GENERASIKU
Karya Alfanani
Di Produksi Oleh
Komunitas GESIS Teater
(GEneraSi Insan
Seni) Teater, Glatik Ujungpangkah Gresik
2013
GENERASIKU
Para Pemain
Orang
I : Wawan
Orang
II : Fikin
Orang
III : Tadlo
Orang
IV : Rosik
Orang
V : Munir
Orang
VI : Nia
Orang
VII : Suja’i
Orang
A : Wo’kin
Orang
B : Wiwin
Orang
C : Ana
Orang
D : Mad
Anak : Fikri
Artistik & Hand Property
Alat-alat
dan pakaian pertanian, Keranda, Kursi,
Meja, Payung Hitam, Boneka, Papan Catur, Domino. dan hal-hal lain yang
bersangkutan.
Sinopsis:
Sebuah pertunjukan yang menyiratkan kisah tentang
suatu generasi yang semakin hari semakin terkikis habis oleh perubahan dan
kebutuhan hidup, semakin termarginalkan oleh pembangunan industri-industri yang
melahap lahan sebagai tumpuan hidup para petani.
BABAK I
PANGGUNG DI
PENUHI ORANG-ORANG. BAGIAN KANAN, BEBERAPA ORANG (ORANG II, III,) TERLIHAT
BERMAIN DOMINO. SEDANG DI BAGIAN KIRI, DUA ORANG (IV, V) SERIUS DENGAN
CATURNYA.
ORANG B DAN ANAK
MUNCUL DARI ARAH BERLAWANAN. (KANAN-KIRI BAGIAN BELAKANG PANGGUNG) ANAK MEMBAWA
LAYANG-LAYANG. SEDANG ORANG B MEMANGGUL BAKUL.
ORANG B : Imam. Jangan jauh-jauh kalau bermain.
ANAK : Iya Mak.
ORANG B : Imam
ANAK : Iya Mak. Imam dengar,
Imam bermain dulu Mak. (BERGEGAS KELUAR)
ORANG B DAN
ANAK KELUAR PANGGUNG. DARI BELAKANG, ORANG I BERJALAN TENGAH PANGGUNG. SEPERTI
MEMBACA SEBUAH PUISI
ORANG I : Ini tanah kelahiranku
mereka adalah aku
aku adalah mereka
dari tanah yang subur ini
apa saja bisa tumbuh
ORANG II : (MEMOTONG) Heh. kamu itu sedang apa?
ORANG III : Orang gila
ORANG I : Sssssstttt…
Lihat (MENUNJUK KE PENONTON) Mereka melihatku, melihatmu, juga kita semua.
ORANG II DAN
III BERJALAN MENUJU PANGGUNG PALING DEPAN. MELIHAT PENONTON DENGAN MELETAKKAN
TANGANNYA TEPAT DI DAHINYA.
ORANG IV : (MENYAHUT)
Mereka hanya melihat yang bisa mereka lihat. Skaaaaaak.
ORANG V : Ah, kalah lagi.
He, Kucrut (KE ORANG I) Gara-gara kamu aku kalah.
ORANG I : Hahahaha. Dari
jaman nenek moyang kita dulu, kita selalu pintar cari-cari alasan. Tapi ingat,
kalah bukan berarti lemah.
ORANG V KELUAR PANGGUNG
ORANG IV : Woe, mau kemana?
ORANG V : Ngeples (BICARA
DARI LUAR PANGGUNG)
ORANG IV : Nemen Ciah.
ORANG II : Sebenarnya kita
ini ngapain sih?
ORANG III : Ia. Trus,
kenapa mereka melihat kita? Apa orang sepertiku ini pantas untuk dilihat?
ORANG IV : Guoblok. Bukan
hanya kamu yang mereka lihat, tapi kita semua.
ORANG I : hehehe..
Sudah-sudah. Sesama orang goblok dilarang menggoblokkan. Jadi begini. Kita sekarang
ini sedang ada dalam panggung teater kehidupan. Dimana, aku, kamu, dan kalian
semua ini adalah seorang aktor.
TERDENGAR SUARA
ORANG A DARI LUAR PANGGUNG “BOS. BOS.” BEBERAPA KALI.
ORANG A MASUK
BERSAMAAN DENGAN MASUKNYA ORANG-ORANG YANG BERJALAN DIBELAKANG.
ORANG A : (MENGHAMPIRI
ORANG IV) Bos. Kamu itu kemana saja. Ada kabar bahagia bos.
ORANG IV : Kabar apa?
ORANG A : Ada gadis cantik
lagi mandi di kali.
ORANG IV : Wah yo sip itu.
Ayooo budal. Nunggu apa lagi.
ORANG II : Eh, aku ikut.
ORANG IV : Ojo gek cilik.
ORANG II DAN III BERSAMAAN “NEMEN CIAH”.
BABAK II
TERDENGAR BUNYI
SENAPAN BEBEREAPA KALI, JUGA TERIAKAN SEORANG DARI MEREKA DI LUAR PANGGUNG.
SEMUA TERHENTI
SEKETIKA. ORANG-ORANG MENGUMPAT DIBELAKANG ORANG I.
ORANG I : Tidaaaaak. (BERKALI-KALI )
ORANG-ORANG
YANG BERJALAN DI BELAKANG TIBA-TIBA PELAN DAN MENUNDUK SERAYA BERKATA “HILANG
SUDAH” “HABIS SUDAH” BERULANG-ULANG KALI SAMPAI SATU PERSATU KELUAR PANGGUNG
SALAH SATU DARI
DARI ORANG-ORANG YANG BERJALAN DATANG KE ORANG I DENGAN SEMPOYONGAN DAN
TERGELETAK LEMAS DI PANGKUAN ORANG I
MUSIK SEDIH /
LAGU SYUKUR.
LAMPU MULAI
MENYOROT KE TENGAH PANGGUNG. TEPAT KE TUBUH ORANG I YANG SEDANG MEMANGKU
SEORANG ANAK. SEDANG ORANG II DAN III BERDIRI DI KANAN DAN KIRI.
ORANG VI MASUK
DENGAN MENIMANG BONEKA. DARI ARAH BERLAWANAN DUA ORANG BERJALAN PELAN DENGAN
GAYA DAN WAJAH PENUH DUKA. MEMBAWA PAYUNG HITAM. MEREKA SEPERTI BERGUMAM.
“KESENGSARAAN”, “PENDERITAAN”, KETIDAKADILAN”, KEMELARATAN”, “ADALAH MAKANAN
KAMI”
BEBERAPA ORANG
MENGIKUTI ORANG VI. SEPERTI SEBUAH FORMASI
ORANG VI : Anakku, cepat
kau besar ya nak, agar segera kau gapai cita-citamu. Tapi awas, jangan
macam-macam. Jangan kau tiru kelakuan bejat kakak-kakakmu. Kita memang orang
miskin, tapi hati dan akhlak kita harus kaya. Eh, coba lihat itu (MENUNJUK KE
ATAS) bulan dan bintang tersenyum melihatmu nak. Nak sebelum bapakmu meninggal,
dia sempat berpesan kepada ibu. katanya; kau harus meneruskan perjuangannya.
ORANG I
BERJALAN KE DEPAN PANGGUNG. BERSAMAAN DENGAN BERJALANNYA ORANG I. ORANG II DAN
III MENGANGKAT ANAK KELUAR.
ORANG I : Apa yang kau
lihat? Apa ini adegan yang menarik untuk kau simak? Hari ini kau melihat satu
orang kami terkapar, mungkin besok, kau akan melihat puluhan bahkan ratusan
orang-orang semacam kami tergeletak dijalan-jalan, di trotoar-trotoar,
digedung-gedung baru yang setiap bulan kau bangun.
BEBERAPA ORANG MEMAKSA DAN MENYERET ORANG I UNTUK KELUAR.
Inilah
generasi kami, generasi dari keringat bumi pertiwi. Generasi yang melahirkan
putra-putra pemangku bangsa. Generasi yang menopang kebutuhan dasar manusia.
Generasiku meliharkan generasimu, tapi generasimulah yang mengubur Generasiku.
BLACK OUT
BABAK III
PANGGUNG SEPI.
HANYA ADA ORANG B YANG BERJALAN GELISAH MENCARI ANAKNYA DAN ORANG VII SEPERTI
MENULIS SEBUAH CERITA.
ORANG B : Imam. (BEBERAPA
KALI), hari sudah malam nak, kenapa kau tak kunjung pulang? Imam, kau dimana
Nak, Ibu khawatir dengan keadaanmu. Katamu kau tidak akan bermain jauh-jauh,
tapi sudah sejauh ini ibu cari, kau masih tak kunjung ibu temui. Imam, Imam,
Imam. (SUARA MASIH TERDENGAR WALAU ORANG B SUDAH DI LUAR PANGGUNG)
ORANG VII : Begitu kiranya. Sedikit
demi sedikit penerus orang-orang semacam kami lama-lama berkurang. Mungkin beberapa
ratus tahun ke depan akan hilang. Entah bagaimana mulanya. Yang aku ingat, Dulu,
semasa remaja aku dan teman-teman sebayaku begitu bersemangat. Ya. Kami berkelahi
dengan ladang. Pagi, siang sore. Tapi semenjak para penjajah ini (MEMEGANG
HAPE) datang, Juga wabah virus malu yang merajalela, saat itu sudah tak lagi
kutemui semangat-semangat baru dalam diri mereka.
ORANG C : Pak, sudah
malam. Sebaiknya Bapak istirahat. Ingat kata dokter, Bapak masih belum sembuh
benar.
ORANG VII : Tanggung,
sebentar lagi selesai Bu.
ORANG C : Diselesaikan
besok kan bisa Pak. Apa Bapak mau penyakit Bapak kambuh lagi? Mari pak.
ORANG B
MENGANTARKAN SUAMINYA (ORANG VII) KELUAR.
BERSAMAAN
DENGAN KELUARNYA ORANG C DAN ORANG VII, MASUK ORANG-ORANG MEMBAWA KERANDA.
SEMUA ORANG BERJEJER DI BELAKANG KERANDA. ORANG D MEMBACAKAN SESUATU.
ORANG D : Para hadirin
semua yang saya hormati. Sebelumnya, izinkan saya untuk mengucapkan satu dua
kalimat sebelum kita melanjutkan prosesi ini. Pertama, saya sangat prihatin
dengan kondisi yang menimpa kita saat ini. Tapi meskipun begitu, tak sepatutnya
hal ini menjadikan kita berlarut-larut dalam kesedihan dan akibatnya, kitapun
lemah. ke dua, kita seharusnya berbahagia. Sebab Tuhan mengambilnya bukan
karena benci, melainkan cinta. Dan yang terakhir, yang harus kita sadari
adalah, apapun yang bersumber dariNya akan kembali padaNya. Terimakasih dan
Wassalam
ORANG-ORANG TABLO. SUNYI. SEPI. LAMPU REDUP PERLAHAN.
BLACK OUT
END
No comments:
Post a Comment