko (1989:208) merumuskan disiplin secara lengkap dalam
tiga kategori, yaitu:
1) Disiplin Preventif
Tindakan yang dilakukan untuk mendorong karyawan agar mentaati ketentuan
atau standar dan peraturan sehingga pegawai memiliki disiplin diri sendiri.
Jenis disiplin ini menekankan penegakkan disiplin oleh masing-masing karyawan,
sementara pimpinan berupaya agar karyawan mengetahui dan memahami standar serta
peraturan kerja dengan harapan perilaku dan akan cenderung terarah pada
pekerjaan dengan batas wewenang, tugas, dan tanggung jawab serta target kerja
tetentu.
2) Disiplin Korektif
Tindakkan yang dilakukan setelah terjadi satu pelanggaran tertentu,
sehingga bisa mencegah pelanggaran lebih lanjut dan perilaku karyawan akan
kembali kepada ketentuan standar dan peraturan yang ada. Disiplin korektif ini
biasanya berbentuk jenis hukuman tertentu yang disebut dengan tindakkan
indisipliner dengan tujuan :
a) Memperbaiki perilaku
karyawan terhadap pelanggaran ketentuan
b) Mencegah karyawan atau
orang lain melakukan pelanggaran yang sama
c) Mempertahankan kinerja
kelompok yang konsisten dan efektif
3) Disiplin Progresif
Tindakkan pendisiplinan terhadap setiap pengulangan pelanggaran dengan
sanksi atau hukuman yang lebih tinggi. Tujuan dari pendisiplinan progresif adalah
untuk memberikan kesempatan kepada karyawan yang bersangkutan agar memperbaiki
diri sebelum dikenakan hukuman yang lebih serius. Penegakkan disiplin dengan
cara ini masih member waktu bagi pimpinan untuk bekerja sama dengan karyawan
yang bersangkutan agar memperbaiki kesalahan yang dilakukannya.
Jadi disiplin preventif dilakukan untuk mendorong karyawan
agar mentati peraturan,korektif adalah tindakkan yang dilakukan
setelah terjadi satu pelanggaran sehingga bisa mencegah pelanggaran lebih
lanjut, sedangkan progresif adalah bentuk pendisiplinan dimana
karyawan melakukan pengulangan pelanggaran dijatuhkan hukuman yang lebih berat.
Tujuannya adalah memberikan kesempatan bagi karyawan untuk memperbaiki diri
sebelum terkena hukuman yang lebih serius.
Berdasarkan pembentukannya maka disiplin kerja dapat dibagi menjadi
disiplin intrinsik dan disiplin ekstrinsik. Disiplin intrinsik merupakan
disiplin kerja yang muncul dari diri seseorang yang dengan kesadaran dan
kesukarelannya, taat serta patuh terhadap nilai-nilai, norma dan peraturan,
khususnya yang ditetapkan suatu organisasi atau lingkungan dimana karyawan
berada. Sedangkan disiplin ekstrinsik adalah disiplin yang muncul karena
dipaksa oleh orang lain atau pihak lain di luar dirinya untuk mentaati nilai,
norma dan aturan. Biasanya disiplin ini terjadi karena adanya ancaman sanksi
dan hukuman.
6. Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Disiplin Kerja
Faktor-faktor yang dimaksud menurut Arisandy (2004: 28) dan Muhaimin (2004:
6) menyatakan bahwa terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi disiplin kerja
karyawan yang mencakup: (a) tujuan dan kemampuan yakni pekerjaan yang
dibebankan pada seorang karyawan harus sesuai dengan kemampuannya supaya
karyawan dapat bekerja dengan sungguh dan disiplin dalam mengerjakan tugasnya;
(b) teladan pimpinan yakni teladan pimpinan sangat berperan dalam menentukan
kedisiplinan karyawan karena pimpinan dijadikan teladan dan panutan oleh para
bawahannya; (c) balas jasa yakni untuk mewujudkan kedisiplinan karyawan yang
baik maka perusahaan harus memberikan balas jasa yang memang sesuai dengan
haknya; (d) keadilan yakni penyamarataan perlakuan terhadap bawahan karena pada
dasarnya setiap manusia menganggap dirinya penting dan ingin diperlakukan sama
dengan orang lain; (e) pengawasan melekat yakni memberikan pengawasan langsung
kepada para bawahan sehingga dengan demikiann para karyawan akan merasa
mendapat perhatian, pengarahan dan pengawasan dari atasannya; (f) sanksi
hukuman yaitu pemberian sanksi terhadap para karyawan yang terbukti telah
melanggar peraturan yang berlaku; (g) ketegasan yaitu ketegasan sikap yang
dimiliki oleh atasan untuk menghukum para karyawan yang melakukan kesalahan;
(h) hubungan kemanusiaan yaitu hubungan baik yang bersifat vertikal maupun
horizontal yakni hubungan antara atasan dengan bawahan maupun hubungan sesama
rekan kerja.
Menurut Hasibuan (2006:214) faktor yang mempengaruhi disiplin kerja
diantaranya adalah motivasi kerja, teladan pimpinan, balas jasa, keadilan,
waskat, sanksi hukuman, ketegasan, dan hubungan kemanusian.
1) Motivasi Kerja
Motivasi Kerja ikut mempengaruhi tingkat kedisiplinan karyawan. Tujuan yang
akan dicapai harus jelas dan ditetapkan secara ideal serta cukup menantang bagi
kemampuan karyawan. Hal ini berarti bahwa tujuan (pekerjaan) yang dibebankan
kepada karyawan harus sesuai dengan kemampuan karyawan bersangkutan, agar dia
bekerja sungguh-sungguh dan disiplin dalam mengerjakannya.
2) Teladan Pimpinan
Teladan pimpinan sangat berperan dalam menentukan kedisiplinan karyawan
karena pimpinan dijadikan teladan dan panutan oleh para bawahannya. Pimpinan
harus memberi contoh yang baik, berdisiplin baik, adil, serta sesuai kata
dengan perbuatan. Dengan teladan yang baik, kedisiplinan bawahan pun ikut baik.
Jika teladan pimpinan kurang baik (kurang berdisiplin), para bawahan pun akan
kurang disiplin.
3) Balas Jasa
Balasan jasa (gaji dan kesejahteran) ikut mempengaruhi kedisiplinan
karyawan karena balas jasa akan memberikan kepuasan dan kecintaan karyawan
terhadap perusahaan atau pekerjannya. Jika kecintaan karyawan semakin baik
terhadap pekerjaan, kedisiplinan mereka akan semakin baik pula.
4) Keadilan
Keadilan ikut mendorong terwujudnya disiplin kerja karyawan, karena ego dan
sifat manusia yang selalu merasa dirinya penting dan meminta diperlukukan sama
dengan manusia lainnya.
5) Waskat
Waskat (pengawasan melekat) adalah tindakkan nyata dan paling efektif dalam
mewujudkan disiplin karyawan perusahaan. Dengan waskat berarti atasan harus
aktif dan langsung mengawasi perilaku, moral, sikap, gairah kerja, dan prestasi
kerja bawahannya. Hal ini berarti atasan harus selalu ada atau hadir di tempat
kerja agar dapat mengawasi dan memberikan petujuk, jika ada bawahannya yang
mengalami kesulitan dalam menyelesaikan pekerjaannya.
6) Sanksi Hukuman
Sanksi hukuman sangat berperan penting dalam memelihara disiplin karyawan.
Dengan sanksi hukuman yang semakin berat, karyawan akan semakin takut melanggar
peraturan-peraturan perusahaan, sikap dan perilaku indisipliner karyawan akan
berkurang.
7) Ketegasan
Ketegasan pimpinan dalam melakukan tindakan akan mempengaruhi disiplinan
karyawan perusahaan. Pimipinan harus berani dan tegas, bertindak untuk
menghukum setiap karyawaan yang indisipliner sesuai dengan sanksi hukuman yang
telaah ditetapkan.
8) Hubungan Kemanusian
Hubungan kemanusian yang harmonis diantara sesama karyawan ikut menciptakan
kedisiplinan yang baik pada suatu perusahaan. Hubungan-hubungan baik bersifat
vertical maupun horizontal yang terdiri dari direct single relationship, direct
group relationship hendaknya harmoni
Hasil
Penelitian Yang Relevan
Pada bagian ini peneliti
menyajikan beberapa hasil penelitian sebelumnya yang relavan dengan masalah
yang diteliti :
Irawati,(2009:90)
dalam penelitiannnya Faktor-faktor
yang mempengaruhi pelaksanaan disiplin kerja Pegawai Negeri Sipil (PNS) di
lingkup Kantor Lurah Tobuuha mengemukakan bahwa masihrendahnya motivasi individu dalam bekerja dan kurangnya
proses pengawasan dan pemberian contoh perilaku disiplin atasan mereka yang
masih rendah. Adanya kelemahan penegakkan disiplin kerja Pegawai Negeri
Sipil (PNS) di lingkup Kantor Lurah Tobuuha, hal ini terlihat pada minimnya motivasi yang diberikan
kepada pegawai perpustakaan terhadap kebiasaan penegakkan disiplin waktu datang dan pulang kantor sesuai dengan waktu yang telah
ditetapkan.
Kerangka Pemikiran
Disiplin kerja merupakan tindakan atau perilaku seseorang terhadap tanggung
jawab kegiatan kerjanya. Dimana disiplin kerja adalah suatu upaya menggerakkan
karyawan dalam menyatukan suatu peraturan dan mengarahkan untuk tetap memenuhi
peraturan sesuai dengan pedoman yang berlaku pada organisasi.
Pembahasan disiplin pegawai berangkat dari pandangan bahwa tidak ada
manusia yang sempurna, luput dari kekhilafan dan kesalahan. Oleh karena itu
setiap organisasi perlu memiliki berbagai ketentuan yang harus ditaati oleh para
anggotanya, standar yang harus dipenuhi. Disiplin merupakan tindakan manajemen
untuk mendorong para anggota organisasi memenuhi tuntutan berbagai ketentuan
tersebut. Dengan perkataan lain, tujuan dari disiplin pegawai adalah untuk
memberikan pelatihan yang berusaha memperbaiki dan membentuk pengetahuan, sikap
dan perilaku pegawai sehingga para pegawai tersebut secara sukarela berusaha
bekerja secara kooperatif dengan para pegawai lain serta meningkatkan prestasi
kerjanya.
Dalam pelaksanaannya, memotivasi pegawai dapat dilakukan dengan menggunakan dua metode
motivasi, yaitu motivasi langsung dan motivasi tak langsung. Motivasi langsung
adalah motivasi yang diberikan secara langsung kepada setiap individu karyawan
untuk memenuhi kebutuhan serta kepuasannya. Jadi sifatnya khusus, seperti
pujian, penghargaan, tunjangan hari raya, bonus, dan bintang jasa. Sedangkan
motivasi tak langsung adalah motivasi yang diberikan hanya
merupakan fasilitas-fasilitas yang mendukung serta
menunjang gairah kerja atau
kelancaran tugas sehingga para karyawan betah dan bersemangat melakukan
pekerjaannya. Misalnya, kursi yang empuk, mesin-mesin yang baik, ruangan kerja
yang terang dan nyaman, suasana pekerjaan yang serasi, serta penempatan yang
tepat. Motivasi tidak langsung besar pengaruhnya untuk merangsang semangat
bekerja karyawan sehingga prestasi kerjanya baik.
Motivasi itu sendiri terdiri dari dua jenis motivasi, yaitu motivasi
positif dan motivasi negatif. Motivasi positif maksudnya memotivasi karyawan
dengan memberikan hadiah kepada mereka yang berprestasi di atas standar. Dengan
motivasi positif, semangat kerja karyawan akan meningkat karena umumnya manusia
senang menerima yang baik-baik saja. Dan motivasi negatif maksudnya memotivasi
karyawan dengan standar mereka akan menerima hukuman. Dengan motivasi negatif
ini semangat bekerja bawahan dalam jangka waktu pendek akan meningkat karena
mereka takut dihukum, tetapi untuk jangka waktu panjang dapat berakibat kurang
baik. Namun, penggunaan kedua jenis motivasi ini harus tepat dan seimbang
supaya dapat meningkatkan prestasi kerja karyawan. Dan manajer harus konsisten
dan adil dalam menerapkannya.
Sejalan dengan tujuan dari penelitian tentang disiplin kerja dan motivasi
pegawai yang dilakukan ini, maka dapat dikatakan bahwa salah satu upaya untuk
dapat meningkatkan motivasi pegawai adalah dengan diterapkannya disiplin kerja
melalui berbagai peraturan dan ketentuan dalam organisasi. Adapun cara yang
dapat dilakukan adalah dengan disiplin preventif dan disiplin korektif.
Pendisiplinan yang bersifat preventif adalah tindakan yang mendorong para
karyawan untuk taat kepada berbagai ketentuan yang berlaku dan memenuhi standar
yang telah ditetakan. Artinya melalui kejelasan dan penjelasan tentang pola
sikap, tindakan dan perilaku yang diinginkan dari setiap anggota organisasi
diusahakan pencegahan jangan sampai para karyawan berperilaku negatif.
Sedangkan disiplin korektif dilakukan jika ada pegawai yang nyata-nyata telah
melakukan pelanggaran atas ketentuan-ketentuan yang berlaku atau gagal memenuhi
standar yang telah ditetapkan, kepadanya dikenakan sanksi disipliner. Berat
atau ringannya suatu sanksi tentunya tergantung pada bobot pelanggaran yang
telah terjadi. Pengenaan sanksi dapat mengikuti prosedur yang sifatnya
hierarki. Artinya pengenaan sanksi diprakarsai oleh atasan langsung karyawan
yang bersangkutan, diteruskan kepada pimpinan yang lebih tinggi dan keputusan
akhir pengenaan sanksi tersebut diambil oleh pejabat pimpinan yang memang
berwenang untuk itu. Prosedur tersebut ditempuh dengan dua maksud, yaitu bahwa
pengenaan sanksi dilakukan secara obyektif dan bahwa sifat sanksi sesuai dengan
bobot pelanggaran yang telah dilakukan.
Di samping factor obyektivitas dan kesesuaian bobot hukuman dengan
pelanggaran, pengenaan sanksi harus pula bersifat mendidik dalam arti agar
terjadi perubahan sikap dan perilaku di masa depan dan bukan terutama menghukum
seseorang karena tindakannya di masa lalu. Pengenaan sanksi pun harus mempunyai
nilai pelajaran dalam arti mencegah orang lain melakukan pelanggaran serupa.
Tidak kurang pentingnya untuk memperhatikan bahwa manajemen harus mampu
menerapkan berbagai ketentuan yang berlaku secara efektif dan tidak hanya sekedar
merupakan pernyataan di atas kertas.
Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa pentingnya disiplin kerja
untuk menyalurkan, mengarahkan atau mendorong seseorang untuk bekerja giat
mencapai hasil yang optimal sesuai dengan apa yang diharapkan, kemudian pada
akhirnya motivasi pegawai suatu organisasi tercapai.
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan pada kerangka pemikiran diatas maka dapat ditarik hipotesis
yang merupakan suatu jawaban sementara atas penelitian yang dilakukan, yaitu:
1. Teladan pimpinan dalam disiplin kerja berpengaruh
terhadap motivasi kerja pegawai.
2. Pengawasan melekat dalam disiplin kerja berpengaruh
terhadap motivasi kerja pegawai.
3. Teladan pimpinan dan pengawasan melekat dalam disiplin
kerja secara simultan berpengaruh terhadap motivasi kerja pegawai.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Lokasi
Penelitian
lokasi penelitian adalah Badan Perpustakan dan Arsip Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara. Alasan peneliti pemilihan lokasi ini karena
pada Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah ProvinsiSulawesi Tenggara memiliki jumlah pegawai yang cukup
banyak, sehingga di butuhkan disiplin kerja yang tinggi dari seluruh personil
pegawai Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara dalam melaksanakan tugas-tugas pelayanan terhadap masyarakat sebagai
pengunjung perpustakaan.
B. Pendekatan
Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan deskriptif kualitatif.
C. Tempat
dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan pada Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah ProvinsiSulawesi Tenggara.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan mulai tanggal 15 Maret 2013 - selesai
D. Jenis Data
Penelitian
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif.
Sedangkan untuk sumber data yang dikumpulkan dan digunakan dalam penelitian ini
adalah data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang didapat
secara langsung dari sumber-sumber pertama baik dari individu maupun dari
kelompok. Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak
langsung atau data primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan baik
oleh pihak pengumpul data primer atau oleh pihak lain. Data sekunder dari
penelitian ini penulis dapatkan dari data Perpustakan dan Arsip Daerah,
mempelajari buku-buku yang berhubungan dan laporan-laporan ilmiah
terdahulu.
Jenis data dalam penelitian ini terdiri atas :
1. Rekaman Audio dan Video
Rekaman audio dan video digunakan dalam penelitian ini untuk memperoleh
data peneliti melakukan wawancara dengan para informan atau sumber data. Selain
itu, dengan pertimbangan agar data yang diperoleh tidak hilang, rusak, dan
hasil wawancara dengan sumber data tidak dapat ditulis dengan sempurna bila
peneliti harus menulis dengan buku catatan.
2. Catatan Lapangan
Dalam penelitian ini catatan lapangan digunakan untuk
mendokumentasikan semua gejala-gejala atau fenomena situasi social yang tampak
selam peneliti berada dilokasi penelitian.Catatan terdiri atas dua bagian, yakni (1) deskripsi yaitu
tentang apa yang sesungguhnya kita amati, yang benar-benar terjadi menurut apa
yang kita lihat, dengar dan amati dengan alat indra , dan (2) komentar,
tafsiran, refleksi, pemikiran atau pandangan sesuatu yang kita amati. Deskripsi
ialah uraian obyektif tentang apa yang sebenarnya terjadi menurut apa yang kita
lihat dan dengar, tanpa diwarnai oleh pandangan atau tafsiran kita. Komentar
adalah pandangan, penilaian, penafsiran terhadap sesuatu. Misal dalam suatu
kelas, ada seoarang siswa yang mengantuk dan berusaha untuk menahan rasa kantuk
tersebut untuk memperhatikan pelajaran yang disampaikan guru. Fenomena tersebut
adalah sebuah deskripsi (kenyataan) tentang proses belajar dikelas, tetapi bila
kita mengatakan malas, maka hal tersebut sudah termasuk penafsiran.
3. Dokumentasi
Data dokumentasi digunakan peneliti untuk memperkuat hasil temuannya atau
wawancara, dokumen-dokumen, dan arsip-arsip yang berguna dalam penlitian
ini. Selain melalui wawancara dan observasi, informasi juga bisa diperoleh
lewat fakta yang tersimpan dalam bentuk surat, catatan harian, arsip foto,
hasil rapat, cenderamata, jurnal kegiatan dan sebagainya. Data berupa dokumen
seperti ini bisa dipakai untuk menggali informasi yang terjadi di masa silam. Peneliti perlu memiliki
kepekaan teoritik
untuk memaknai semua dokumen tersebut sehingga tidak sekadar barang yang tidak
bermakna. Artinya bahwa Pengumpulan data melalui teknik ini dimaksudkan untuk
melengkapi hasil data yang diperoleh melalui wawancara dan observasi. Dengan
analisis dokumen ini diharapkan data yang diperlukan menjadi benar-benar valid.
Dokumen yang dapat dijadikan sumber antara lain foto, laporan penelitian,
buku-buku yang sesuai dengan penelitian, dan data tertulis lainnya.
E. Sumber
Data Penelitian
Dalam penelitian kualitatif yang menjadi instrument utama dalam penelitian
adalah manusia atau peneliti itu sendiri, Sumber data dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Unsur manusia sebagai instrumen kunci
2. Unsur informan yang terdiri dari :
Kepala Bagian Perpustakaan, Sekretaris, Bendahara dan seluruh personil pegawai
Perpustakaan.
3. Unsur non manusia sebagai data
pendukung penelitian
F. Teknik
Penentuan Informan
Dalam penelitian ini, peran informan sangat penting dan perlu. Untuk
menentukan informan dalam konteks objek penelitian diklasifikasikan berdasarkan
kompetensi tiap-tiap informan. Teknik penentuan informan dilakukan secara
purposif. Usia dan peran informan menjadi salah satu kunci untuk memperoleh
informasi yang memadai. Jumlah informan menjadi pengecualian ketika informasi
yang diperoleh sudah dipandang memadai sehingga pencaharian informasi
“data” dapat dihentikan.
G. Teknik
Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini ada beberapa jenis pengumpulan yang digunakan penulis
yaitu:
1. Observasi /Pengamatan
yaitu dengan melakukan pengamatan dilokasi penelitian. Teknik ini
dipergunakan untuk memperoleh data tentang proses penerapan disiplin kerja yang
diterapkan dilingkungan Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Sulawesi Tenggara
dan aplikasinya yang saat ini dijalankan oleh seluruh pegawai Badan
Perpustakaan.
2. Wawancara, yang merupakan metode
pengumpulan data dengan cara bertanya langsung kepada responden, dalam hal ini
kepada pegawai Observasi, yang merupakan metode pengumpulan data dengan cara pengamatan
dan pencatatan terhadap data yang ditemukan di lapangan.
H. Teknik
Analisis Data
Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode
deskriptif Kualitatif, menurut Miles dan Huberman (1992) bahwa
analisis deskriptif melalui tiga alur, yaitu :
1. Data reduction
2. Data display
3. Conclusion drawing/verification
Sesuai data yang diperoleh di Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Sulawesi
Tenggara. Maka peneliti ini menggunakan teknik analisis data kualitatif
diskriptif yang berpedoman pada berfikir induksi dan deduksi. Menurut sanapiah
penelitian kualitatif dapat melakukan analisis data sejak pengumpulan data
sampai data terkumpul seluruhnya. Sebelum data dianalisis oleh peneliti
terlebih dahulu diolah ( data proccesing ) kemudian dilakukan proses editing
yaitu data diperiksa terlebih dahulu oleh penelliti secara seksama kemudian
dilanjutkan denbgan pemberian kode agar mempermudah dalam analisis data. Dalam
menganalisis data, penelitian menggunakan model analisis interaktif (interactive
model) yang mengandung empat komponen yang saling berkaitan yaitu (
pengumpulan data, penyederhanaan data, pemaparan data dan penarikan dan
pengajuan simpulan ).
Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan mulai sejak awal sampai
sepanjang proses penelitian berlangsung, dalam penelitian ini di gunakan
analisis data dengan menggunakan model interaktif melalui tiga prosedur yaitu :
1. Reduksi data sebagai
proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan
transformasi data “kasar” yang muncul dari catatan-catatan tertulis dilapangan,
data dihimpun dari berbagai sumber dilapangan, disederhanakan dan disimpulkan.
2. Penyajian data
dimaksudkan sebagai sekumpulan informasi tersusun yang memberikan kemungkinan
adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Dengan melihat
penyajian-penyajian kita dapat memahami apa yang sedang terjadi dan apa yang
harus dilakukan. Hal ini dilakukan untuk memudahkan bagi peneliti
melihat gambaran secara keseluruhan atau bagian-bagian tertentu dari data
penelitian, sehingga dari data tersebut dapat ditarik kesimpulan.
3. Menarik
kesimpulan/verivikasi, merupakan satu kegiatan dari konfigurasi yang utuh
selama penelitian berlangsung, sedangkan verivikasi meerupakan kegiatan
pemikiran kembali yang melintas di pemikiran penganalisis selama peneliti
mencatat, atau suatu tinjauan ulang pada catatan-catatan lapangan atau
peninjauan kembali serta tukar pikiran diantara teman
Lampiran
04
Pelaksanaan Sistem Pengelolaan Data dan
Pelaporan Administrasi Sekolah
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah
Eksistensi di lapangan
membuktikan semakin besarnya harapan yang digantungkan warga masyarakat
terhadap dunia Pendidikan untuk membentuk sumber daya manusia yang memiliki
kecerdasan dan moralitas yang optimal, karena masyarakat menyadari bahwa hanya
dengan sumber daya manusia yang handal memungkinkan Bangsa dan Negara
menunjukkan jati diri, kemampuan, harkat, dan martabat ditengah gejolak dan
pengaruh globalisasi yang semakin hari semakin kompleks dan semakin ketat.
Berbagai usaha yang
telah, sedang, dan akan dilaksanakan demi meningkatkan kualitas dan kuantitas
pendidikan, sebagaimana yang diamanatkan Undang-undang Sistem Pendidikan
Nasional Nomor 20 Tahun 2003 ini terbukti dari penyediaan fasilitas, sarana,
dan prasarana yang dibutuhkan oleh lembaga-lembaga pendidikan termasuk
penyediaan dan peningkatan kualitas tenaga pendidik, pengelolaan sistem
administrasi sekolah atau jenjang pendidikan. Lembaga penanganan suatu jenjang
pendidikan seperti TK dan SD adalah lembaga Unit Pelaksanan Teknis Dinas yang
berada di Kecamatan bertugas mengakomudir secara administrasi sistem pelaporan
dan pertanggungjawaban proses pembelajaran diwilayah Kecamatan untuk
diteruskan kepada Dinas Pendidikan Kabupaten.
Secara logika sederhana,
aktivitas pegawai UPTD Pendidikan adalah memberikan pelayanan kepada tenaga
guru dan sekolah terkait dengan pembinaan, pengarahan, dan pengembangan
profesinya dan ditambah lagi dengan aktifitas yang berkaitan dengan pengurusan
kenaikan pangkat / berkala masing-masing tenaga edukatif. Hal ditemukan tidak
tertata dan dikelola dengan baik sehingga data dan pelaporan mengalami
kebuntuan dan sering terlambat, dapat mengakibatkan munculnya gangguan pada
diri masing-masing pegawai manakala sistem administrasian pengelolaan data dan
laporan dibutuhkan penanganan yang lebih baik.
Atas dasar itulah sehingga
Penulis melalui kesempatan ini, mencoba menelusuri pelaksanaan sistem
administrasi sekolah dari sisi pelayanan pegawai mengatur dan menata serta yang
berkewenangan khususnya lingkup UPTD Pendidikan Kecamatan Tempe , sehingga
diangkat suatu penelitian sederhana dengan judul “ Pelaksanaan
Sistem Pengelolaan Data dan Pelaporan Administrasi Sekolah pada
Kantor Unit Pelaksana Teknis (UPT) Dinas Pendidikan
Kecamatan Tempe Kabupaten Wajo”
B. Rumusan Masalah
Mencermati sifat dan luas
cakupan masalah yang dikemukakan pada bagian latar belakang, dipandang perlu
untuk dibatasi dan lebih dikonkritkan, sehingga dirumuskan masalah penelitian
ini sebagai berikut:
1. Bagaimana pelaksanaan sistem pengelolaan data
dan laporan administrasi
sekolah pada Kantor
Unit Pelaksnana Teknis Dinas Pendidikan Kecamatan Tempe Kabupaten Wajo ?
2. Hambatan
apa yang dihadapi dan upaya pemecahannya dalam pelaksanaan sistem pengelolaan data
dan laporan administrasi sekolah pada Unit Pelaksana
Teknis Dinas Pendidikan Kecamatan Tempe Kabupaten Wajo ?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang diharapkan
tercapai dari penelitian ini, antara lain:
1. Untuk
mengetahui dan
menganalisis pelaksanaan sistem pengelolaan data dan
laporan administrasi
sekolah UPTD
Pendidikan Kecamatan Tempe terhadap penyelesaian administrasi sekolah yang ada
pada Taman Kanak-kanak dan Sekolah Dasar.
2. Untuk
mengetahui dan menganalisis hambatan dan upaya pemecahannya yang dihadapi dalam
Pelaksanaan sistem pengelolaan data dan laporan administrasi sekolah pada UPTD Pendidikan
Kecamatan Tempe.
D. Manfaat Hasil
Penelitian
Terselenggaranya
penelitian tentang pelaksanaan sistem administrasi sekolah ini, sesungguhnya
dapat memberikan berbagai manfaat antara lain :
1. Menjadi
informasi kepada aparat yang bertugas dan kewenangan dalam pemberian pelayanan
penyelesaian data dan laporan lingkup UPTD Pendidikan
Kecamatan Tempe Kabupaten Wajo, untuk dijadikan bahan evaluasi atas apa yang
telah dilakukan.
2. Menjadi
bahan masukan atau informasi kepada pihak yang berkewenangan menentukan
kebijakan, terkait pelayanan penyelesaian sistem pengelolaan data dan laporan
administrasi sekolah lingkup UPTD Pendidikan Kecamatan Tempe Kabupaten Wajo,
agar dijadikan bahan perbandingan atau kajian dalam menentukan arah kebijakan
selanjutnya agar pelayanan institusi dapat lebih disempurnakan pada masa
datang, khususnya terhadap hal-hal yang dipandang masih kurang atau lemah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Pengertian
Sistem
Istilah sistem berasal
dari bahasa yunani sistema dengan pengertian sebagai berilut :
a. Suatu keseluruhan
yang tersusun dari sekian banyak bagian (whole compounded of several
parts...shrode dan voich,1974:115 dalam Amirin:1989:1)
b. Hubungan yang
berlangsung dalam satuan-satuan atau komponen secara teratur (an
organized,functionship among units or components. Award.1974:4 dalam Amirin
:1989:1)
Dari pengertian di atas
dapat disimpulkan bahwa ”sistem” mengandung arti himpunan dari bagian-bagian atau komponen yang
saling berinteraksi secara teratur dan bersifat keseluruhan.
Istilah sistem selain
mempunyai defenisi atau rumusan tertentu, juga mempunyai dua konotasi yaitu;
1. Sebagai metoda, model
prosedur untuk mencapai satu tujuan.
2. Sebagai suatu
ketentuan / keutuhan (antity)...Sedarmayanti : 2009
Berikut ini dikemukakan
penjelasan kedua konotasi tersebut diatas :
a. Sistem sebagai suatu
metoda.
Berbagai pemakaian
istilah sistem yang mengilustrasikan konotasi metodologinya seperti
ungkapan-ungkapan berikut :
1). Kita membutuhkan
suatu sistem pengawasan yang efektif.
2). Saya mempunyai suatu
sistem untuk menciptakan situasi belajar mengajar yang efektif.
Tiap penggunaan istilah
sistem yang berbeda itu mengandung konotasi yang berbeda pulasehingga, nampak
sesuatu dengan jelas bahwa ungkapan-ungkapan itu lebih prosedur orientid atau
lebih perspektif dari deskriptif.
Sistem sebagai suatu
metode yang mempunyai makna metodologis yang seringkali dijumpai. Misalnya yang
kita butuhkan dalam memperbaiki kondisi ekonomi nasional adalah sistem
pemerintahan yang hingga saat ini masih dinyatakan menyimpan misteri.
b. Sistem sebagai suatu
kesatuan (antity)
Sistem biasanya diartikan
sebagai suatu himpunan dari pada bagian-bagian yang berinteraksi membentuk
suatu keseluruhan yang kompleks namun merupakan suatu kesatuan.
Berbicara tentang
sistematisasi sistem atau sistem pada dasarnya membicarakan pendekatan sistem
atau sistem aproach maksud penerapan teori umum sistem pendekatan sistem
membantu kita mencapai suatu efek sigernitis, dimana tindakan berbagai bagian
yang berbeda dari pada sistem itu yang dipersatukan untuk menghasilkan efek
yang lebih besar dibanding dengan jumlah dari bagian yang beraneka ragam itu.
(Winardi 1981 & 1980). Pendekatan sistem perlu kita pergunakan untuk menemukan
sifat penting.
Dapat pula dipahami bahwa
sistem juga bisa disebut sebagai suatu wujud (entistas), suatu sistem
seringkali dianggap sebagai suatu himpunan bagian yang saling berhubungan
sehingga merupakan satu kesatuan. Contoh wujud adalah lembaga pemerintah yang
berkewajiban memberi pelayanan yang berkualitas (pelayanan prima) kepada
pelanggannya.
Kualitas pelayanan
aparatur pemerintah kepada masyarakat tidak mungkin terlaksana dengan baik
apabila tidak dilakukan secara bersama-sama. Artinya aparatur pemerintah secara
keseluruhan menjadikan keputusan pelanggan sampai tujuan utama. Dengan demikian
orang/lembaga yang dilayani merasa diuntungkan. Atau dengan kata lain bahwa
yang dilayani tersebut merasakan suatu nilai tambah dengan wujud pelayanan yang
diberikan.
Uraian di atas
menunjukkan bahwa sistem itu dapat dipergunakan untuk menunjuk (prosedur)
karena itu, ia bersifat preskriptif dan bukan deskriptif. Selain itu sistem
dalam arti wujud juga dapat digunakan untuk mendeskripsikan suatu kejadian. Misalnya
untuk menjelaskan berbagai peristiwa nasional.
Suatu sistem adalah suatu
kebulatan/keseluruhan yang kompleks dan terorganisir, suatu himpunan atau
perpaduan hal-hal atau bagian-bagian yang membentuk suatu kebulatan/keseluruhan
yang kompleks atau utuh ( dikemukakan Johnson, Kast, dan Rosenzweig seperti
dikutip oleh Amirin, 1989)..(Sedarmayanti 2009)
2. Pengertian Manajemen
Berbicara mengenai manajemen dapat dilihat
dari asal kata to manage yang berarti mengatur. Dalam hal mengatur timbul
masalah, problem, proses dan pertanyaan tentang apa yang diatur, siapa yang
mengatur, mengapa harus diatur dan apa tujuan pengaturan tersebut. Manajemen
juga menganalisa , menetapkan tujuan atau sasaran serta mendeterminasi
tugas-tugas dan kewajiban-kewajiban baik secara efektif dan efesien.
Kemudian oleh Sondang SP.Siagian (1983 :
97) yaitu mendefenisikan manajemen adalah kemampuan atau keterampilan untuk
memperoleh sesuatu hasil dalam rangka pencapaian tujuan melalui
kegiatan-kegiatan orang lain.
Dari tiga defenisi yang penulis kemukakan
diatas masing-masing memiliki kesamaan dan perbedaan cara pandang namun
dapatlah disimpulkan bahwa Manajemen merupakan suatu kegiatan, keahlian, seni
dan membutuhkan keahlian untuk penerapannya dan juga sebagai ilmu yang sifatnya
teoritis dan dapat dipelajari oleh setiap orang. Inilah merupakan penjelasan
singkat tentang manajemen sebagai konsep pengelolaan kearsipan dalam rangka
peningkatan produktivitas kerja pegawai / karyawan dimana didalamnya terdapat
orang-orang yang saling bekerja sama dalam rangka pencapaian tujuan organisasi.
3. Pengertian Administrasi
Pengertian Administrasi
yang berkembang di Indonesia dapat dibagi ke dalam dua pengertian yaitu :
a. Dalam arti sempit,
berasal dari terjemahan Administrasi istilah dalam bahasa Belanda yang
mempunyai arti dalam Bahasa Indonesia sebagai berikut :
“Setiap penyusunan keterangan-keterangan
secara sistematis dan pencatatannya secara tertulis dengan maksud
untuk memperoleh suatu iktisar mengenai keterangan-keterangan itu
dalam keseluruhannya dalam hubungan satu sama lain”. (bahasa, 2001:11)
Dengan batasan
administrasi dalam arti sempit meliputi kegiatan-kegiatan pencatatan,
pengiriman dan reproduksi surat-surat dokumen kantor / instansi lain disebut
pekerjaan ketatausahaan.
Administrasi berarti tata
usaha yang mencakup setiap pengaturan yang rapi dan sistematis serta penentuan
fakta-fakta secara tertulis dengan tujuan memperoleh pandangan yang menyeluruh
serta hubungan timbal balik antara satu fakta dengan fakta lainnya (Ali Mufis
yang mengutif pendapat Munawardi Reksohadiprawito,1984). (dalam buku Harbani
Pasolong : 2007)
Oleh karena kegiatan tata
usaha merupakan pengelolaan data dan informasi yang keluar dari dan masuk
keorganisasi, maka keseluruhan rangkaian kegiatan-kegiatan tersebut terdiri
atas penerimaan, pencatatan, pengklasifikasian, pengelolaan,
penyimpanan, pengetikan , penggandaan, pengiriman informasi dan data
secara tertulis yang diperlukan oleh organisasi. Adapun tempat penyelenggaraan
kegiatan-kegiatan ketatausahaan berlangsung disebut kantor, yaitu suatu unit
kerja yang terdiri atas ruangan personil, peralatan dan operasi pengolahan
informasi.
b. Dalam arti luas,
antara lain di rumuskan oleh S. P. Siagian yang mengatakan
bahwa administrasi adalah :
“Keseluruhan proses kerjasama antara dua
orang atau lebih di dasarkan atas dasar rasionalitas tertentu untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya”. (S. P. Siagian, 1982:12).
Dapat diungkapkan disini
bahwa pengertian administrasi dalam arti luas, dapat dijelaskan bahwa dengan
semakin meningkatnya kebutuhan masyarakat akan informasi atau ketergantungan
masyarakat yang mau tidak mau harus berhubungan dengan urusan-urusan kantor
dewasa ini, maka istilah administrasi sudah populer dikenal atau memasyarakat meskipun
yang dipahami atas hakikatnya terbatas dalam arti sempit yaitu tatausaha.
Hakikat dalam arti administrasi sesungguhnya seperti yang dikembangkan oleh
para pelopor teori administrasi, seperti Hanry fayol, maupun yang dikembangkan
di dunia pendidikan tinggi dewasa ini, seperti yang ditelaah dalam fakultas
ilmu administrasi.
Sesunguhnya istilah
administrasi berhubungan dengan kegiatan kerja sama yang dilakukan manusia atau
sekelompok orang sehingga tercapai tujuan yang diinginkan. Sudah menjadi kodrat
bagi kehidupan manusia untuk saling membutuhkan antara satu dengan yang lainnya
dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, baik yang bersifat materil (kebutuhan
fisiologis) maupun non materil (kebutuhan biologis dan psikologis). Akan tetapi
disamping kebutuhan-kebutuhan tersebut terbatas dan sulit diperoleh, serta tiap
individu tidak berdaya untuk memperoleh atau mewujudkannya secara
sendiri-sendiri oleh keterbatasan waktu dan kemampuan yang dimiliki, maka pada
akhirnya manusia individu melakukan kerja sama dengan individu lainnya yang
memiliki kebutuhan dan tujuan yang sama. Kerja sama adalah rangkaian kegiatan
yang dilakukan oleh sekelompok orang bersama-sama, teratur dan terarah
berdasarkan pembagian tugas sesuai dengan kesepakatan bersama. Kegiatan
kelompok orang berdasarkan kerja sama sesungguhnya merupakan gejala yang
bersifat universal yang telah berlangsung dan berkesinambungan.
Dengan demikian hampir
semua aktivitas kehidupan manusia apalagi jika aktivitas kehidupan tersebut
memerlukan bantuan orang lain, selalu dijumpai sekelompok orang-orang yang
melakukan kerja sama yang dimaksudkan untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Herbert A.Simon mengatakan, bahwa apabila dua orang yang bekerja sama untuk
menggulingkan atau memindahkan sebuah batu yang tidak dapat digulingkan hanya
oleh satu orang diantara mereka, maka dalam kegiatan tersebut
terdapat proses administrasi.
Rangkaian kegiatan yang
dilakukan oleh sekelompok orang dalam suatu kerja sama untuk mencapai tujuan
tertentu disebut administrasi (The Liang Gie,1980). Bahwa pada dasarnya
administrasi adalah aktivitas-aktivitas golongan yang bersifat kooperatif
(Dimoc & Dimoc, 1968). Adapun ilmu yang mempelajari fenomena kerja sama
yang bersifat kooperatif dan terorganisasi untuk mencapai tujuan bersifat kooperatif
terorganisasi menjadi pusat kajian dari ilmu administrasi.
Dalam menyamakan persepsi dan interpretasi
tentang apa sesungguhnya yang dimaksud “administrasi” penulis
akan mengutip beberapa pendapat pakar administrasi, sebagai berikut
:
a. Herber A.Simon (1983)
mendefenisikan “Administrasi” sebagai kegiatan-kegiatan kelompok
kerjasama untuk mencapai tujuan-tujuan bersama.
b. Leonard D. White dalam Inu
Kencana Syafiie dkk (1999) mendefenisikan “Administrasi” adalah
suatu proses yang umum ada pada usaha kelompok-kelompok, baik pemerintah maupun
swasta, baik sipil maupun militer, baik dalam ukuran besar maupun kecil.
c. Dwight Waldo (1971)
mendefenisikan “Administrasi” adalah suatu daya upaya yang kooperatif,
yang mempunyai tingkat rasionalitas yang tinggi.
d. Dimock & Dimoc (1992:20) mendefenisikan
“Administrasi” adalah suatu ilmu yang mempelajari apa yang dikehendaki rakyat
melalui pemerintah, dan cara mereka memperolehnya. Administrasi juga
mementingkan aspek-aspek konkrit dari metode-metode dan prosedur-prosedur
manajemen.
e. S.P.Siagian (2004:2), mendefenisikan
“Administrasi” adalah sebagai keseluruhan proses kerjasama antara dua
orang manusia atau lebih yang didasarkan atas rasionalitas tertentu untuk
mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.
f. The Lieang Gie (1983:9) mendefenisikan
“Administrasi” adalah rangkaian kegiatan terhadap pekerjaan yang
dilakukan oleh sekelompok orang didalam kerjasama mencapai tujuan tertentu.
Dari beberapa defenis tersebut di atas maka
penulis dapat menyimpulkan bahwa defenis administrasi adalah pekerjaan
terencana yang dilakukan oleh sekelompok orang dalam bekerjasama untuk mencapai
tujuan atas dasar efektif, efesien dan rasional. Dari defenisi tersebut dapat
dipahami bahwa administrasi mempunyai dua dimensi yakni dimensi karakteristik
dan dimensi unsure-unsur yang melekat pada administrasi.
Lebih lanjut untuk memahami defenisi
administrasi dalam arti luas, akan dikemukakan oleh beberapa ahli sebagai
berikut :
a. Administrasi adalah segenap rangkaian
kegiatan penataan terhadap pekerjaan pokok yang dilakukan oleh sekelompok orang
dalam kerja sama mencapai tujuan tertentu (The Liang Gie,1980) (dikutip
dalam buku “studi ilmu administrasi”Ulbert Silalahi :1989:9)
b. Administrasi adalah keseluruhan proses
pelaksanaan kegiatan yang dilakukan oleh dua orang atau lebih yang terlibat
dalam suatu bentuk usaha kerja sama demi tercapainya tujuan yang ditentukan
sebelumnya(Sondang P.siagian,1980) (dikutip dalam buku “studi ilmu
administrasi” Ulbert Silalahi:1989:9)
c. Administrasi (lat administrare),
meliputi segala proses pelaksanaan tindakan kerja sama sekelompok manusia untuk
mencapai suatu tujuan yang telah ditentukan (Ensiklopedi
Indonesia,1980), (dikutip dalam buku ”studi ilmu administrasi” Ulbert
Silalahi:1989:9)
d. Administrasi adalah keseluruhan proses dari
aktivitas-aktivitas pencapaian tujuan secara efesien dengan dan melalui orang
lain.
(Administration is the universal process of efficienty getting
activites completed with and through other people (Stephen P.Robbins,1983), (dikutip
dalam buku “ studi ilmu administrasi” Ulbert Silalahi,1989:9)
e. Administrasi adalah suatu daya
upaya manusia yang kooperatif, yang mempunyai tingkat rasionalitas
tinggi (Dwight Waldo,1971), (dikutip dalam buku “ studi ilmu
administrasi” Ulbert Silalahi:1989:9)
Berdasarkan
uraian-uraian defenisi yang dikemukakan di atas, dapat dikemukakan rincian
pokok sebagai administrasi adalah sebagai berikut :
1. Sekelompok orang; artinya
kegiatan administrasi hanya mungkin terjadi jika dilakukan oleh lebih dari satu
orang.
2. Kerja sama; artinya kegiatan
administrasi hanya mungkin terjadi jika dua orang atau lebih bekerja sama.
3. Pembagian tugas; artinya
kegiatan administrasi bukan sekedar kegiatan kerja sama, melainkan kerja sama
tersebut harus didasarkan pada pembagian kerja yang jelas.
4. Kegiatan yang runtut dalam suatu
proses; artinya kegiatan administrasi berlangsung dalam tahapan-tahapan
tertentu secara berkesinambungan.
5. Tujuan; artinya sesuatu
yang diinginkan untuk dicapai melalui kegiatan kerja sama.
Dengan
demikian dapat dirumuskan suatu batasan tentang administrasi yaitu kegiatan
kerja sama yang dilakukan sekelompok orang berdasarkan pembagian kerja
sebagaimana ditentukan dalam struktur dengan mendayagunakan sumberdaya-sumberdaya
untuk mencapai tujuan secara efesien dan efektif.
4. Ruang lingkup Administrasi
Sekolah
Dalam memahami ruanglingkup administrasi
sekolah yang menjadi tanggung jawab institusi suatu jenjang pendidikan
khususnya satuan pendidikan Sekolah Dasar dan Taman Kanak-kanak, adalah
suatu tugas yang diamanatkan dan untuk dipertanggungjawabkan secara
administrasi oleh lembaga pendidikan semisal UPT Dinas Pendidikan Kecamatan
sebagai atasan langsung, maka hal yang sangat penting diperhatikan adalah
penyelesaian administrasi berupa data dan laporan, baik secara teknis dan
dilaporkan secara berkala.
a. Laporan Bulanan.
Bentuk data dan laporan diberikan kepada UPTD
pendidikan Kecamatan akan diolah dan disusun untuk menjadi laporan secara umum
jenjang pendidikan Sekolah Dasar dan Taman Kanak-kanak ke pihak Dinas
Pendidikan Kabupaten secara teknis dan laporan kepegawaian kepada Badan
Kepegawaian dan Diklat Daerah Kabupaten secara berkala(Pedoman Administrasi
Umum Sekolah Dasar , Keputusan bersama Dirjen Dikdasmen dan Dirjen Pemerintahan
Umum dan Otonomi Daerah No.15a/C/Kep/TU/97 dan No. 422-208 tanggal 3 Maret
1997). Bentuk-bentuk
administrasi yang dimaksud antara lain :
1) Administrasi program pembelajaran; hal ini
dimaksud adalah adanya 17 format administrasi mulai jadwal pelajaran sampai
format daftar penyerahan Rapor siswa, diramu sedemikian rupa dan dijadikan
sebuah data kedalam satu format, sebagai laporan ke UPTD pendidikan kecamatan
secara berkala.
2) Administrasi Kesiswaan: dimaksudkan adalah
laporan keadaan siswa awal tahun pelajaran, selama tahun pelajaran dan akhir
tahun pelajaran, juga diramu kedalam satu format dan dilaorkan setiap bulan ke
pihak UPTD Pendidikan Kecamatan sebagai laporan.
3) Administrasi kepegawain: sebagai
kelengkapan tatalaksana kepegawaian disediakan format untuk menata pelaksanaan
kegiatan tertentu sesuai dengan prinsip tatalaksana kepegawaian sekolah dasar
secara menyeluruh, untuk itu telah diusahakan data dalam bentuk pelayanan
hak-hak pegawai/guru yang bertugas di sekolah tertentu, pindah tempat, sampai
yang bersangkutan berhenti menjadi pegawai/guru (pensiun).
4). Administrasi Keuangan; hal ini dimaksudkan bahwa segala bentuk
penerimaan keuangan baik langsung maupun tidak langsung dengan penggunaan dan
penerimaan diolah dan digunakan serta dipertanggungjawabkan ke pihak pemberi
dana dan dilaporkan secara berkala kepihak UPTD Pendidikan Kecamatan dan diolah
data tersebut kedalam suatu format untuk direkap menjadi laporan kepihak Dinas
Pendidikan Kabupaten.
5). Administrasi Perlengkapan/Barang; hal ini
dimaksudkan bahwa segala bentuk barang baik yang berbentuk inventaris dari
beberapa sumber yang menjadi kekayaan sekolah data dan diolah serta dilaporkan secara berkala kepihak UPTD Pendidikan
Kecamatan untuk diinventaris serta dijadikan laporan dalam rangka perbaikan dan pengadaan perlengkapan
sekolah kepihak Dinas Pendidikan Kabupaten.
b. Laporan Dana Bos dan Dana Bantuan
Lainnya
Bentuk data dan laporan diberikan kepada UPTD
Pendidikan Kecamatan akan diolah dan disusun untuk menjadi laporan secara umum
jenjang Pendidikan Sekolah Dasar ke pihak Dinas Pendidikan Kabupaten secara
teknis terkait dengan Dana Bos dan dana lainyan yang sumbernya dikelola oleh
Dinas Pendidikan Kabupaten akan di laporkan pada Tim Manajer pengelola Bos
Kabupaten dan Dana lainnya pada bagian yang menangani sesuai dengan peruntukan
bidannya secara berkala (Permen Diknas No.51 Tahun 2011 tentang
petunjuk teknis BOS). Bentuk-bentuk
administrasi yang dimaksud antara lain :
1) Profil Sekolah, Dalam profil ini yang
sering disebut dengan formulir sekolah yang dilaporakan untuk diolah
adalah; (a) Identitas sekolah, (b) Ruangan belajar,
(c) Robongan belajar, (d) Sarana dan prasarana, (e) Bantuan / blocgrand subsidi
dan beasiswa, kesemuanya ini dilaporkan
secara berkala ke UPT Dinas Pendidikan Kecamatan untuk diolah kedalam satu
format dan di verifikasi secara vaktual untuk diteruskan pelaporannya pada Tim
manajer Bos Kabupaten.
2) Profil Tenaga Pendidik, Dalam profil ini
yang sering disebut dengan formulir tenaga pendidik (F-PTK) yang dilaporakan
untuk diolah adalah; (a) Identitas sekolah, (b) identitas pendidik dan tenaga
kependidikan, (c) Mengajar disekolah ini, (d) Riwayat pendidikan formal, (e)
Riwayat pendidikan non formal, (f) Riwayat pekerjaan (non guru), (g) Keluarga,
(h) Karya tulis, (i) Pengembangan profesi, (j)
Penghargaan, (k)Kesejahteraan dan perlindungan, (l) Beasiswa, (m) Penulisan
buku, (n) Whorshop/seminar/lokakarya, (o) Studi banding, (p) Diklat, (q) Tes
bahasa/uji sertifikasi keahlian, (r) Informasi tunjangan, (s) Catatan lainnya. Kesemuanya ini dilaporkan secara berkala ke UPT
Dinas Pendidikan Kecamatan untuk diolah kedalam satu format dan di verifikasi
secara vaktual untuk diteruskan pelaporannya pada Tim manajer Bos Kabupaten.
3) Format K.1 dan K.2, merupakan suatu bentuk
administrasi yang ditetapkan oleh sekolah dengan menetapkan Rencana Anggaran
Belanja Satuan Pendidikan (RAPBS) dan Rencana Kegiatan dan AnggaranSekolah (RKAS), dibuat dan disusun berdasarkan format yang
telah disediakan, untuk dilaporkan dan diolah serta diverifikasi oleh pihat UPT
Pendidikan Kecamatan serta dilaporkan ke Tim Manajer Bos Kabupaten.
4) Format Format K.3 dan K.4, merupakan suatu
bentuk administrasi yang ditetapkan oleh sekolah dengan suatu bentuk
administrasi keuangan adalah Kas Umum dan Buku Kas Pembantu yang di dalamnya
ada uraian penerimaan dan pengeluaran dibuat dan disusun berdasarkan
format yang telah disediakan, untuk dilaporkan dan diolah serta diverifikasi
oleh pihat UPTD Pendidikan Kecamatan serta dilaporkan ke
Tim Manajer Bos Kabupaten.
5) Format Bos K.5 dan K.6, merupakan suatu
bentuk administrasi yang ditetapkan oleh sekolah dengan suatu bentuk
administrasi keuangan adalah Buku pembantu Bank dan Buku pembantu pajak yang di
dalamnya ada uraian penerimaan dan pengeluaran serta pengenaan pajak
PPh dan PPn, dibuat dan disusun berdasarkan format yang telah disediakan, untuk
dilaporkan dan diolah serta diverifikasi oleh pihat UPTD Pendidikan Kecamatan serta dilaporkan ke Tim
Manajer Bos Kabupaten.
6) Format Bos K.7, merupakan suatu
bentuk administrasi yang ditetapkan oleh sekolah dengan suatu bentuk
administrasi realisasi penggunaan keuangan dan pernyataan tanggung jawab oleh
kepala sekolah yang di dalamnya ada uraian penerimaan dan
pengeluaran/penggunaan anggaran pada satu triwulan serta pernyataan tanggung
jawab yang disertai dengan penerimaan dan pengeluaran pada triwulan I s.d IV, dibuat dan
disusun berdasarkan format yang telah disediakan, untuk dilaporkan dan diolah
serta diverifikasi oleh pihat UPT Pendidikan Kecamatan serta dilaporkan ke Tim
Manajer Bos Kabupaten secara berkala.
B. Kerangka Pikir.
Penelitian dalam kegiatan operasional
berdasarkan asumsi penelitian pada beberapa pertimbangan sebagai berikut :
1. Pegawai Unit Pelaksana Teknis Dinas
Pendidikan Kecamatan Tempe Kabupaten Wajo dalam menjalankan aktivitasnya,
mengacu pada Renstra Tahun 2009 – 2014 berdasarkan Visi dan Misi Pemerintah
Kabupaten Wajo, sebagaimana yang diamanatkan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2005.
2. Sebagaiman tugas pokok yang diemban oleh
pihak UPTD Pendidikan Kecamatan Tempe terkait dengan pengelolaan administrasi
suatu jenjang pendidikan Sekolah Dasar dan Taman Kanak-kanak, dibutuhkan
penyelesaian sesuai dengan aturan yang berlaku sebagai wujud tanggungjawab
dalam hal pengelolaan data dan pelaporan, ini dibuat sistem tata kelola yang
baik oleh petugas administrasi.
3. Penyelesaian sistem administrasi sekolah
ini dapat dikatakan efektif dan efesien manakala data dan laporan pihas sekolah
telah dilaporkan dalam bentuk; Laporan bulanan yang berisi laporan administrasi pembelajaran, kesiswaan,
kepegawaian, sarana dan prasarana sekolah petunjuk teknis administrasi sekolah 2010, serta
laporan Dana Bos yang memuat beberapa format sesuai dengan Permen Diknas N0.51
Tahun 2011.
4. Wujud kualitas pelaksanaan sistem
pengelolaan data dan pelaporan administrasi Sekolah dapat dilihat bila pegawai
yang bersangkutan telah memiliki pengetahuan tentang pekerjaan yang terkait dengan
tugas pokok dan fungsinya, kemampuan membuat perencanaan dan jadwal
pekerjaannya, pengetahuan tentang standar mutu pekerjaan yang disyaratkan,
produktivitas pegawai yang berkaitan dengan hasil pekerjaannya yang dapat
diselesaikan dan kemampuan berafiliasi dengan baik dengan sesama pegawai maupun
dengan atasan, sehingga menghasilkan mutu pekerjaan dengan baik.
Dari kerangka pikir diatas, maka dapatlah
digambarkan dalam bentuk bagan untuk memudahkan pemahaman dalam penelitian dan
pembahasan sebagai berikut :
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu
Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini berlokasi pada Unit Pelaksana
Teknis Dinas Pendidikan Kecamatan Tempe Kabupaten Wajo, dengan penelitian
lapangan yakni dengan melakukan pengumpulan data penelitian secara langsung
pada obyek dengan maksud diperoleh data lapangan yang dijamin kebenaran dan
kesahihannya.
2. Waktu Penelitian
Penggunaan waktu yang direncanakan penulis
selam 90 hari (3 Bulan) dari Bulan Januari s.d Maret 2012
B. Jenis Penelitian
Penelitian ini tergolong
penelitian Kualitatif dengan jenis penelitian Deskriptif yang akan memberikan
gambaran mengenai objek yang diamati atau fokus penelitian.
C. Fokus Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis memfokuskan
pada konteks Pelaksanaan Sistem pengelolaan data dan pelaporan Administrasi
Sekolah dengan
sub fokus :
1. Laporan Bulanan,
terdiri dari :
a. Administrasi
Program Pembelajaran
b. Administrasi
Kesiswaan
c. Administrasi
Kepegawaian
d. Administrasi
Perlengkapan / Barang
2. Laporan
Pertanggungjawaban Dana BOS, terdiri dari :
a. Penerimaan Format
K.1.2
b. Penerimaan Format
K.3.4
c. Penerimaan Format
K.5.6
d. Penerimaan Format
K.7
D. Sumber Data
Sumber data penulis adalah pegawai UPT Dinas Pendidikan Kecamatan
Tempe yang berjumlah 10 Orang yakni; 1 orang Kepala UPTD, 1 Orang Kepala Tata
Usaha, Staf 8 orang, namun hanya 3 orang
yang menjadi sumber data dalam penelitian ini, tidak banyak dan serta dapat
dijangkau, dan memungkinkan peneliti dapat menjalankan penelitiannya
dengan sangat mudah.
E. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini yang
menjadi instrumen utama adalah peneliti sendiri dan adapun instrumen pendukung
seperti skedul wawancara dan pihak-pihak yang membantu dalam proses penelitian.
F. Teknik Pengumpulan Data
Untuk pengumpulan data
dan informasi dilapangan ditempuh beberapa teknik pengumpulan data sebagai
berikut :
1. Observasi
Yaitu melakukan
pengamatan langsung di lapangan terutama berkaitan dengan data penelitian yang diperlukan.
Yang diobservasi dalam penelitian ini adalah bagaimana sistem pengelolaan data
dan pelaporan administrasi sekolah pada UPTD Pendidikan dalam pelaksanaan
sistem Administrasi sekolah dalam memberikan pelayanan administrasi sekolah
terkait data dan Laporan Pertanggungjawaban secara administratif
2. Wawancara
Kegiatan wawancara
terhadap informasi, peneliti menggunakan pedoman wawancara dan program
observasi. Pedoman wawancara menjadi pemandu dalam perolehan data. Namun
wawancara tidaklah terfokus pada pedoman tersebut, tetapi akan dikembangkan
sesuai kondisi lapangan pada saat wawancara berlangsung.
Bentuk wawancara yang
dilakukan adalah wawancara berstruktur dan wawancara tak berstruktur, wawancara
berstruktur dilakukan untuk memperoleh data pokok tentang pelaksanaan sistem
pengelolaan data dan pelaporan administrasi Sekolah dan wawancara
tak berstruktur dilakukan secara bebas untuk melengkapi data yang diperoleh
dari wawancara berstruktur.
G. Teknik Analisis Data
Data yang telah dikumpulkan, diolah dan
menggunakan penelitian kualitatif serta analisis domain untuk memperoleh
gambaran umum dan menyeluruh pada objek dengan menerangkan teknik analisis
selama dilapangan, dan dilakukan secara interaktif melalui proses data reduksi,
data display dan verification ( Miles and Huberman 1984) dikutif Sugiyono 2010
: 294)
1. Reduksi
data, Data yang didapat di lapangan langsung diketik atau ditulis dengan rapi,
terinci serta sistematis setiap selesai mengumpulkan data. Data-data yang
terkumpul semakin bertambah biasanya mencapai ratusan bahkan ribuan lembar.
Oleh sebab itu laporan itu harus dianalisis sejak dimulainya penelitian.
Laporan-laporan itu perlu direduksi, yaitu dengan memilih hal-hal pokok yang
sesuai dengan fokus penelitian kita. Kemudian dicari temanya. Data-data yang
telah direduksi memberikan gambaran yang lebih tajam tentang hasil pengamatan
dan mempermudah peneliti untuk mencarinya jika sewaktu-waktu diperlukan.
Reduksi dapat pula membantu dalam memberikan kode-kode pada aspek tertentu.
2. Display
data, data yang semakin bertumpuk-tumpuk itu kurang dapat memberikan gambaran
secara menyeluruh. Oleh sebab itu diperlukan display data. Display data ialah
menyajikan data dalam bentuk matrik, network, chart, atau grafik, dan
sebagainya. Dengan demikian, peneliti dapat menguasai data dan tidak terbenam
dengan setumpuk data.
3. Penarikan
kesimpulan dan verifikasi, sejak semula peneliti berusaha mencari makna dari
data yang diperolehnya. Untuk maksud itu, ia berusaha mencari pola, model, tema,
hubungan, persamaan, hal-hal yang sering muncul, hipotesis, dan sebagainya.
Jadi dari data yang didapatnya itu ia mencoba mengambil kesimpulan Laporan
penelitian kualitatif dikatakan ilmiah jika persyaratan validitas, rehabilitas,
reliabilitas, dan objektivitasnya sudah terpenuhi. Oleh sebab itu, selama
proses analisis hal-hal tersebut selalu mendapat perhatian.
H. Pengujian
Keabsahan Data
Dalam rencana pengujian
keabsahan data penulis menggunakan uji kredibilitas data dengan perpanjangan
pengamatan keikutsertaan, triangulasi, diskusi dengan teman sejawat. Pengujian
Transferability, Dependability dan pengujian konfirmability. (sugiyono 2010 :
368-377)
Untuk dapat memberikan
tingkat keyakinan yang kuat terhadap hasil penelitian ini dalam menjawab rumusan
masalah, maka peneliti menggunakan pengujian keabsahan data sebagai berikut:
a. Uji Kridibiltas
1). Perpanjangan
pengamatan, adalah penulis pada saat belum mendapatkan data yang jenuh, maka
penulis menambah waktu pengamatan dengan kembali turun ke lapangan untuk
mendapatkan kembali data yang baru hingga rumusan masalah penelitian
benar-benar bisa terjawab.
2). Trianggulasi data
dengan menggunakan tiga macam cara yaitu trianggulasi sumber, trianggulasi
teknik, triangulasi waktu.
a. Triangulasi
sumber adalah dengan cara mengecek data melalui beberapa sumber
b. Triangulasi
Teknik adalah di;akukan dengan cara mengecek data dilakukan dengan cara
mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.
c. Triangulasi
waktu adalah data yang dikumpulkan dengan teknik wawancara dengan pertimbangan
waktu yang dianggap menguntungkan yang diwawancara.
3). Diskusi teman
sejawat, untuk lebih memberikan kepercayaan terhadap hasil penelitian terutama
tingkat kesahihan data, maka peneliti kembali melakukan diskusi dengan teman
sejawat yang sekiranya mengerti tentang fokus penelitian. (Siugiyono : 368-377)
b. Pengujian
Transferability.
Dalam pengujian
transferability bila digunakan dalam konteks dan situasi sosial internal,
sehingga dimungkinkan dalam penelitian kualitatif maka penelili dalam membuat
laporannya harus memberikan uraian yang rinci, jelas dan sistematis dan dapat
dipercaya. Bila pembaca laporan penelitian memperoleh gambaran yang sedemikian
jelasnya, “semacam apa” suatu hasil penelitian dapat diberlakukan
(transferability), maka laporan tersebut memenuhi standar transferabilitas
(sanafiah faisal,1990 dalam buku Soegiyono : 376)
c. Pengujian Dependability
Dalam pengujian
dependability penelitian kualitatif dilakukan dengan audit terhadap keseluruhan
proses penelitian. Caranya dilakukan auditor yang independeng atau pembimbing
untuk bagaimana peneliti mulai menentukan masalah / fokus, memasuki lapangan,
menentukan sumber data, analisis data, melakukan uji keabsahan data sampai
membuat kesimpulan harus dapat ditunjukkan oleh penelti.
d. Pengujian Konfirmability
Dalam penelitian kualitatif, Pengujian ini mirip dengan uji dependability, sehingga pengujiannya dapat
dilakukan secara bersamaan, menguji konfirmability berarti menguji hasil
penelitian, dikaitkan dengan proses yang dilakukan. Bila hasil penelitian
merupakan fungsi dari prosese penelitian yang dilakukan, maka penelitian
tersebut telah memenuhi standar konfirmability
BAB IV
PENUTUP
A.Kesimpulan
Berdasarkan uraian-uraian yang telah penulis
kemukakan pada bab-bab terdahulu dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Pelaksanaan sistem pengelolaan data dan laporan administrasi
sekolah pada Kantor Unit
Pelaksnana Teknis Dinas Pendidikan Kecamatan Tempe Kabupaten Wajo.
a. Dalam Pelaksanaan sistem pengelolaan data
dan pelaporan pada Kantor Unit Pelaksana Teknis Dinas Pendidikan Kecamatan Tempe Kabupaten Wajo, sebagai upaya
penyelesaian dengan menggunakan sistem atau pola pengaturan dan penyusunan data
dan pelaporan telah dilaksanakan dengan memberian pelayanan, eksistensi seorang
pimpinan dalam pengelolaan penataan kerja pegawai pada suatu institusi atau
lembaga pemerintahan adalah dibutuhkannya tindakan mempengaruhi dan meyakinkan
orang-orang yang berusaha bersama dalam rangka pencapaian tujuan organisasi.
b. Dalam sistem pengelolaan data dan pelaporan
dari sisi Laporan Bulanan dimana ditandai dengan administrasi program
pembelajaran, administrasi kesiswaan, administrasi kepegawaian dan administrasi
perlengkapan/barang sarana dan prasarana kantor dan sekolah, dapat disimpulkan
bahwa keseluruhan pegawai telah menerima dan mencatat dan mengelolah secara
administrasi dengan sistem verifikasi dan rekapitulasi untuk ditindak lanjuti
ke pihak Dinas Pendidikan Kabupaten. Hal dapat dinyatakan telah terkelolah
dengan baik dan dapat pula dinyatakan berjalan dengan baik dan maksimal.
c. Dalam konteks laporan pertanggungjawaban Dana Bos,
dimana sistem pengiriman laporan dari sekolah yang telah diterima oleh pegawai
UPTD Pendidikan Kecamatan terkait dengan Format K.1 sampai dengan Format K.7,
dapat dinyatakan diterima dan dikelola data dan pelaporannya. Keseleruhan
pegawai telah berpendapat bahwa pengiriman itu telah berjalan dengan baik, dan
kesulitan yang dialami oleh pihak pegawai adalah adanya data yang tidak akurat
atau tidak sesuai dengan petunjuk, telah dikembalikkan untuk diperbaiki
sehingga pihak UPTD mengalami kesulitan dan keterlambatan untuk memasukkan data
dan pelaporan ke pihak Dinas Pendidikan Kabupaten, dalam hal ini pada Tim
Manajer Bos kabupaten.
2. Hambatan
dan upaya
pemecahannya.
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi
peneliti diperoleh beberapa hambatan yang oleh pegawai terkait dengan
pengelolaan data dan pelaporan adminsitrasi dilapangan, yang dipandang perlu
mendapatkan perhatian dari segenap pimpinan dan pegawai antara lain:
a. Pemahaman dan Pengetahuan pegawai dalam
pengelolaan data dan pelaporan administrasi sekolah.
Lemahnya pengetahuan dan pemahaman sebahagian
pegawai yang menyangkut sistem manajemen kerja dalam penyelesaian pekerjaan
secara administrasi yang cepat terkait dengan teknis yuridis formal dan
operasional materi pekerjaan, juga mengenai keterampilan menyusun pola kerja
yang memungkinkan efesien dan efektif, sehingga banyak diantara pegawai kurang
memiliki kompetensi dan perhatian, persiapan atau program kerja, kesiapan dan
kelengkapan perangkat administrasi.
b. Pelaksanaan sistem pengelolaan data dan
pelaporan kurang seiring dengan kualitas kerja pegawai masih lemah
Dalam rangka pelaksanaan sistem pengelolaan
data dan pelaporan dan penataan kerja dalam organisasi diharapkan memberikan
dukungan dalam meningkatkan kualitas kerja pegawai, hal ini ditemukan karena
kurangnya semangat kerja pegawai yang merupakan suatu alat motivasi yang dapat
merangsang dedikasi kerja seorang pegawai.
Untuk mengatasi hambatan
tersebut, berbagai upaya yang telah dilakukan yaitu:
a. Pengembangan pegawai.
Untuk
meningkatkan pengetahuan dan pemahaman seorang pegawai dalam rangka pelaksanaan
sistem pengelolaan data dan pelaporan serta penataan kerja pegawai, diperlukan
suatu langkah yang amat penting dan suatu pemberian bimbingan dan arahan yang
dapat berdampak pada organisasi adalah diberikannya kesempatan pegawai untuk
mengembangkan diri lewat pendidikan formal atau pemberian bimbingan teknik
operasional sesuai dengan bidang kegiatan yang bersangkutan.
b. Pengelolaan data dan pelaporan dalam
meningkatkan kualitas kerja pegawai.
Untuk memenuhi harapan pegawai UPTD Pendidikan
Kecamatan Tempe Kabupaten Wajo, terkait dengan beban kerja yang begitu rumit,
dimana penyelesaian administrasi bebannya terus bertambah dan sering berubah
khususnya secara teknis, dimana pekerjaan administrasi dilakukan didasarkan
atas tupoksi, telah memberikan suatu dampak kerja yang membutuhkan prosedur dan
sistem kerja yang berat dirasakan oleh pegawai, mengenai pemenuhan hak dan
kewajiban pegawai tentunya pihak UPTD Pendidikan Kecamatan Tempe, intens dan
secara berkesinambungan telah memberikan yang menjadi haknya, seperti pemberian
cuti, insentif, honor, pengadaan komputer dan kelengkapan
administrasi dan lainnya, tentunya yang dikeluhkan pihak pegawai
telah terus diantisipasi dan menyesuaikan dengan kemampuan organisasi untuk
memenuhi yang dimaksud. Dalam usaha memenuhi secara keseluruhan hak tersebut
tentunya di iringi dengan hasil kerja yang berkualitas.
B.Saran-saran
1. Pimpinan
dalam mewujudkan pelaksanaan sistem pengelolaan data dan pelaporan
administrasis sekolah, kiranya mempertimbangkan kondisi lingkungan kerja, dan
karakteristik manusia yang menjadi pegawai. Olehnya itu penerapan sistem dan
tata kerja dimaksudkan disini adalah pola kerja yang dapat membantu
khirarki pekerjaan sehingga tidak tumpangtindih, serta pegawai dapat memahami
dengan jelas pekerjaannya yang akan diselesaikan secara cepat dan tepat waktu.
2. Pegawai pada suatu lembaga
pemerintahan diharapkan bekerja didasarkan atas pendelegasian kewenagan
berdasarkan tugas pokok dan fungsinya, dengan mengedepankan kualitas pekerjaan,
tanpa meninggalkan etika organisasi dan nilai-nilai kearifan lokal.
3. Unsur Pimpinan hendaknya dapat melakukan pengawasan
secara menyeluruh terhadap penyelenggaraan pekerjaan baik secara administrasi
maupun operasional dilapangan dan kebutuhan-kebutuhan pegawai yang diperlukan
terkait dengan beban pekerjaan dan pengurusan administrasinya
4. Pimpinan dalam hal ini
Kepala Unit Pelaksana Teknik Dinas Pendidikan Kecamatan tempe Kabupaten
Wajo, hendaknya memperhatikan kesejahteraan, kepastian karir
pegawai sebagai motivasi akan pelaksanaan pekerjaannya berupa
pemberian promosi, insentif atau bonus yang layak berdasarkan ketentuan dan
kemampuan organisasi
Lampiran
05
PENGELOLAAN ARSIP PADA UNIT TATA USAHADI SMA AL-ISLAM KRIAN
Yuni Lailatus Sakdiyah
Program Studi Manajemen Pendidikan, Fakultas
Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Surabaya
E-mail: yunilailatus@rocketmail.com
PENDAHULUAN
Dalam
era modern ini informasi merupakan kegiatan yang sangat kompleks dalam suatu pendidikan, karena informasi dapat berperan
sebagai proses pengambilan keputusan. Untuk mengambil keputusan diperlukan
informasi yang lengkap dan jelas. Oleh karena itu sekolah perlu menciptakan
pengelolaan arsip yang baik.
Informasi
yang tersimpan dalam arsip merupakan informasi yang dibutuhkan oleh semua warga
sekolah,
sebagai bukti dari kegiatan sekolah yang dilakukan. Mulai
dari kegiatan awal dibangunnya sekolah itu hingga kegiatan pembelajaran,
pengelolaan sumber daya manusia, kegiatan akademik dan non akademik dalam
sekolah.Arsip juga dibutuhkan sebagai pengambilan keputusan dalam berbagai
hal, dalam pengambilan keputusan sekolah di perlukan bukti- bukti yang nyata dalam setiap kegiatan.
Karena dalam pendidikan harus ada bukti yang riil atau nyata untuk mendapatkan
prestasi baik bidang akademik maupun non akademik dari siswa maupun sekolah
yang bersangkutan.
Arsip
memiliki manfaat yang sangat besar bagi organisasi pendidikan maka arsip perlu di pelihara dan di
kelola dengan baik sesuai ketentuan sekolah yang mengacu juga
pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 28 Tahun 1945. tentang
Pelakasanaan Undang-Undang No 43 Tahun2009 tentang Kearsipan disebutkan, bahwa:
Arsip adalah rekaman kegiatan atau peristiwa dalam berbagai bentuk dan media sesuai dengan perkembangan
teknologi informasi dan komunikasi yang dibuat dan diterima oleh lembaga negara, pemerintah daerah, lembaga pendidikan, perusahaan, organisasi politik, organisasi
kemasyarakatan, dan perseorangan
dalam pelaksanaan kehidupan bermasyarakat, berbangsa,dan
bernegara.
Sekolah
memiliki unit tata usaha menurut Kaluge (2003: 07) dikemukakan
bahwa tata usaha memiliki tugas pokok yang berhubugan erat
dengan pekerjaan tulis menulis (clerical work) di kantor.Oleh
karena itu salah satu kegiatan unit tata usahaadalah mengelola arsip. Tujuan
pengelolaan arsipyaitu untuk memudahkan dalam pencarian informasiyang
diperlukan.Menurut Khusaeri (2012: 01)
menjelaskan, bahwa: masalah kearsipan saat ini memang belumditangani
dengan baik oleh pemerintah kota, salah satu buktinya adalah sering kalahnya
pemerintahkota dalam berbagai kasus kepemilikan asset. Maka,diperlukan
pengelolaan arsip yang baik dalam setiapkegiatan penanganan arsip, mulai dari
penyimpananarsip hingga penyusutan arsip.Berdasarkan kenyataan
dilapanganmembuktikan bahwa pengelolaan arsip tidak efektifdan efisien,
sehingga dapat mempengaruhi lembagaitu sendiri dalam mengambil sebuah keputusan
yangmemerlukan informasi dari arsip yang di miliki. Haltersebut dapat dilihat
dalam penyimpanan dan penemuan kembali arsip yang telah
disimpan.Arsip menurut Keputusan PresidenRepublik Indonesia Nomor 105 Tahun
2004 pasal 1ayat 1 menjelaskan,
bahwa: Naskah-naskah yang dibuat dan diterimaoleh
lembaga-lembaga negara dan
badan- badan pemerintahan dalam bentuk corakapapun
baik dalam keadaan tunggal maupun berkelompok, dalam rangka pelaksanaankegiatan
pemerintah. Naskah-naskah yangdibuat dan diterima oleh badan-badanswasta
dan/atau peorangan, dalam bentukcorak apapun, baik dalam keadaan tunggalmaupun
berkelompok dalam rangka pelaksanaan kehidupan kebangsaaan.Menurut The
Liang Gie (1992: 118) arsipadalah suatu kumpulan warkat yang disimpan secarasistematis
karena mempunyai suatu kegunaan agarsetiap kali diperlukan dapat secara cepat
ditemukankembali.Berdasarkan pengertian diatas dapatdisimpulkan arsip adalah
suatu hasil informasi yangdimiliki oleh seseorang, organisasi
pemerintahmaupun swasta. Yang merekam hasil kegiatannya,dengan tujuan untuk
menyimpan informasi sebagaitujuan yang diinginkan salah satunya digunakanuntuk
pengambilan keputusan oleh pemimpin.Arsip Nasional Republik
Indonesia(2009:21) memaparkan, bahwa arsip memilikifungsi yaitu,Fungsi arsip
secara umum menggambarkandua fungsi dalam organisasi yaitu, fungsisubstantif
(fungsional) dan fungsi fasilitatif(administratif). Dan secara khusus
fungsiarsip yaitu merekam pengalaman, memori,dan sejarah; menunjang
aktivitasadministrasi, manajemen dan organisasi,serta membantu upaya
pengambilankeputusan, menunjukkan bahwa bukti
dan pertanggungjawaban atas hak dankewajiban, di samping
merupakan sumberinformasi untuk mengenali
identitas perorangan, kelompok, maupunmasyarakat/bangsa; serta
sebagai wahanakomunikasi politik, sosial, dan nilai-nilai budaya
Fungsi
arsip tersebut disimpulkan bahwakegiatan merekam semua informasi baik
secaralangsung maupun tidak langsung untuk disimpandan dipelihara sebagai suatu
informasi penting bagiinsntansi pemerintah, swasta maupun
perorangan.Pengelolaan arsip pada lembaga pendidikan sangatdiperlukan sebagai
suatu fungsi yang sangat penting bagi mutu dari sekolah.Menurut
Amsyah (2003: 51)
menjelaskan, prosedur kearsipan terdiri dari prosedur permulaandan
prosedur penyimpanan. Untuk
prosedur permulaan terdiri dari kegiatan administrasi pencatatan,
pendistribusian, dan pengolahan.Kegiatan kearsipan yang pertama
dapatdilakukan dengan pencatatan dan pendistribusiansurat masuk dan keluar,
karena surat itu sebagai bukti adanya informasi yang menjadikan sebuahkegiatan
yang dilakukan. Surat dapat ditujukan padasatu orang atau lebih, ketika surat
masuk makaharus diterima dan diteliti oleh penerima surat. Jikasurat keluar,
maka arsiparis dapat melakukan salahsatunya yaitu pemberian nomor surat.Pada
pengelolaan arsip diperlukan
sebuah penyimpanan arsip dengan tujuan untukmenemukan
kembali arsip yang disimpan untukditemukan kembali. Maka dalam pengelolaan
arsipdiperlukan sebuah penyimpanan yang memilikimutu dalam tingkat
penyimpanannya. MenurutBarthos (2007:57) menjelaskan, bahwa penyimpanan
arsip dapat dilakukan dengan.Menyimpan arsip hendaknya ditempat yangmemenuhi
syarat. Pergunakanlah rak logamdaripada menggunakan almari yangtertutup. Ukuran
antara rak yang terbawahdengan lantai sekitar enam inci. Karena halini akan
memudahkan udara bergerakdengan bebas, disamping itu pula untukmemudahkan
membersihkan lantai dibawahrak tersebut.Menurut The Liang Gie (1992:
120)mengatakan bahwa ada lima macam sistem penyimpanan warkat yaitu: penyimpanan menurutabjad
(alphabetic filing), penyimpanan
menurut pokok soal (subject filing), penyimpanan menurutwilayah
(geographic filing), penyimpanan menurutnomor (numeric filing), penyimpanan
menuruttanggal (chronological filing).Pengelolaan arsip diperlukan kegiatan
yangefisien untuk menjaga keamanan arsip yangdimiliki. Maka untuk peminjaman
arsip diperlukansyarat-syarat dalam meminjamnya. MenurutAmsyah (2003: 202)
mengemukakan, peminjamanarsip adalah keluarnya arsip dari file karenadipinjam
baik oleh atasan sendiri, teman seunitkerja, ataupun oleh kolega sekerja dari
unit kerjalain dalam organisasi.
Penggolongan
arsip menurut keasliannya.
Menurut
fungsinya arsip terdiri dari arsipdinamis dan arsip statis.Menurut Sumarto dan
Dwiantara (2000:83)memaparkan, pimpinan
membutuhkan dokumenyang telah disimpan unutk melihat danmemanfaatkan informasi pada arsip tersebut.
Maka,sekertaris harus segera mencari arsip yangdibutuhkan oleh pemimpin.
Sedangkan menurut TheLiang Gie (1992: 140) menjelaskan bahwa:Kebutuhan akan
sesuatu warkat tertentuhendaknya diajukan kepada bagian arsip.Misalnya dalam
sistem penyimpananmenurut pokok soal, maka setiap kali pimpinan atau satuan organisasi lainmemerlukan sepucuk surat, merekameminta kepada
bagian arsip denganmenyebutkan surat mengenai pokok soalapa dan siapa
pihak pengirim/penerimasurat itu.Menurut
pengertian diatas bahwa penemuankembali arsip adalah bagaimana cara
menemukanarsip dengan mudah dan cepat sesuai dengankebutuhan peminjam. Karena
proses penemuankembali arsip harus sesuai dengan kebutuhan peminjam, untuk menjaga efisiensi dalam penggunaan arsip
yang dimiliki.Pada pengelolaan arsip
diperlukan sebuahfasilitas yang baik, diantaranya peralatan dan perlengkapan yang mendukung. Menurut Amsyah(2003: 178) menjelaskan, keberhasilan
dalammanajemen kearsipan adalah secara langsungdipengaruhi oleh
peralatan yang digunakan untuk
menyimpan arsip dan efisiensi pemakaian peralatantersebut. Nilai yang terdapat dalam peralatan dan perlengkapan memiliki fungsi besar bagikeselamatan arsip yang dimiliki bagi lembaga pendidikan, karena arsip tidak memiliki duplikatarsip yang sama.Pengelolaan arsip
dibutuhkan pemeliharaandan perawatan untuk
menjaga keamanan arsip,menurut Wursanto (1991:26) menjelaskan
sistem perawat simpanan arsip ialah sistem yang digunakandalam pemeliharaan dan pengamanan arsip. penyimpanan
yang aman terhadap arsip-arsip sangat penting, mengingat arsip mempunyai peranan penting bagi kelangsungan hidup organisasi. Amanmeliputi: aman terhadap pencurian, aman
terhadapkebakaran, aman terhadap kebanjiran, amanterhadap kerusakan yang
disebabkan oleh berbagaimacam hal, misalnya serangga, kutu buku, udara(lembab,
terlalau kering).Penyusutan arsip dilakukan untukmembatasi penumpukan surat-surat yang dimilikioleh sebuah organisasi.
Maka dalam melakukan penyusutan dapat dilakukan
dengan memilah-milahsurat yang ada berdasarkan golongannya. MenurutThe Liang Gie (1992: 146-147) memaparkan
bahwalangkah yang pertama yang harus dilakukan dalam proses penyusutan arsip adalah menggolongkanarsip
dalam kelas-kelas tertentu menurut urutan pentingnya ada 4 yaitu sebagai
berikut.Penggolongan yang dapat dipakai
dalam proses penyusutan ialah pembagian dalam 4tingkat: warkat
vital, warkat penting, warkat berguna, warkat tidak
penting. Warkat vitaladalah surat-surat sangat penting yangdimiliki oleh
sebuah lembaga yang harusdisimpan dalam bentuk aslinya. Warkat iniharus
disimpan untuk selama-lamanya.Arsip penting yaitu surat-surat yangmempuyai kegunaan besar, yang membantukelancaran
instansi atau sukar digantiapabila hilang karena biayanya yang
sangat besar atau sulitnya mengusahakan penggantinya.
Warkat berguna adalah surat-surat yang nilai kegunaannya bersifatsementara dan hanya kadangkala diperlukankembali.
Warkat tidak penting adalah suratyang habis
kegunaannya setelah selesaidibaca, misalnya nota, memo atau surat pemberitahuan lainnya yang isinya sangatsingkat dan menyangkut soal yang sangatkecil.Menurut Pedoman Pelayanan Tata UsahaUntuk
Perguruan Tinggi dalam Daryanto (2011: 94)mengemukakan
tata usaha ialah segenap kegiatan pengelolaan surat menyurat yang dimulai darimenghimpun (menerima), mencatat,
mengelola,mengadakan, mengirim, dan menyimpan semua bahan
keterangan yang diperlukan organisasi.Kegiatan
pengelolaan arsip sekolahdilakukan pada unit tata usaha yang
berfungsisebagai kantor yang mengurusi berbagai
kegiatan persuratan.Menurut Sumarto dan Dwiantara (2000: 68)menjlaskan salah satu pengelolaan warkat adalah penyimpanan warkat. Warkat harus disimpandengan benar agar apabila suatu saat
organisasimembutuhkan sebagai sumber informasi, warkattersebut dapat
ditemukan kembali dengan tepat dancepat
sesuai dengan kebutuhan.Kegiatan pengelolaan arsip memilikimanfaat utama bagi
keselamatan informasi yangdimiliki oleh sekolah, baik yang bersifat
informasiakademik maupun non akademik dan
merupakantanggung jawab bagi pegawai kearsipan dalam bidang
administrasi disekolah.Berdasarkan uraian
yang telah dikemukakandiatas, maka fukus penelitian ini yaitu
pelaksanaanarsip pada unit tata usaha di SMA Al-Islam Krianyang terdiri dari:
METODE
Penelitian
ini menggunakan
metode penelitian kualitatif. Penelitian kualitatatif kunci
utama instrumen penelitian ini adalah peneliti,karena peneliti harus terjun
langsung ke lapangan untuk meneliti
permasalahan yang ada dilapangan.Penelitian ini direncanakan menggunakan pendekatan kualitatif dengan menggunakan
rancangan penelitian fenomenologis. MenurutCreswell (2009: 20) menjelaskan
penelitian fenomenologi merupakan strategi penelitian dimana peneliti mengidentifikasi hakikat pengalamannya
tentang suatu fenomena tertentu.Selama
kegiatan pengumpulan data dilakukan, peneliti mengamati pengelolaan
arsip, dengan rancangan penelitian dari
penyusunan instrumen wawancara, dokumentasi, dan observasi.Data yang terkumpul
akan dikelompokkan menurut jenis data dan sumber informan,
selanjutnya penelitiakan menganalisis data
untuk menjadi laporan yangsesuai dengan fokus penelitian.Teknik
pengumpulan data dalam penelitianini
menggunakan tiga cara yakni wawancara,observasi partisipan, dan
studi dokumentasi. Teknik wawancara
menurut Esterberg dalam Sugiyono (2011:231) menjelaskan pada teknik analisis
dataterdapat teknik wawancara, yaitu merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi danide
melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik
tertentu.Pada kegiatan pelaksanaan
wawancara peneliti dapat menggunakan alat bantu yang dapat digunakan
untuk mengumpulkan data. Alat tersebut diantaranya,
buku catatan, (alat perekam) dan kamera untuk mengambil gambar. Observasi menurut
Nasution dalam Sugiyono (2011: 226) menjelaskan
observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai duniakenyataan
yang diperoleh melalui observasi.Sedangkan studi dokumentasi menurut
Sugiyono(2011: 240) mengemukakan, bahwa: studi dokumentasi dalam penelitian merupakan pelengkap dari penggunaan metode
observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengelolaan
arsip pada unit tata usaha dalampelaksanaan kegiatan arsip di SMA Al-Islam
Krian.
Arsip merupakan dokumen yang dimiliki oleh sebuah lembaga yang di
simpan, di kelola dengan baik agar dapat di fungsikan sebagai informasi penting. Karena
informasi penting yang disimpan harus di rawat, agar memiliki nilai
guna bagi sebuah lembaga.Pengelolaan arsip dilakukan untuk mempermudah dalam penanganan arsip, penyimpanan, dan penemuan kembali arsip jika
diperlukan. Jika pengelolaan arsip dapat dilakukan dengan baik, maka arsip
dapat difungsikan sebagai alat untuk
menunjang setiap kegiatan yang dilakukan dalam sebuah lembaga. di mana pimpinan
dapat memberikan keputusan dengan arsip yang dimiliki. Karena
berdasarkan arsip yang dimiliki kepala sekolah dapat mengetahui bukti hasil
dari kegiatan yang dilakukan dalam sekolah,
baik datasiswa, guru, beserta stafnya.Seiring dengan bertambahnya
jumlah murid dalam setiap tahunnya di SMA Al-Islam Krian, tidak menutup
kemungkinan jumlah guru
juga bertambah. Maka diperlukan kegiatan pelaksanaan penyimpanan arsip yang baik. Agar arsip dapat
terjaga dan di tata menurut jenisnya, tersimpan dalam keadaan yang baik. Pada unit tata usaha di SMA Al-Islam
menggunakan azas penyimpanan arsip secara campuran dimana arsip dikelola pada unit
tata usaha. Pada ruang tata usaha juga terdapatruang arsip tersendiri untuk
penyimpanan arsip lama.Pada
pengelolaan arsip unit tata usaha diSMA
Al-Islam Krian terdapat sebuah pelaksanaan kegiatan arsip yang di dalamnya
menangani semua kegiatan arsip yang meliputi, kegiatan pencatatandan
pendistribusian surat masuk dan
keluar, penyimpanan arsip, peminjaman arsip, jenis arsip
yang disimpan, prosedur penemuan kembali
arsip, fasilitas dalam pelaksanaan arsip, pemeliharaan dan perawatan
arsip, serta penyusutan dan pemusnahan arsip di SMA
Al-Islam Krian.
Kegiatan
pencatatan dan pendistribusian surat masuk dan keluar pada unit tata usaha di
SMAAl-Islam Krian.Kegiatan pengelolaan surat masuk pada unittata usaha di SMA
Al-Islam Krian meliputi
Langkah pertama melihat surat yang dikirim dari siapa dan di tujukan untuk
siapa, dengan tujuan apa surat tersebut ditujukan. Karena salah satu fungsi surat adalah sebagai pedoman dalam mengambil tindakan lebih
lanjut, maka penerima surat harus meneliti surat
masuk agar sesuai dengan tujuan dalamisi surat.
Langkah kedua, melakukan kegiatan pemberian lembar disposisi yang di isidengan
(diterima tanggal, dari, hal,no.agenda, disposisi). Lembar disposisi digunakan
untuk mengetahui isi surat yang nantinya
akan di beritahukan kepada kepala sekolah untuk disetujui dan
dipertimbangkanatau diserahkan pada wakil
kepala sekolah sesuai dengan isi surat dan hasil persetujuan kepala sekolah
yang di isi dalam lembar disposisi.
Langkah ketiga, dalam pemberian nomor agenda dilakukan dengan cara
memasukkan data dalam file komputer. Penomoran surat diberikan berdasarkan
urutan surat masukyang
datang.
Langkah keempat, di lakukan prosedur pengagendakan arsip dalam komputer dan buku.
Dimana ketentuan tersebut dibuat dengan tujuan jika file dalam computer
hilang, maka unit tata usaha masih memiliki
duplikat dari file arsip tersebut.
Dan pengarsipan untuk buku agenda biasadilakukan unit
tata usaha di SMA Al-Islamsatu bulan sekali atau jika file dalamkomputer dirasa
cukup penuh.
Langkah kelima, surat diberikan pada kepala sekolah untuk dilihat isi surat
dan berdasarkan surat masuk kepala sekolah harus menunjuk salah satu wakil
kepala sekolah untuk menindak lanjuti tujuan dari surat masuk. Setelah itu
surat diberikan menurut keputusan kepala sekolah kepada salah satu wakil kepala sekolah yang sudah ditulis dalam
disposisi.
Langkah keenam, dilakukan penyimpanan arsip dimana arsip yang
sudah diberikan kepada wakil kepala sekolah berdasarkan lembar disposisi yang sudah
disetujui kepala sekolah. Di berikan kepada ruang tata usaha untuk di arsipkan
berdasarkan jenis surat masuk.Arsip
yang disimpan tidak hanya surat masuk saja, melainkan surat keluar juga
diarsipkan dalam unit tata usaha.
Dilakukan penyimpanan arsip surat keluar berdasarkan jenis surat keluar. Arsip yang
disimpan berdasarkan jenis surat, jika arsi psurat keluar berbentuk Surat
Keterangan maka penyimpannya juga dibedakan
dengan surat keluar yang berbentuk umum.B.
Kegiatan penyimpanan arsip pada unit tata usaha di SMA Al-Islam
Krian.Pengelolaan arsip pada unit tata usaha dilakukan dengan baik, salah
satunya dengan penyimpanan arsip yang dilakukan sesuai denganketentuan dalam unit tata usaha. Penyimpanan arsip
pada unit tata usaha di SMA Al-Islam Krian
dengan cara mengelompokkan jenis surat.Terdapat jenis surat masuk dan
keluar, namun dalam unit tata usaha di SMA Al-Islam
Krian penyimpanan arsip dilakukan dalam unit tata
usaha. Didalam ruang tata usaha terdapat
dua ruangan, ruangan pertama digunakan sebagai kegiatan pelaksanaan
arsip dan
admnistrasi. Namun juga sebagai tempat penyimpanan arsip
yang baru, yang disimpan dalam almari arsip dengan jenis masing-masing
arsip.Pada ruangan yang kedua, terdapat
ruangan yang agak kecil yang digunakan sebagai tempat penyimpanan arsip lama. Arsip yang disimpan
dalam map ordner dan snalhaecter. Ordner digunakan
untuk menyimpan arsip umum,sedangkan
snalhaecter digunakan untukmenyimpan arsip pribadi guru. Penyimpanan arsip
dilakukan pada tempat yang aman agararsip dapat terjaga dan terawat menggunakan penyimpanan
arsip dengan sistem abjad.
Kegiatan
peminjaman arsip pada unit tata usahadi SMA Al-Islam Krian.Pada unit tata usaha
di SMA Al-Islam kriandalam pengelolaan
kegiatan peminjaman arsip.Di lakukan dengan cara meminjam jenis surat yang
di inginkan dengan cara pengisian identitas diri yang terdiri dari nama terang,
tanda tangan, dan tanggal, bulan, tahun peminjaman surat.Pengisian identitas
diri tersebut, di isi pada lembar kertas kosong yang nantinya akan digunakan
sebagai penyekat arsip yang dipinjam
Pada unit tata usaha kegiatan peminjaman arsip masih menggunakan
syarat yang sederhana.Karena di SMA Al-Islam Krian, menumbuhkan rasa tanggung
jawab yang besar. Jika sesorang meminjam arsip harus dikembalikan berdasarkan ketentuan yang dimiliki oleh
unit tata usaha yaitu peminjam
arsip harus mengisi lembaran kosong yang di isi identitas
diri. Lalu mengembalikan arsip setelah
selesai digunakan dengan jenjangwaktu tidak lebih dari satu hari. Jika
dalam satu hari tersebut arsip tidak dikembalikan, maka keesokan harinya staf tata usaha yang menangani arsip harus
menemui peminjam arsip. Untuk meminta arsip yang telah dipinjam
sebelumnya.
Klasifikasi
atau penggolongan arsip yang disimpan pada
unit tata usaha di SMA Al-Islam Krian.Klasifikasi atau penggolongan
arsip yangdisimpan oleh unit tata usaha di
SMA Al-Islam Krian adalah Surat yayasan, surat keputusankepala sekolah,
kuosioner, laporan semester,UAN, Kanwil Diknas, Diknas Sidoarjo, CabangDinas
Krian, MKKS (Musyawarah Kerja KepalaSekolah), Instansi
lain, Sekolah lain, MUSPIKA,Komite
sekolah, Departemen agama, Keterangan penelitian, Panggilan sekolah, Home visit,murid, Siswa, Siswa DO, Mutasi siswa,
Eksulsekolah, Nomor ujian, Guru dan staf, Penugasan,Inventaris,
Peningkatan SDM, Monitoring kelas,Pen.
STTB, Presensi guru, Keadaan siswa,Kumpulan nominatif, Permohonan
blanko ijazah,Laporang peggunaan
blanko STTB, Lap SPJsubsidi UN.
Fasilitas
arsip pada unit tata usaha di SMA Al-Islam
Krian.Fasilitas yang digunakan dalam melakukan kegiatan pelaksanaan arsip dalam unit tata usahadi SMA Al-Islam Krian
adalah almari arsip,map, snalhaecter, ordner dan stapler. Peralatan tersebut
digunakan sebagai penunjang kegiatan pelaksanaan arsip dalam unit
tata usaha.G.
Pemeliharaan dan perawatan arsip pada unit tatausaha di SMA Al-Islam
Krian.Pada pemeliharaan dan perawatan arsip
unittata usaha di SMA Al-Islam Krian menggunakanalat sederhana sederhana, di
antaranya ada sapu,kemucing, lap kaca. Waktu yang dilakukandalam pemeliharaan
dan perawatan arsip dalam unit tata usaha. Di lakukan ketika arsip dalam
ordner dirasa sudah cukup penuh maka akandiganti.
Arsip dalam ordner tersebut akan disimpan
dalam almari arsip lama pada ruangan tersendiri. Tidak ada penjadwalan dalam pemeliharaan dan perawatan arsip, namun
dilakukan pembersihan arsip, perawatan arsip yang
berhubungan dengan kebersihan arsip. untuk arsip yang robek, unit tata
usaha SMA Al-Islam Krian menggunakan cara
dengan memberikan keterangan bahwa arsip yangdimiliki telah robek.H.
Penyusutan dan pemusnahan pada unit tata usahadi SMA Al-Islam Krian.Penyusutan dan pemusnahan pada unit tatausaha
di SMA Al-Islam Krian belum pernah dilakukan.
Karena SMA Al-Islam Krian arsip merupakan dokumen penting bagi sebuah lembaga
pendidikan. Arsip yang dimiliki mulaidari
berdirinya SMA Al-Islam Krian sampai sekarang tidak pernah dimusnahkan.
Bahkan SMA Al-Islam masih menyimpan data
guru lamayang sudah keluar. Data guru yang sudah tidak mengajar masih
tetap disimpan, dan data
tersebut boleh dipinjam kembali dalam unit tata usaha bila diperlukan oleh guru tersebut. Namun
dengan ketentuan dalam peminjaman arsip,
datayang dipinjamkan adalah arsip duplikatnya.Karena untuk menghindari
jika arsip yang dipinjamkan hilang, unit tata usaha masih memiliki arsip yang
asli. Arsip yang sudah lama disimpan dalam gudang arsip dan
arsip dibiarkan hingga lapuk.
PENUTUP
Berdasarkan fokus penelitian, hasil penelitian, danhasil
pembahasan dalam penelitian yang telahdipaparkan pada pengelolaan arsip pada
unit tatausaha di SMA Al-Islam Krian. Maka simpulan yangdapat dipaparkan
adalah:
Kegiatan penerimaan surat masuk dan keluar pada unit tata usaha di SMA Al-Islam Kriandilakukan dengan dua cara
pengagendaan.Menggunakan agenda dalam bentuk filekomputer dan penulisan dalam
buku agenda.Melampirkan lembar disposisi dalam suratmasuk. Pemberian nomor
dilakukan setelahdilakukan pengagendaan. Untuk pendistribusiansurat keluar
menggunakan buku ekspedisi jikadirasa surat tersebut penting. Untuk surat
keluaryang bersifat Surat Keterangan (SK) dikeluarkanoleh kepala sekolah.2.
Kegiatan penyimpanan arsip pada unit tata usahadi SMA Al-Islam
Krian dilakukan denganmenggolongkan berdasarkan jenis arsip dengansistem abjad.
Arsip disimpan dalam ordner dansnalhaecter, untuk ordner digunakan
untukmenyimpan arsip umum. Sedangkan untuksnalhaecter digunakan untuk menyimpan
arsipdata guru.3.
Kegiatan peminjaman arsip pada unit tata usahadi SMA Al-Islam
Krian dengan cara pengisianlembar kosong yang berisi identitas diri peminjam (nama terang, tanggal, bulan, tahun peminjaman,
tanda tangan). Arsip yang dipinjamtidak
boleh lebih dari satu hari, untukmenghindari arsip yang hilang.4.
Prosedur penemuan arsip dapat dilihat dari jenisarsip yang ingin
dipinjam. Dapat dilihat secaralangsung dalam almari arsip pada ordner suratdan
dapat dilihat pada indeks surat didalamordner.6.
Fasilitas arsip yang dimiliki oleh unit tata usahadi SMA Al-Islam
Krian adalah almari arsip berbentuk
memanjang dengan bahan kayu, almari berbahan dasar stainless, loker, ordner,snalhaecter, map.7.
Pemeliharaan dan perawatan arsip pada unit tatausaha di SMA
Al-Islam Krian dilakukan denganmenambah ordner arsip yang dirasa sudah cukup penuh. Pemberian surat keterangan pada arsipyang robek.8.
1 comment:
KABAR BAIK!!!
Nama saya Aris. Saya ingin menggunakan media ini untuk mengingatkan semua pencari pinjaman sangat berhati-hati karena ada penipuan di mana-mana. Beberapa bulan yang lalu saya tegang finansial, dan putus asa, saya telah penipuan oleh beberapa pemberi pinjaman online. Saya hampir kehilangan harapan sampai Tuhan menggunakan teman saya yang merujuk saya ke pemberi pinjaman sangat handal disebut Ibu Cynthia meminjamkan pinjaman tanpa jaminan dari Rp800,000,000 (800 Juta) dalam waktu kurang dari 24 jam tanpa tekanan atau stres dengan tingkat bunga hanya 2%.
Saya sangat terkejut ketika saya memeriksa saldo rekening bank saya dan menemukan bahwa jumlah yang saya diterapkan untuk dikirim langsung ke rekening saya tanpa penundaan. Karena saya berjanji bahwa saya akan berbagi kabar baik sehingga orang bisa mendapatkan pinjaman mudah tanpa stres. Jadi, jika Anda membutuhkan pinjaman apapun, silahkan menghubungi dia melalui email: cynthiajohnsonloancompany@gmail.com dan oleh kasih karunia Allah dia tidak akan pernah mengecewakan Anda dalam mendapatkan pinjaman jika Anda mematuhi perintahnya.
Anda juga dapat menghubungi saya di email saya: ladymia383@gmail.com dan kehilangan Sety saya diperkenalkan dan diberitahu tentang Ibu Cynthia Dia juga mendapat pinjaman baru dari Ibu Cynthia Anda juga dapat menghubungi dia melalui email-nya: arissetymin@gmail.com sekarang, semua yang akan saya lakukan adalah mencoba untuk memenuhi pembayaran pinjaman saya yang saya kirim langsung ke rekening bulanan.
Post a Comment