PART I
Mengenalmu
Mengenalmu
Pagi
ini cerah, namun berbeda dengan suasana sebelumnya, pagi ini terkesan semangatku
terbakar oleh hangat mentari yang bersinar di pagi hari. Bangun lebih pagi dari
biasanya, berangkat lebih awal dari biasanya, namun sia-sia dan seperti biasa
disambut oleh gerbang sekolah yang kusam sudah terkunci rapat. “Sialan, hari
ini kan ada upacara pantesan jam segini gerbang jelek ini sudah menghadang”
ujarku..
sembari
menunggu pasal berapa yang akan di kenakan untukku pagi itu aku bercengkrama
dengan sebatang rokok yang mulai terbakar. Setelah upacara selesai pak satpam
mulai menggenggam erat gerbang dengan kekuatan yang bertenaga untuk membuka
gerbang itu (maklum gerbang tua).
Aku
menata rapi mentalku, perlahan aku memasuki area sekolahan dan siap menerima
pasal berapa yang aku terima untuk hari ini. Setelah aku menyelesaikan urusanku
dengan beberapa guru dengan beberapa pasal yang mereka sudah tentukan untukku
hari ini, aku bergegas memasuki kelas untuk mengikuti pelajaran yang sudah
berlansung.
***
Teeeng teeeeng teeeeeng…
Suara
bel pulang sekolah akhirnya tiba, langsung aku menuju ke arah gerbang untuk
pulang. Namun aku melihat dari kejauhan ada beberapa guru menghadang siswa
siswi kelas satu agar tidak pulang terlebih dahulu untuk mengikuti program
extrakulikuler TPQ pada hari itu.. dengan terpaksa aku mengikuti extra
tersebut.
Aku
mulai berjalan dan mencari ruang TPQ yang telah ditentukan, aku memasuki ruangan,
ruangan yang sangat berisik dipenuhi oleh obrolan-obrolan canda tawa di dalam
kelas, aku perlahan masuk ke dalam kelas tersebut dan memilih duduk di bangku
paling pojok, tanpa memperdulikan kebisingan disekitarku. Aku hanya memainkan
hp ditanganku dan sedikit melihat teman-teman disekelilingku. Namun di
sela-sela penglihatanku kepada teman-teman, aku melihat satu gadis yang
menurutku masih asing dan entah kenapa aku merasa “ada yang berbeda dengan
wanita ini, tapi apa??” gerutku dalam hati..
Masih
belum beranjak dari tempat duduk ku. Aku pun memberanikan diri bertanya kepada
salah seorang temanku yang berada tepat di depanku dan di samping gadis itu.
“Anaa??” panggilku kepada salah seorang
temanku, dan dia
pun melihat ke arahku tanpa menjawab panggilanku.
“Emmm, An, gadis disampingmu perasaan aku baru lihat, siapa?”
“oooh, Tanya aja sendiri” jawabnya singkat dengan senyuman khasnya.
Aku tidak menjawabnya. Aku bergegas merapikan
posisi dudukku karena guru TPQ sudah masuk dalam ruangan.
“fendi”
suara guru TPQ memanggilku
“iya bu” jawabku, “wadduh, pasti
disuruh baca nih” dalam hati.
“baca
halaman 5 dari ayat 5 sampai 10” serunya.
Tanpa
menyahut, aku pun kebingungan karena dihari itu aku lupa membawa buku TPQ. Lalu
kuberanikan diri untuk lancang menyentuh pundak gadis yang entah siapa namanya
aku belum tahu.
“eee.eembak, be-boleh pinjam bukunya
sebentar” ucapku tak tertata saking gugupnya.
Tanpa
mengeluarkan kata, gadis tersebut menoleh serta membawa buku di tanganya dan
sempat aku lihat dia memberikan sedikit senyuman.
Setelah
kubaca sesuai apa yang di instruksikan oleh guru TPQ tersebut, aku bergegas
merapikan buku dan segera ingin ku kembalikan dengan tujuan untuk bisa melihat
wajahnya kedua kali, syukur-syukur dengan senyuman yang sama.
“mbak”
panggilku pelan
Dia
pun menoleh kearahku dan Lagi-lagi dia tak menjawab.
“ini bukunya, terimakasih ya” ucapku
dengan kulemparkan sedikit senyum
Dia
Cuma tersenyum dan segera membelakangiku lagi.
“ee.embak, boleh tau namanya nggak?,
aku fendi” ucapku sembari menjulurkan
tangan berniat untuk menjabat tanganya.
Dia
pun tersenyum dan menjawab “Evi” tanpa menjabat tanganku dan segerah
membelakangiku lagi.
Sementara
itu tak kusadari kudapati senyuman lebar dari Ana yang sedang memperhatikanku
dari awal aku berinteraksi dengan gadis tersebut yang sudah ku ketahui namanya
“Evi”.
Seusai
extra TPQ aku tak melihat dia lagi, kapan dia beranjak dari tempat duduknya?.. aku
pun bergegas keluar kelas mencarinya hanya untuk sekedar melihatnya, namun
harapan itu sirna, aku tak menemukanya.
Aku
berjalan pulang, dalam perjalananku aku memfikirkan semua hal yang terjadi
dalam ruang TPQ, senyuman dia, kemisteriusan dia, dan Senyuman lebar Ana. Ah
sudahlah
***
Sore
hari selepas pulang sekolah ibukku memintaku untuk mengantarkan beliau kerumah
paman didesa yang tak jauh dari desaku, namun di pertengahan jalan hujan turun
dengan lebatnya, lantas aku menawarkan bertedu kepada ibu.
“bu, apa tidak sebaiknya kita bertedu
dulu. Toh yah hujanya sangat lebat, kalau kita bertamu dengan pakaian basah
kuyup kan tidak bagus juga di lihat”, pintaku…
“iya, itu di seberang jalan ada tokoh,
kita bertedu disitu menunggu hujan redah” jawabnya…
Segera
ku tepikan motorku, dan duduk di depan toko sambil membakar rokok untuk
menghilangkan rasa jenuhku menunggu hujan redah. Selang beberapa menit hujan
pun redah, namun genangan air di jalan raya belum surut.
Aku
melihat dari kejauhan ada 2 wanita memakai seragam sekolah yang menurutku
seragamnya sama persis dengan seragamku, dengan sedikit mengangkat roknya berjalan
ke arahku dengan sangat hati-hati melewati genangan air.
“siapa
mereka?? pasti satu sekolahan denganku”. Gumanku
Mereka
semakin mendekat, dan melintas tepat di hadapanku. Namun aku belum tahu nama
mereka berdua.
“fendi”
sapaan salah satu wanita
“iya”
jawabku dengan sedikit senyuman
Namun
aku bingung dengan sapaan gadis tersebut, sebenarnya aku mengenali kedua gadis
tersebut namun tak disertai dengan namanya, ah sudahlah kapan-kapan pasti
keingat sendiri… lamunku
***
Sesampai
dirumah, karena sudah waktunya sholat maghrib aku bergegas untuk ke kamar mandi
mengambil air wudhu dan entah kenapa tiba-tiba saat aku mulai mengambil air
wudhu aku teringat kedua gadis tersebut dan kali ini disertai namanya.
“iyah, 2 gadis tadi Habbah, dan Evi
(gadis kemarin yang baru aku kenal di ruangan TPQ)”. Gerutku dalam hati
Seusai
sholat maghrib, entah kenapa aku ingin sekali mempunyai nomornya Evi. habbah
pasti tidak keberatan untuk membagi nomor evi padaku, segera kuambil HP untuk
segera sms habbah.
“habb, tadi sore yang menyapaku itu
kamu kan? Apa bener tadi kamu berjalan dengan evi”. Bentuk smsku pada habbah
Tak
lama kemudian habbah pun membalas smsku.
“iya
fend, kenapa?”
“boleh
nggak aku mintak nomornya”
“Ooh, bentar aku tanyakan dulu kepada
evi, takutnya dia keberatan”
Belum
sempat aku membalas sms habbah, ternyata habbah mengirimiku sms lagi
“085733****0*”
“yes”,
dalam hatiku, tanpa membalas pesan dari habbah.
Setelah
aku mendapati nomor evi segera aku meneleponya untuk memastikan apa benar ini
nomornya, namun sia-sia. Teleponku tidak di jawab. Ah mungkin dia lagi sibuk.
Sms sajalah barangkali entar kalau dia sudah tidak sibuk menyempatkan untuk
membalas pesanku.
“maaf,
apa benar ini Evi”
“iya”
dengan cueknya.
Aneh
dalam fikirku. Teleponku tidak diangkat tapi dia langsung membalas pesanku
secepat ini. Ah tidak penting, yang penting aku bisa berkomunikasi dengan dia, itu
sudah sangat cukup.
“kamu yang meminjami aku buku di TPQ
kemarin, bukan?”. caraku untuk menyambung percakapan
“iya”
“emang
masih ingat siapa aku?”. balasku
“ingat”
“siapa?”.
godaku
Percakapanku
terputus tanpa ada balasan dari evi, selang beberapa jam, aku beranikan diri
untuk memulai percakapan lagi.
“evi
lagi sibuk”
“Nggak”
jawabnya
“Smsku
kok ndak kamu balas?”
“ada apa sih fend, iya-iya aku inget,
kamu fendi kan, lagian habbah juga barusan bilang kok kalau kamu mintak nomor
aku, ada apa?” Balasnya jutek.
Membaca
balasan dari evi yang seperti itu, aku bingung untuk meneruskan percakapan,
“nggak
apa-apa kok vi, biar lebih akrab aja” balasku
“oh,
yaudh”
Layaknya
seorang wartawan yang bertemu seorang selebritis yang sedang naik daun, aku pun
memberikan pertanyaan-pertanyaan (kepoo) dalam bahasa sekarang.
Namun
entah kenapa saat aku melihat percakapan sekian banyak. Kenapa balasnya sangat
singkat sekali? Padahal pesanku panjaaaaaaaang sekali.
Namun
biarlah, mungkin ini cara dia memperlakukan seseorang yang baru dia kenal.
“Udah malam, aku tidur dulu ya,
disambung besok lagi” caranya untuk mengakhiri komunikasi kita.
“iya, makasih vi, Mimpi indah. J”
Dari
sekian banyak percakapan, aku cuma mengantongi satu jawaban dari evi yang
menurutku sangat penting. Yaitu mengetahui dimana kelasnya. “X RMBI” (RMBI
adalah program kelas unggulan yang berada di sekolahan kita).
***
Pagi
yang cerah, dengan semangat yang baru aku berangkat ke sekolah dengan harapan
bisa bertemu dengan evi lagi. semakinku percepat laju motorku, namun sia-sia
dan seperti biasa disambut oleh gerbang sekolah yang kusam sudah terkunci
rapat, sembari menunggu pasal berapa yang akan di kenakan untukku pagi itu, aku
bercengkrama dengan sebatang rokok yang mulai terbakar. Pagi hariku selalu sama
dan terulang persis, disambut oleh si kusam gerbang sekolah.
Setelah
aku menyelesaikan urusanku dengan beberapa guru dengan beberapa pasal yang
mereka sudah tentukan untukku hari ini, aku bergegas memasuki kelas untuk
mengikuti pelajaran yang sudah berlansung.
Aku
sudah mengetahui kelasnya, ternyata tak kusadari bahwa kelasnya bersebelahan
dengan kelasku. Aku berinisiatif membuat lubang di pintu pembatas kelas di
antara kelasku dan kelasnya, entah apa yang menyebabkan rasanya aku selalu
ingin melihatnya walau hanya dari pintu rusak pembatas kelas yang sengaja aku
lubangi hanya sekedar untuk melihat wajahnya dari kejauhan.
Aku
selalu melihat tingkah lakunya, yang terkadang membuatku tersenyum-senyum
sendiri.
***
Teeeng
teeeeng teeeeeng…
Tak
terasa sudah waktunya istirahat, seperti biasa aku kekantin dengan teman-teman,
namun kali ini berbeda karena aku sengaja ingin melewati kelasnya dengan
harapan bisa bertemu bahkan menyapa dia. Namun sia-sia, aku tak mendapatinya
berada di kelas.
Jam
istirahatpun sudah selesai, aku pun beranjak memasuki kelas, namun di depan
kelas banyak teman teman wanita yang asik ngrumpi dan aku pun berhenti untuk bergabung
dalam diskusi terbuka itu.
“lihat ke arah perpustakaan”, ujar
tadho (temanku satu kelas) sembari memutar badanku.
Aku
melihatnya, aku melihat wanita yang dari tadi ingin sekali aku menjumpainya.
Sekarang dia berada di depan perpustakaan dengan teman-temanya sedang melihat
kearahku dan memperhatikan caraku bergurau dengan teman-teman wanita yang ada
di sekelilingku.
Aku
pun menuju perputakaan, dengan tergesa-gesa. Setibanya diperpustakaan aku bisa
melihat evi dan menyapanya untuk kedua kalinya “Eviii”, sapaku
Namun
dia malah membuang muka, dia berjalan ke arah yang lain, dia menuju kelasnya.
“apa
salahku?”, aku terus bertanya, bertanya keras pada hatiku.
Sesampai
di kelas, aku mengirimkan sms pada evi “Apa salahku? Tolong beritahu aku,
sampai-sampai kau buang muka saat melihatku di perpustakaan tadi?”
Tiada balasan yang aku terima, waktu demi waktu aku
menunggu dan tak kunjung juga aku terima satupun balesan dari dia tentang rasa
kepenasaranku kepadanya.
teeeeeeng teeeeeeng teeeeeeng,,,...
Suara bel sekolah
berbunyi yang bertanda waktu untuk pulang sekolah tiba. Dan sampai saat itu pun
aku masih menunggu balasan dia dan tak kunjung aku terima.
****
Sepulang sekolah,
seperti biasanya kuhabiskan waktuku untuk sekedar ngumpul bersama teman-teman
dan ditemani secangkir kopi dan beberapa batang rokok di warung kopi
yang biasa aku kunjungi seusai sekolah.
Namun berbeda dengan biasanya, biasanya yang aku sangat membuat suasana menjadi
ramai dan seru, hari ini aku murung, galau, atau apalah yang pada intinya aku
masih memikirkan dan berharap mendapat balasan dari evi yang bisa menghapus
rasa kegelisahanku tentang sapaanku yang di acuhkan.
No comments:
Post a Comment