Ketika
sang rembulan tak lagi malu menampakkan wujudnya, ketika malam yang ingin
memperlihatkan keindahan para bintang di tengah kegelapan.
Saat-saat
yang ditunggu para petani, saat dimana dia bisa beristirahat dengan tenang dan
bercanda gurau dengan keluarganya, Disaat yang bersamaan, entah kenapa aku tak
dapat merasakan keindaan dan kebahagiaan malam yang selalu aku rasa sebelumnya,
kurasakan kegelisahan meracuni jiwaku, membunuh dan menguburku di lembah
penderitaan.
“ada
apa dengan diriku ini” suara hatiku menjerit seakan tak sanggup menahan
kegelisahan dan penderitaan yang aku rasakan saat ini.
Ku
pertaruhkan jiwaku untuk kenikmatan ragaku, aku ingin meninggalkan jiwaku
sesaat tuk bisa merasakan kebahagiaan yang nampak jelas diujung mata,
kebahagiaan yang hakiki, namun mustahil dan tak akan pernah bisa raga ini bahagia tanpa
kehadiran jiwaku, "meski sesaat"
Disaat
orang-orang sekelilingku tengah merasakan dan menikmati kebahagian lantas kenapa cuma diriku yang merasakan kegelisahan seperti ini.
Aku
bertanya kepada diriku sendiri, “ada apa dengan diriku?”
“Kenapa
ku tak bisa lepas dari kegelisahan yang tak jelas dan tak patut aku
merasakanya?”
“Apa
aku wajar merasakan semua ini?”
Ribuan
do’a telah aku panjatkan
Ribuan
pujian telah aku persembahkan
Ribuan
bahkan jutaan ayat ku lantuntan agar bisa menenangkan,
namun sampai detik ini aku masih merasa gelisah semakin tak kauran tanpa sebab
yang pasti.
“
apa yang harus aku lakukan tuhaan”
“oh, tuhaan sungguh aku merasa tidak kuat menahan pemberianmu (kegelisahan) yang satu ini”
katamu yang tertulis dalam lembaran-lembaran mushaf, kau tak akan memberi cobaan melebihi batas kemampuan, aku percaya itu
dan aku sekarang sudah merasa tak mampu menerima cobaanmu, aku mohon kau cabut cobaan ini atau kau ringankan cobaan ini, aku sudah tak kuasa menahan.
“oh, tuhaan sungguh aku merasa tidak kuat menahan pemberianmu (kegelisahan) yang satu ini”
katamu yang tertulis dalam lembaran-lembaran mushaf, kau tak akan memberi cobaan melebihi batas kemampuan, aku percaya itu
dan aku sekarang sudah merasa tak mampu menerima cobaanmu, aku mohon kau cabut cobaan ini atau kau ringankan cobaan ini, aku sudah tak kuasa menahan.
Perlahan
ku coba tenangkan diriku, Ku mulai mengurai permasalahan-permasalahan yang membuat kegelisahan
mendekatiku, detik demi detik berlalu sampai pergantian hari pun berlalu aku terus mengurai
tanpa lelah permasalahan yang aku hadapi, Namun tak kunjung aku temukan.
Entah
kapan aku mulai tertidur, tiba-tiba aku terbangun dari tidurku mendengar para
kaum hewan sudah bernyanyi gembira menyambut sang fajar pagi yang indah di hari itu.
Malam
yang indah telah hilang,
Senyum
bahagia sang rembulang telah pudar,
Para
bintang telah bersembunyi,
“Tapi kenapa kegelisahan tak ikut serta
meninggalkan aku?” aku bertutur dalam hati dengan nada resah