Thursday 25 December 2014

Antrian "malapetaka" menghampiri kehidupanku.

Tertumpuk berantakan
Bertahan dalam serangan
"hari ini, iya hari Ini"


SemuaNya, Berkumpul dan tertumpuk dengan sendirinya  tanpa intruksi datang berurutan dengan sabarnya "antri" tanpa henti

Lantas apa yang harus aku perbuat?  "Entah"

HAha tertawa kecil dalam hati dengan badan sedikit gemeteran
masalah demi masalah datang silih berganti seolah merebut sesuatu dan tak ingin melepaskanku untuk menikmatiNya sambil mengajak teman-temanya (sebuah malapetaka)

ku hadapi dengan keraguan akan kemenangan
ku bertahan meski sebenarnya sudah tak tertahan
ku tetap berusaha meski aku tau memang susah
aku yakin menang, meski sedikit kemungkinan untuk menang

"barang kali"
ketidak pastian dan cuma bisa memperkirakan.
bukan tidak yakin tapi kepastian hanya beliau "Tuhanku" yang tau dan mengendalikan.

Friday 12 December 2014

Kemarin Sore

ocehan Di-ujung jalan
"kemarin sore"


Terdengar jelas suara Ocehan di ujung jalan
berisik suara kenalpot pun sampai tak terdengar dan terkalahkan dengan suara Ocehan-ocehan

Mereka, Orang-orang yang selalu menilai, "apapun" tentang diriku dan keseharianku
Entah untuk apa dan bermanfaat apa untuk mereka, aku tak tau

namaun tetap Selalu kubalas dengan senyuman, dan kusimpan rapi-rapi di saku kecil bajuku segala apapun yang mereka nilai tentang diriku dan keseharianku.
bahkan aku selalu menunggu penilaian mereka itu "Asal mreka tau"
Tapi ingat, Yang mereka nilai hanyalah cover dari kehidupanku dan itupun cuma segelintir.

Jangan kau bangga dulu bisa menilai dan mengecam Orang lain tanpa tau lebih jauh tentang siapa yang akan kau nilai.

Friday 5 December 2014

Istana kecil dalam Tubuhmu

Sebelum kau membaca. entah siapapun "engkau" yang akan membaca.
Abaikan, jangan kau teruskan membaca. tidak akan pernah kau memahami dan mengerti sedikitpun tentag apa yang kau baca, cuma dan hanya DIA yang tahu arti kata demi kata yang aku ucap.


Istana kecil dalam Tubuhmu
"yang diperebutkan"

Istanamu yang berhasil aku rebut dari sekian banyak perebut.
Istanamu yang dulunya tertata apik nan rapi.
Namun terlihat sangat berbeda setelah kedatanganku di istanamu "dulu" 
Keindahan itu mulai memudar dan hilang, Istanamu bak gubuk reot ditengah persawahan  (ambruladul gk karuan).

Sekarang. "jika kau mengizinkan"
"iya aku izinkan" ujarmu saat aku memimpikan sebuah percakapan di antara kita.

Izinkan aku memasuki istanamu "lagi"...
aaaah masak kau hanya mempersilahkan saja,... tanpa membukakan pintu untukku????"

jika memang benar kau mempersilahkan aku masuk, apa tak seharusnya sebagai tuan rumah kau juga membukakan pintu untukku? yaaa.. mungkin sebagai tanda kalau kau benar-benar mengizinanku untuk masuk dan mengerjakan tugas-tugasku.. "Membenahi apapun saja yang perlu dibenahi"

Kau ragu akan pekerjaanku?, dan kau takut bukan perbaikan malah kerusakan yg lebih parah lagi yang akan kau dapat??
jika kau langsung yakin dengan pekerjaanku, itu tindakan yang sangat bodoh.

Ragulah. Ragukan aku atas pekerjaan yang hendak aku mulai.
dan suatu saat pasti akan kau nikmati hasil yang akan terasa sangat memuaskan atas pekerjaanku.. "aku yakin akan itu"

Saturday 29 November 2014

[Belum ada judul]



Ku jalani perjalanan yang entah aku tau sampai kapan akan berjalan, dan sampai dimana akan berhenti dan entah membuahkan apa di akhir perjalanan.
Lika liku perjalanan
Setelah beberapa lama kaki ini melangkah pasti dan tetap lurus seperti awal mula aku melangkah meskipun banyak macam perempatan, pertigaan, maupun tikungan, entah kenapa tak ada keinginan sedikitpun untuk membelokkan maupun mengubah langkah kakiku, Cuma hanya menggeserkan mata tanpa harus menengok, atau yang bahasa sehari-hari di ucap “lirikan mata/melirik
Saat rasa nyaman dalam jalan ini “jalan yang lurus” Sesaat langkah kakiku terhenti saat mata ini melihat lagi sebuah tikungan di ujung jalan
Lagi-lagi aku di hadapkan di sebuah tikungan dan aku tak yakin apa aku akan mendapatkan kenyamanan pula saat langkah kakiku mulai ku geser ke arah yang berbeda.
terlintas difikirku “sampai kapan aku hanya menikmati jalan ini?,
sampai kapan aku mengabaikan jalan yang lain hanya demi sebuah ke amanan dan kenyamanan?,
apa kenyamanan hanya ada di jalan ini?,”
Lantas aku melihat di hadapanku, di ujung jalan yang telah aku jalani dari awal langkah kakiku berjalan, tanpa ada apapun, belum kelihatan apapun, hanya ada angin-angin kecil menyapu debu di sepanjang jalan sampai keujung.
Saat mata ini kuberanikan menoleh kearah ke tikungan itu, dan aku melihat ribuan ancaman dan rintangan namun di ujung tikungan aku melihat sebuah keindahan, sebuah taman yang besar yang di tumbuhi berbagai bunga dan pepohonan yang hijau dan terdapat rumah nan megah di tengahnya yang bisa aku singgahi untuk meminta seteguk air dan beristirahat
“Sampai kapan aku berada di sebuah jalan yang nyaman dan aman tapi tak berujung?” Ucapku dalam hati
Akhirnya dari sekian banyak pertimbangan, waktu yang cukup lama untuk aku menghentikan langkah kakiku berdiam diri, dan aku memutuskan untuk memberanikan diri mengubah arah kakiku, membelokkan arah awal aku berjalan. Langkah demi langkah ku jalani sebuah jalan di tikungan
Terlihat jelas perbedaan, tak aku dapatkan rasa kenyamanan seperti jalan yang sebelum-sebelumnya, ku coba hadapi rintangan yang malang menghadang di setiap langkahku, demi satu keindahan.

"Akankah kita menikmati keindahan kehidupan, jika kita tak pernah mengalami pahit getir kehidupan".

HARUS Dg apa ?

Harus dengan apa!!!

Harus dengan apa ku gambarkan sosok beliau
Harus dengan apa ku junjung derajat beliau
Harus dengan apa ku sambut kedatangan beliau
Harus dengan apa ku membalas jasa jasa beliau
Dan dengan apa aku bisa membalas
Masih lama kah engkau
Masih lama kah kau kuras keringatmu
Masih lama kah kau banting tulangmu
Masih lama kah kau berteman dengan rintihan

Mata ini tak sanggup melihat
Batin ini telah lama menderita

Hati, apa aku masih punya hati??
Melihat penderitaanmu yg terus kau alami, Apa aku masih punya hati untuk diam melihat??
Apa yg bisa ku lakukan ?
Di rumah kecil sederhana nan bahagia, atau gubbuk bagi orang kaya, hayalan demi hayalan mulai memenuhi angan menciptakan sebuah ambisi yang berlebihan.
Alangkah indah angan itu jika ambisi bisa mewujudkan angan menjadi nyata.
Cuma bisa bermimpi,
Cuma bisa berandai-andai,
Dan cuma bisa berhayal,
Sering aku di hadapkan di sebuah kolom yang menanyakan sebuah visi misi kehidupan di dalamnya, dan lantas sebuah kata tertulis di kolom tersebut dan aku merasa bermunafik jika kata itu tak tercapai dan hanya omong kosong. “Ku persembahkan yang terbaik untuk mereka yang mempersembahkan yang terbaik untuk hidupku dan masa depanku”
Namun sampai saat ini aku belum bisa bersikap layaknya seorang raja yang bijaksana dan bertanggung jawab. Harus dengan apa aku bisa mencapai semua itu?
Jangankan bersikap bak seorang raja, menentukan sebuah keputusan pun masih belum bisa, masih bimbang untuk menentukan sesuatu. Padahal sebuah pilihan yang harus aku pilih dan itu menentukan segalanya. Namun aku belum bisa. Harus dengan apa aku bisa mencapai semua itu?

"Apakah semua itu berlebihan untuk seorang anak singkong". ujarku dalam benak, memberontak kepada keadaan.

Saturday 22 November 2014

Istana di jeddah Perkuliahan

Ditempat ini kuhabiskan sisa hari-hariku di jedda bangku perkuliahan, disebuah tempat yang tak seharusnya di tempati, dan tak layak untuk di huni. Di sebuah gudang UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa).
Munafik jika aku berucap merasakan sebuah kebahagiaan di tempat seperti ini, dalam hati kecil ingin sekali aku lari dari tempat ini, dan merasakan apa yang teman-teman seperkuliahanku rasakan (istirahat dengan nyaman di kamar kos tanpa ada yang mengganggu).
Namun mungkin cuma ini yang bisa aku lakukan untuk mengurangi beban orang tuaku, jatah uang kos lebih baik untuk menambah biaya kuliah atau kebutuhan kuliah yang lain. Miris memang hidup di sebuah gudang yang penuh rongsokan barang yang tak terpakai, namun Tuhan pasti tau kenapa aku masih bertahan disini.
Teringat kata “Emha ainun najib” yang mengatakan (nikmati sesuatu yang ada di hadapanmu meski sebenarnya tak nikmat, jika kau bisa melakukan semua itu hidupmu akan terasa nikmat meski itu sebenarnya tak nikmat).

Memang terasa nikmat jika kita bisa menikmati, namun akan terasa sulit jika kita mempersulit