PART II
Aku
jatuh cinta
Iya.
kepadanya
Setelah
kita kenal begitu lama, aku mengenal dia dengan ramah, meski diantara kita tak
pernah ada satu obrolan atau berbicara langsung, hanya saja komunikasi kita
lebih baik dari kemarin, dan sempat satu dua kali berbincang-bincang meski hanya
lewat telepon.
Entah
kenapa, atau kemasukan malaikat apa tiba-tiba semua perasaanku menjelma,
berubah entahlah seperti apa isi otakku waktu itu. Aku menyukainya, menyukai
gadis yang tak lama aku kenal.
Aku
yakin dia pun begitu, “harapku”. tapi aku tidak pernah pecaya itu, aku tidak
pernah percaya bila ia menyukaiku juga, aku hanya berharap begitu banyak
padanya.
Aku harus bagaimana?, Apa aku harus
mengungkapkan apa yang aku rasakan?, Kalau dia menolakku?.. Kebingunganku dalam
hati.
Kuberanikan
diri untuk menceritakan apa yang terjadi pada diriku kepada salah seorang teman
dekatku, toh meskipun dia tidak memberikan aku masukan pasti akan lega telah
berbagi cerita kepadanya dari pada aku simpan sendiri.. lamunku.
Aku
membuat janji kepada salah seorang temanku, kita bertemu disebuah warung di
desaku dengan mengambil tempat paling pojok agar saat aku bercerita tidak ada
yang mendengarkan apa yang aku ceritakan.
Aku
menceritakan, semuanya mulai dari aku mengenalnya sampai aku jatuh hati secepat
ini pada gadis itu. aku menyusun rencana bersama temanku dengan tujuan untuk
menyatakan cinta kepada evi.
Di
sebuah pesisir pantai sore hari.. rencanaku berjalan lancar tidak aku pungkiri
karena pacar temanku yang satu kelas dengan evi bersedia membantu..
Akhirnya
waktu yang mendebarkan telah tiba, dipesisir pantai aku mengungkapkan apa yang
aku rasakan selama ini dengan ribuan harapan dia bisa menerima atau ikhlas
menerima apa yang aku katakan.
Aku
menatapnyaa dengan tatapan tajam yang seolah tercermin keyakinanku padanya, dia
tersipuh malu, dan wajahnya mengerut menggambarkan rasa penasaran apa yang akan
aku lakukan pada dirinya waktu itu.
Sementara
saat yang bersamaan aku mendapati temanku dengan kekasihnya seolah sedang melihat
layar tancap dengan wajah meringis dan pekikan tawa yang mereka sembunyikan
saat melihatku berjuang untuk kejujuranku.
Aku
mulai memberanikan diri menggerakkan bibirku.. “ev, izinkan aku singgah di
istana hatimu dan sudihkah kiranya kau untuk menyuguhiku secangkir kasih yang
tulus dari hatimu.. [singkatnya] “ev, aku suka sama kamu, bersediakah engkau
menjadi kekasihku”.
Setelah
aku mengucapkan kata itu, suasana berubah. heniiiing, tak ada suara satu pun
yang terdengar bahkan cekikikan tawa temanku pun ikut menghilang..
Hatiku
tak karuan, menunggu bibir evi tergerakkan untuk mengucap sesuatu. Dan akhirnya
ku melihat bibir itu tebuka dan menjawab “aku masih tidak ingin pacaran,
maaf”..
“Bunnuuuuuh, bunnuuuuuuh aku sekaraaaaaaaaaaang”
gerutku dalam hati yang diiringi rasa kesal, malu campur aduk..
***
Sejak
kejadian itu, entah siapa yang menceritakan itu semua kepada teman sekolahku
sehingga hari-hari itu menjadi buah bibir satu sekolah, dan tak luput sebagian
kecil dari guru-guru pun mengetahuinya.
Aku
menyerah?
Oh
tentu tidak, rasa suka ku kepada dirinya tidak sedikitpun berkurang.. dan ada dorongan
tersendiri setelah dia menolakku dengan kata itu. Aku malu, aku gengsi dan aku
ingin membuktikan kepada mereka kalau aku bisa dan suatu saat pasti dia menjadi
kekasihku, (hehe maklum masa SMA mental yang yaaaa seperti itulah hehe).
dhoooooooong
doooooooooong dhoooooooong.. Suara Gong yang menandakan awal dari Perjuanganku
D I M U L A I..
Setelah
kejadian penolakan itu (kasian sekali nasibku.. hehe) aku mulai genjar
berkomunikasi dengannya meski tak ada yang berubah dengan cara dia membalas
atau mengangkat teleponku..
dengan
berbagai cara aku lakukan agar dia merasa nyaman kepadaku, aku lakukan terus
terus dan terus tanpa pernah merasa lelah..
Dalam
masa-masa pengejaraanku, tidak semulus seperti beberapa sinetron ditelevisi, sangat
beraaat apalagi sejak kejadian itu ada beberapa pria yang datang silih berganti
untuk memperebutkan dia..
Oke,
semakin seru lengkap sudah perjuanganku.
No comments:
Post a Comment